Sebagai satu-satunya penerus keluarga Parker, Justin Midas Parker dikenal dengan sikap dingin dan kejamnya namun memiliki trauma terhadap sentuhan fisik. Haphephobia yang dialaminya sangat parah sehingga dia tidak bisa bersentuhan bahkan dengan keluarga nya sendiri.
Suatu hari, saat Justin sedang melakukan terapi pengobatan, ia tanpa sengaja bertemu dengan dokter wanita yang berhasil menyentuhnya tanpa membuat penyakitnya kambuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisfiDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13-Kerja sama
Sebulan telah berlalu, kehidupan Justin maupun Elora kembali normal seperti hari biasanya, dimana Justin yang mulai sibuk dengan pekerjaannya begitu juga Elora yang sedang sibuk juga dengan perkerjaannya.
Elora sudah benar-benar melupakan Jacob walaupun hatinya masih terasa sakit bila teringat dengan pria itu, Elora juga menolak untuk melanjutkan pertunangan itu karena dia tidak ingin terasa dikhianati lagi.
Justin yang sedang mengotak-atik laptopnya memeriksa laporan yang bulan lalu, karena bulan lalu banyak Jonas yang mengerjakan semuanya hal itu membuatnya harus memeriksanya kembali sebelum melakukan tanda tangan.
Justin mengambil telponnya yang diatas meja dan menekan tombolnya menghubungi Jonas.
" Keruangan sekarang juga"
Hanya berbicara beberapa kata saja Justin langsung memutuskan panggilannya dari Jonas, hanya hitungan detik suara ketukkan pintu terdengar.
" Masuk". Perintah Justin
Pintu pun terbuka dan masuklah Jonas, setelah itu dia menutup pintunya dan berjalan menuju mejanya Justin dia menghadap kearah Justin menunggu diperintah.
" Jo, buat janji kepada Tuan Wilder katakan padanya bahwa aku ingin melakukan kerja sama dengannya".
" Baik tuan".
Jonas membungkukkan badannya seraya hormat kepada Justin, setelah itu dia pamitan kepada Justin dan keluar dari ruangannya.
Saat diluar, dengan cepatnya Jonas mengambil ponselnya mencoba untuk menghubungi Tuan Wilder mengatur pertemuannya.
****
Elora yang baru saja selesai dari operasinya dia pun berjalan menuju ruangannya, pikirannya masih bergelut tentang waktu itu bersama Justin.
Baru pertama kali ini dia menangis didalam pelukannya pria lain selain Jacob, dia terus berpikir bagaimana bisa dia menangis didalam pelukannya Justin.
" Aa kepalaku rasanya mau meledak, mengapa aku bisa menangis didalam pelukannya Tuan Parker". Lirih Elora sambil memijat kepalanya
Elora kembali memikirkan, merasa sangat familiar namun dia tidak bisa mengingat apapun tentang dulu.
" Apakah aku sebelumnya pernah mengenal Tuan Parker?". Gumam Elora dalam hatinya
Benar-benar membuat kepalanya terasa sakit saat memikirkannya. Akhirnya Elora menyerah memikirkannya karena merasakan sakit yang begitu hebat Elora membuka lacinya dan mengambil satu pil obat tanpa memakai air minum Elora langsung menelan pil obat itu.
Setelah itu Elora menutup matanya agar terasa sakit dikepalanya menghilang dan pikirannya terasa nyaman.
****
Kembali disisi Justin, dia juga masih bergelut dengan pikirannya tentang dimana dia bisa menyentuh Elora hanya Elora dia bisa menyentuhnya.
Saat tidak sengaja menyentuh Hazel membuat penyakitnya langsung kambuh berbeda saat dia bersentuhan bersama Elora.
" Sebenarnya siapa dirimu Elora, mengapa hanya dengan dirimu penyakitku tidak kambuh". Lirih Justin sambil memegangi kepalanya
Rasa seperti dihantui tentang kejadian kemarin dimana dia bisa memeluk seorang wanita, namun hanya Elora saja yang bisa dia peluk itu membuatnya sangat yakin bahwa Elora adalah Elle nya.
Karena merasa sangat pusing memikirkan hal itu, akhirnya Justin memutuskan untuk kembali ke Mansion dia membereskan semua barang yang ada diatas mejanya setelah itu berjalan menuju pintu ruangannya dan keluar.
****
Waktu berjalan dengan sangat cepat, malam berganti pagi dimana Justin sudah bangun lebih awal karena hari ini mendapatkan jadwal untuk pertemuan dengan Tuan Wilder.
Justin yang sudah sangat rapi dengan pakaiannya, setelah itu dia berjalan kearah pintu kamarnya dan keluar dari kamarnya.
Justin menuruni anak tangga itu sambil memasang jamnya ditangannya setelah tiba dibawa diberbelok kearah meja makan disana sudah ada Antoni dan Anna.
Wajah Anna tersenyum melihat Putranya ingin rasanya sekali-kali memeluk Putranya namun hal itu tidak bakalan bisa.
Tanpa berkata apapun Justin mulai sarapannya, Antoni dan Anna pun ikut melakukan sarapannya. Beberapa menit kemudian Justin telah selesai sarapannya dia pun mengelap mulutnya dan bangkit dari duduknya.
" Aku berangkat".
" Hati-hati dijalan sayang". Ujar Anna dengan nada lembutnya
Justin hanya menganggukkan kepalanya dan melanjutkan perjalanan menuju keluar Mansionnya.
Setelah keluar dari Mansion, terlihat dihalaman parkiran Mansionnya satu mobil berwarna hitam sudah terparkir disana iya dia adalah Jonas yang sudah datang menjemput Justin.
Jonas yang sudah berdiri dipintu belakang dia pun membuka pintunya saat melihat Justin berjalan kearahnya, Justin pun masuk dan duduk dikursi penumpang setelah itu Jonas menutup pintunya dan menyusul kearah kursi pengemudi.
" Jam berapa kita akan bertemu dengan Tuan Wilder?". Tanya Justin saat Jonas masuk
" Sekitar jam 8 tuan".
" Tempatnya?".
" Direstoran biasanya tuan".
Justin melihat jam ditangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 lewat 12 menit. Justin mengangkat wajahnya kembali dan berkata kepada Jonas.
" Kita langsung saja pergi kesana".
" Baik tuan".
Jonas mulai menyalakan mesin mobilnya setelah itu mereka berangkat menuju Restoran biasanya.
****
Setelah menempuh waktu 40 menit, Justin sudah tiba disebuah restaurant terkenal di new york. Jonas membimbing Justin untuk pergi keruangan VVIP yang sudah ia pesan untuk pertemuan ini.
Sesampainya di ruang VVIP, Jonas membuka kan pintu dan Justin langsung masuk kedalam ruang private tersebut.
Di dalam terdapat meja berukuran sedang, dengan 4 kursi berwarna gold sebagai pelengkapnya. Justin langsung duduk di salah satu kursi itu, dan mengeluarkan ponsel nya dari balik jas yang ia kenakan.
Jonas pamit untuk menunggu di luar. Keheningan menyergap Justin yang hanya seorang diri di ruangan berukuran 2x3 tersebut.
Tak lama pintu kembali terbuka. Suara hak yang menggema mengalihkan perhatian Justin. Saat dia mengangkat wajah nya, Justin mendapati seorang pria paruh baya yang menggunakan jas berwarna peach sedang menatap kearah Justin.
" Selamat datang Tuan Wilder". Sapa Justin sambil mengulurkan tangannya
" Maaf membuat tuan menunggu lama". Jawab Mathew sambil membalas uluran tangan Justin
" Mari tuan silahkan duduk".
Mathew pun menganggukkan kepalanya dan duduk bertepatan didepannya Justin, Justin tanpa basa-basi nya kini dia mulai membuka pembicaraannya.
" Baiklah, untuk pertemuan kali ini saya ingin melakukan kerja sama dengan anda Tuan Wilder apakah anda berminat dengan tentang itu?".
Mathew tersenyum menatap Justin.
" Dengan senang hati saya menerimanya tuan, suatu kehormatan jika Perusahaan saya bekerjasama dengan anda Tuan Parker".
Justin mengelurkan tangannya seraya menghormati tentang dimana Mathew menyetujui kerjasama itu, tujuan Justin untuk bekerja karena dia sedang mencari tau keluarga Elora.
Karena marganya Elora adalah Wilder maka ada sangkut pautnya dengan Mathew.