Pembalasan Danastri

*

*

"Dengar kata dokter? Meski kandunganmu sehat, tetapi Tri harus tetap menjaganya. Jangan terlalu lelah bekerja, dan banyak pikiran. Dua hal ini sangat berpengaruh pada kehamilan muda mu." Ucap Ayahnya seraya menghela nafas.

"Aku tahu, pak, jangan khawatir." Balas Danastri seraya terkekeh geli menghadapi kecemasan Ayahnya yang berlebihan.

"Anak ini!" Keluh Ayahnya, yang melihat Danastri malah menertawakannya. "Sudahlah, ayo makan enak sebelum kembali? Hanya kita berdua dan calon cucu bapak!" Bisik Ayahnya membuat Danastri lagi-lagi tertawa kecil.

Keduanya berjalan beriringan dengan obrolan yang membuat keduanya terlihat harmonis dari kejauhan. Di depan dan di belakang keduanya jelas ada pengawal yang menjaga. Meski begitu, tidak menyurutkan suasana harmonis antara keduanya.

Di kejauhan, Vitro menatap keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan. Sampai akhirnya, setelah terdiam memerhatikan dari kejauhan selama beberapa saat, ia berjalan mendekati rombongan Danastri.

Kiany yang sadar akan kedatangannya lebih awal, jelas langsung waspada, menjaga Danastri dan Ayahnya di belakangnya. Ia juga berhenti berjalan, membuat dua tuannya juga berhenti, dan kebingungan.

Danastri mengernyit, hendak bertanya ada apa pada Kiany sebelum ia mengurungkan niatnya ketika melihat Vitro di depan, berhenti dan menatap Danastri tanpa ekspresi.

Danastri terkejut, tetapi dengan ayah dan beberapa penjaga, ia jelas lebih tenang menghadapainya. Pikirannya bercabang, tetapi ia lebih tenang dari pada awal ketika ia bertemu dengan Gardana.

Vitro disini, bukankah Sanungga mengetahui keberadaanya? Danastri juga waspada, tetapi melihatnya berdiri tanpa melakukan apapun, Danastri akhirnya membuka mulut.

"Apa yang kau inginkan dariku?" Tanya Danastri tertuju pada Vitro. Ayahnya merasakan suasana hati Danastri, dan diam, mengawasi orang di depan dengan tatapan tajamnya.

"Ayo bicara." Ucap Vitro setelah terdiam cukup lama.

Semua orang tertegun. Menatap ke arah Danastri bersamaan.

*

"Nona, perjamuan perusahaan Rori's Furniture hari ini, apa kau tetap mau datang? Aku rasa, tuan besar tidak akan mengizinkannya. Apalagi acaranya di malam hari. Lebih rawan atas keselamatanmu, seorang ibu muda hamil." Ucap Zack serius.

Danastri mengibaskan tangannya dengan wajah penuh keluhan. Ia baru saja lepas dari ayahnya yang sangat protektif semenjak beberapa hari yang lalu. Zack sudah menyebutkannya, Danastri hanya ingin tenang sebentar.

"Aku akan mengurusnya, jangan khawatir. Lakukan saja, siapkan gaun dan bingkisan hadiahnya." Balas Danastri pada akhirnya. "Ngomong-ngomong, siapa saja tamu undangannya?" Lanjut Danastri bertanya.

"Baik, nona. Termasuk keluarga Janitra, yang lainnya adalah keluarga biasa. Yang berada di peringkat 20 besar." Ucap Zack mengangguk.

Danastri terdiam. Keluarga Janitra selalu ada dalam undangan disetiap acara bukan? Benar, karena pengaruhnya di dunia bisnis. Ia juga khawatir Gardana datang dan melihatnya begitu disana, tetapi yang paling dikhawatirkannya saat ini adalah Sanungga.

"Keluarga Kusuma, periksa untukku. Selain malam ini, periksa seluruh kegiatan yang dilakukan mereka akhir-akhir ini. Jangan lewatkan detail kecil apapun. Terutama direktur utamanya, Sanungga." Ucap Danastri, menatap Zack dengan tatapan serius dan tegas.

Setelah bertemu Vitro beberapa waktu lalu, ia jelas lebih waspada. Ia membawa kesepakatan bisnis dengannya, tetapi Danastri tidak langsung setuju. Mari selidiki tentangnya lebih dulu sebelum benar-benar bekerja sama. Bagaimanapun, Sanungga dan keluarga Kusuma berada di baliknya.

Zack tidak banyak bertanya, "Aku akan segera membawakan informasinya padamu, nona." Balasnya sesegera mungkin. Keputusan sang tuan, ia tidak pernah menanyakannya meski ia bingung dan penasaran. Karena bagaimanapun, pastinya akan banyak alasan di setiap keputusan yang dibuat tuannya.

"Bagus." Ucap Danastri seraya menganggukkan kepalanya. "Bagaimana dengan bisnis kita? Apa kalian mampu mengatasinya? Jika tidak, rekrut beberapa pegawai sesuai syarat dan ketentuan lagi, supaya kalian bisa lebih bebas dan fokus pada satu pekerjaan. Terutama Serga, biarkan dia dan timnya mengurus hotel sepenuhnya, kau hanya perlu mengawasi. Fokus saja pada Factory's Street Food dengan timmu." Lanjut Danastri.

Apalagi perusahaan akan segera siap. Zack jelas akan sangat kerepotan dalam satu bulan. Saat ini saja ia sudah terlalu sibuk. Mengatur jadwal, menerima kerja sama, dan menerima beberapa investor, belum lagi mendaftarkan perusahaan lebih awal agar bisa mulai beroperasi ketika benar-benar selesai.

"Jika kau punya beberapa rekomendasi orang, rekrut saja. Yang aku mau adalah kinerja kerja nya. Masalah skill masih bisa di asah, tetapi kinerja yang baik harus dimiliki sejak awal. Apalagi sifat dan sikap orang ini, harus benar-benar diperhatikan." Ucap Danastri.

"Baik, nona." Balas Zack seraya menganggukkan kepalanya. "Aku ada beberapa kenalan dari beberapa universitas, aku akan membawa mereka untuk di wawancara olehmu nanti. Supaya kau bisa menilainya sendiri." Lanjutnya.

"Yah, bawa saja, terutama yang punya keahlian design, sisanya terserah padamu." Balas Danastri. Orang ahli design dibutuhkan. Bukankah perusahaanya akan bergerak di bidang franchise? Ia butuh keahlian tersebut untuk menggambar dan membuat beberapa hal untuk franchise nya.

Franchise termasuk bisnis waralaba, tetapi bedanya merk yang digunakan akan dibeli untuk memudahkan banyak hal. Kebanyakan pelanggan yang sudah kenal merk tersebut akan dengan senang hati membelinya.

Dalam hal ini, beberapa tempat harus didekor dari perusahaan, termasuk gerobak dan peralatan lainnya, harus disesuaikan dengan merk yang dibeli konsumen yang mana ciri khas merk ini harus tetap ada.

Inilah gunanya orang-orang dari jurusan design.

Setelah selesai membicarakan urusan perusahaan dengan Zack, Danastri kemudian menemui Ayahnya yang sedang melatih ibu dan adiknya bela diri.

Benar, pada akhirnya, ayahnya lah yang menjadi pelatih bagi ibu dan adiknya, atas permintaan ibunya yang tidak bisa dibantah. Meski begitu, meski dipaksa ibunya, ayahnya tetap melatih keduanya dengan serius.

"Nduk, kenala tidak istirahat?" Tanya ibunya, seketika berhenti, membuat ayah dan diknya juga berhenti, menatap dan menghampirinya.

"Maaf Tri mengganggu. Tri kemari hanya untuk sebuah izin. Malam ini ada perjamuan di perusahaan lain, Tri harus datang." Ucapnya memulai.

"Tidak bisakah tidak datang, nduk?" Tanya Ayahnya mulai khawatir.

"Bapak, ini kesempatan Tri untuk memperluas relasi kita. Dengan begini, akan banyak orang dan keluarga besar yang mengenal kita ketika perusahaan benar-benar buka. Kita bisa naik perlahan dan dikenal, asalnya adalah dari perjamuan seperti ini." Jelas Danastri.

"Kalau begitu biarkan Zack dan Serga yang pergi?" Ucap Ayahnya.

"Ini berbeda, Tri adalah pimpinannya. Mereka harus tahu value yang ada pada diri Tri. Yang bisa meyakinkan mereka untuk bekerja sama dengan perusahaan kita. Bagaimanapun, Zack hanya seorang sekretaris. Serga jelas ikut, tetapi ia datang sebagai direktur hotel. Jadi meskipun tujuannya sama, tapi konteksnya berbeda." Jelas Danastri lagi.

Ayah dan ibunya saling menatap, kemudian menghela nafas. "Baiklah, bawa semua penjaga. Bapak dan ibu tenang jika mereka ikut." Balas Ayahnya mengangguk pada akhirnya, membuat Tri tersenyum.

*

*