Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terus mencari
.
.
.
Diva menjalani hari hari nya seperti biasa, mengurus anak kembar nya yang semakin menggemaskan.
"Duh lucunya sih anak anak Mama," kembar seakan mengerti bila di ajak bicara oleh sang mama.
"Mama yakin papa kalian pasti masih sedang mencari kalian. Tapi mama tidak tahu dan tidak kenal dengan papa kalian, ingin di umumkan Mama takut kalian akan di bunuh. Mama janji mama akan terus merawat kalian."
Iya sudah hampir dua bulan merawat bayi kembar itu. namun Diva juga sudah terlanjur sayang dengan si kembar.
"Walaupun mama tidak bekerja tapi Mama masih punya uang simpanan. Tunggu kalian besar baru mama akan bekerja."
Si kembar tidur karena sudah minum s*su jadi perut mereka sudah kenyang. Walaupun Diva tidak punya pengalaman mengurus bayi, tapi ia mengandalkan insting nya. Walau cuma seorang gadis.
"Aku tidak menyesal walaupun impian ku hancur. Karena aku yakin kehadiran si kembar akan memberi warna dalam hidupku, seperti pelangi setelah hujan." siang itu akhirnya Diva pun tertidur di samping si kembar.
.
Darmendra masih terus mencari keberadaan anak nya, ia tidak tahu kalau anak nya terlahir kembar.
Walaupun ia sempat curiga kenapa perut istrinya terlihat tidak normal ( terlalu besar).
Sewaktu istrinya memeriksa kan kandungan, Darmendra tidak pernah ikut menemani istrinya. Karena kesibukan nya dalam bekerja membuat ia melalaikan semua itu.
Sekarang dia menyesal setelah istrinya menghilang. Darmendra duduk bersandar di kursi kebesaran nya.
Menunggu kabar dari orang suruhan nya, tapi sampai saat ini belum juga di temukan. Seolah-olah istrinya hilang bagai di telan bumi.
Tiba-tiba pintu ruangan nya terbuka tanpa di ketuk lebih dulu. Masuk lah seorang wanita cantik dengan pakaian super seksi.
"Hai Endra," sapa wanita itu yang tak lain adalah Monica.
Darmendra diam saja tak menanggapi sapaan dari Monica. Ia sudah muak dengan adik ipar nya itu, yang selalu mencari cara untuk menggodanya.
Darmendra masih menyibukkan diri dengan berkutat dengan laptopnya. Merasa di abadikan, Monica pun semakin mendekat dan dengan tidak tahu malunya ia duduk di pangkuan Darmendra.
Darmendra sontak saja bangkit lalu mendorong tubuh Monica hingga terjerembab ke lantai.
"Aww dengan suara yang di buat sesensual mungkin demi menggoda Darmendra, sayang nya Darmendra tidak sedikit pun tergoda.
Memang di akui Monica cantik seksi tapi tidak sedikit pun yang menarik di matanya.
Sampai saat ini belum ada seorang gadis atau wanita yang bisa menggetarkan hati nya.
Walaupun Darmendra sudah satu tahun menikah namun sampai saat ini tidak ada sedikit pun rasa cinta di hati nya untuk istrinya.
Ia meniduri istrinya pun secara tidak sengaja karena mabuk. Darmendra segera menutup laptopnya dan menyambar kunci mobil segera keluar dari ruangan nya.
Tanpa menoleh tanpa berkata apa-apa langsung saja ia pergi.
Braak ... pintu terbanting dengan kuat membuat Monica terlonjak kaget.
"Kenapa susah sekali sih mendekati nya? Tapi saya tidak akan menyerah." Monica menyeringai licik.
Lalu bangkit dan segera keluar dari ruangan kerja Darmendra.
Para karyawan menatap tidak suka pada Monica. Karena terlalu sombong seolah-olah dia lah nyonya di keluarga Henderson.
Monalisa yang jelas-jelas nyonya muda di keluarga Henderson pun tidak sombong.
Darmendra tiba di apartemen nya dan merebah kan diri di ranjang king size nya. Perlahan mata nya terpejam.
"Mas... mas, "
"Mona... Mona."
"Mas jangan pikir kan aku mas, aku sudah tenang di atas sana, aku sudah tenang mas karena anak kita di jaga dengan baik oleh seorang gadis."
"Mona.... Mona..... Mona!" Darmendra terbangun dengan nafas ngos-ngosan serta keringat membasahi keningnya. Ia mengusap wajah nya dengan kasar lalu melepaskan jas yang di kenakan nya.
"Dimana aku harus mencari nya, Mona. satu petunjuk pun tidak ada. Anak buah ku yang aku suruh mencarinya mereka pun kesulitan."
Darmendra turun dari ranjang nya dan masuk kedalam kamar mandi, ia merendam tubuhnya di dalam bathtub. Tak lupa menuangkan sabun cair aroma terapi demi merilekskan tubuh nya. Selama satu jam ia berendam baru lah ia membilas tubuh nya di shower.
Setelah mandi ia pun keluar dari kamar mandi dan langsung menelpon asisten pribadi nya bahwa ia tidak datang lagi ke kantor.
"Mengapa aku selalu mimpi yang sama? Apakah ini adalah petunjuk bahwa istriku sudah meninggal?" Darmendra pun berjalan ke kulkas dan meneguk air dingin.
Sedangkan Monica sudah ngamuk-ngamuk di dalam kamar nya, barang barang di banting hingga kamar nya seperti kapal pecah.
"Aaargh, mengapa Darmendra tidak pernah melirik aku? Aku sudah berusaha mati-matian untuk mendapatkan perhatian nya." Monica terus berteriak hingga para asisten rumah tangga nya menjadi ngeri mendengar nya.
"Aku sudah menyingkirkan kakak ku dan anak nya agar tidak ada lagi penghalang bagi ku, tetap saja Darmendra bersikap dingin kepada ku. Aku harus menemui Tante Vera agar mau mendukung ku." Monica tersenyum devil karena merasa rencana nya akan berhasil.
Sebenarnya Darmendra juga sudah curiga dengan Monica, hanya saja belum ada bukti untuk menjebloskan nya kepenjara.
Monica berpakaian seksi dan merias ulang wajah nya yang tadi sempat berantakan. Monica pun berjalan menuruni anak tangga lalu keluar rumah nya dengan mengendarai mobil mewah milik nya.
Sepanjang perjalanan ia selalu memikirkan rencana-rencana licik demi bisa menjadi nyonya muda keluarga Henderson.
Monica menjalankan mobil nya dengan kecepatan sedang karena ia tidak perlu terburu-buru. Karena hari sudah sore, Monica berpikir pasti Darmendra sudah pulang dari kantornya.
Begitu lah kalau hati sudah di kuasai ambisi iri dan dengki hingga rela melakukan apa saja asalkan keinginan nya tercapai walaupun harus menghalalkan segala cara.
Monica pun tiba di mansion keluarga Henderson, penjaga tentu saja membuka kan pintu gerbang karena mereka sudah kenal dengan Monica.
Monica memarkirkan mobilnya sembarangan tak peduli menghalangi jalan atau tidak. Toh dia mana peduli? Monica menekan bell berkali hingga pelayan merasa jengkel, tak lama pintu pun di buka.
"Kenapa lama sekali, dasar pelayan rendahan awas kalau aku jadi nyonya di rumah ini, satu persatu kalian ku pecat." pelayan hanya diam tertunduk, dan berlalu dari hadapan wanita sombong itu.
"Cih siapa juga yang mau menerima wanita seperti itu untuk menjadi nyonya muda di keluarga Henderson ini." Pelayan cuma bisa mengumpat dalam hati.
Mana berani ia bersuara apalagi mengumpat di depan Monica. Monica duduk di sofa ruang tamu, tak berapa lama Vera mommy nya Darmendra pun keluar dari kamar nya.
"Monica, kok gak bilang bilang kalau datang. Tante gak tau untung Tante ada di rumah."
"Sial, ternyata pelayan rendahan tidak memberi tahukan kedatangan ku pada Tante Vera," umpat Monica dalam hati.
"Gak apa apa Tante, saya kemari hanya ingin mengajak Tante berbelanja."
"Tante mohon maaf ya Monica, kayaknya Tante gak bisa deh. Soalnya malam ini Tante mau ke Jerman dengan suami Tante, lain kali aja ya."
Monica tentu saja kecewa niatnya ingin mengakrabkan diri dengan Tante Vera tapi malah gagal.
Ya Tante Vera memang tidak suka dengan sikap Monica tapi karena ia adiknya Monalisa jadi sebisa mungkin Tante bersikap baik di depan Monica.
.
.
.
Maaf telat update
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇
wellcome😘😘
tapi gakpapa sih
aku se7 tunggu mereka dewasa barulah diberitahu