"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyerang
Seperti biasa, habis shalat subuh Sonia bergegas ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk suaminya, Sean selesai subuh kembali tiduran di kasur sambil memainkan ponsel. Dia masih betah tiduran di kamar Sonia, rasanya begitu nyaman dan pikirannya juga begitu tenang. Sean meminta kepada Jonathan, orang kepercayaannya untuk mengurus segala keperluan Fian keluar negeri, Sean menyuruh Fian untuk pergi ke Hungaria.
[Akan saya urus semuanya bos] balas Jonathan pada Sean.
Sean mematikan layar ponselnya, dia mengedarkan pandangan ke seluruh area kamar ini, selama setahun lebih berumah tangga dengan Sonia, dia tidak pernah melihat barang-barang istrinya dan tidak pernah terlintas pula di benaknya untuk memeriksa hal itu.
Sean menjadi sedikit penasaran apa saja yang ada di kamar ini, dia mencoba untuk membuka laci-laci dan juga lemari Sonia, tidak ada hal aneh dan mencurigakan di sana, saat membuka sebuah laci yang ada di lemari pakaian Sonia, dia melihat sebuah kotak kecil yang mana Sean sangat mengenalinya.
Sean mengambil kotak itu dan membukanya, terdapat sebuah cincin dengan inisial S yang di kelilingi oleh berlian. Sean sangat ingat kalau cincin itu sengaja dia pesan sebagai kado ulang tahun Sonia yang ke 17.
"Bukannya waktu itu dia bilang kalau cincin ini hilang?" Sean menjadi heran, pasalnya empat bulan setelah dia memberikan cincin itu, Sonia bilang kalau cincin pemberiannya hilang.
Sean meletakkan kembali kotak kecil itu tapi membawa cincinnya, dia sangat yakin itu cincin pemberiannya karena di bagian dalam cincin tersebut ada nama dia dan juga cincin itu dipesan khusus untuk Sonia, dengan kata lain, cincin itu hanya Sonia yang punya.
Sonia yang sedang sibuk memasak bersama Khadijah di dapur berbincang ringan, mereka sudah sangat dekat saat ini, layaknya seorang ibu dan anak. Khadijah dari dulu memang sudah mengenal Sonia tapi mereka tidak pernah bertemu karena Sean selalu menceritakan Sonia pada Khadijah dan sering memperlihatkan foto gadisnya.
Pertemuan Khadijah dan Sonia ya waktu Sonia pertama kali memasuki rumah Sean, berbeda dengan sebaliknya, Sonia sama sekali tidak tau kalau Sean sudah menganggap Khadijah seperti ibunya saat mereka masih pacaran dulu, Sean tidak pernah menceritakan Khadijah pada Sonia.
"Kamu hebat nak, bisa bertahan dengan Sean yang sudah sangat kejam sama kamu, kamu juga bisa menaklukkan hati dia saat ini." Kata Khadijah sambil mengiris bawang.
"Ya gimana bu, dia suamiku, lagian aku juga cinta sama dia, kalau aku nggak bertahan lalu mau ngapain? Bagiku menikah dengan dia saja sudah hal yang luar biasa karena ibu tau kan, dulu aku sempat kehilangan dia." Jelas Sonia dengan tangan yang masih sibuk mengolah bahan makanan.
"Yang ibu herankan, kenapa kamu tidak memberitahu saja alasanmu meninggalkan nya dulu, kenapa kamu begitu tertutup begini baik sama ibu bahkan sama suamimu sendiri."
"Belum waktunya bu, nanti jika udah ada waktu yang tepat, aku akan bilang sama Sean semuanya."
"Jangan sampai rumah tanggamu hancur lebur kamu baru bilang."
"Aku nggak akan biarin rumah tanggaku begitu bu, semampuku, pasti akan aku pertahankan."
"Semoga Allah memudahkanmu ya nak."
"Aamiin." Fian yang tak sengaja mendengar percakapan ibu dan anak itu langsung bersedih, dia berjalan menuju meja makan dengan langkah gontai.
"Apa aku harus bilang hal ini juga sama Bang Sean? Tapi diliat-liat kalau rumah tangga mereka baik-baik aja sekarang." Gumam Fian sendiri.
Tak lama Sonia menata makanan di meja makan, dia menepuk pundak Fian yang tengah bermenung.
"Kenapa sih? Kesambet baru tau."
"Son, sini deh duduk." Pinta Fian, Sonia duduk di kursi sebelah Fian. "Ada apa?" Tanya Sonia yang melihat kalau wajah Fian sangat serius tak seperti biasanya.
"Gimana kalau aku ceritakan semuanya pada Bang Sean, aku kasian sama kamu, kata Kenzo kamu sering ya dianiaya sama Bang Sean ya?"
"Fian, laki-laki itu yang dipegang janjinya, kamu udah janji sama aku kalau kamu nggak akan bilang hal ini pada siapapun terutama Sean, aku akan sangat membencimu jika hal itu bocor darimu."
"Tapi mau sampai kapan hal ini akan kita sembunyikan Sonia? Aku kasian liat kamu, sampai sekarang si ikal lele itu masih saja mengancamku untuk mencelakaimu, aku bingung Son."
"Udahlah Fian, jika tanganmu yang mencelakaiku karena ancaman Nila ya aku ikhlas, aku nggak akan marah sebab aku tau kamu di bawah ancaman dia tapi kalau kamu yang bicara mengenai hal itu pada Sean, aku akan membencimu." Mendengar ancaman Sonia begitu ya Fian tidak mau, dia tidak ingin dibenci oleh ipar kesayangannya.
"Maafkan aku Son, bahkan dari dulu aku tidak bisa melindungimu, aku selalu mengutuk diriku sendiri dengan berbagai kejahatan hanya untuk melampiaskan kekesalan pada diriku ini yang tidak bisa menjadi penolong untukmu."
"Sudahlah jangan begitu menyesali semuanya, aku tau kalau kamu anak baik. Aku mau panggil Sean dulu ya buat sarapan, nanti kita bisa ngobrol lagi." Fian hanya tersenyum dan mengangguk.
Sonia seakan teringat dengan ucapan Fian mengenai kejahatan, dia tidak pernah tau kejahatan apa yang telah diperbuat adik iparnya itu. Sonia kembali ke meja makan dan duduk di samping Fian, dia menatap lekat wajah Fian.
"Kamu bilang tadi kejahatan? Kejahatan apa yang sudah kamu lakukan?" Tanya Sonia. Fian menarik dalam nafasnya dan menghembuskan dengan kasar.
"Aku ini pengedar obat terlarang, membunuh orang, begal, suka mabuk-mabukan dan juga sering memperkosa gadis-gadis di luaran sana." Sonia kaget mendengar pengakuan Fian, dia menutup mulutnya dengan telapak tangan saking tidak menyangka kalau perbuatan Fian akan sejauh itu.
"Kamu nggak lagi becandakan Fian."
"Enggak, dia serius." Sahut Sean yang sudah ada di dekat mereka, Sean duduk di kursi utama, Sonia segera menghidangkan makanan untuk suaminya sarapan, ada susu, roti bakar dan juga bubur ayam. Sonia tidak lagi bertanya karena sudah dipastikan kalau Sean mengetahui semuanya.
"Kenzo ngak dipanggil?"
"Paling dia bangun siang nanti sayang, kita sarapan aja dulu. Dan untuk kamu Fian, semua keperluanmu sudah aku siapkan, kau bisa berangkat siang ini ke Hungaria, tata lah hidup baru di sana dan kembalilah padaku dengan hidup yang lebih baik." Pesan Sean pada Fian.
Fian beranjak dari kursinya dan memeluk kaki Sean, Sonia begitu terharu melihat kehangatan kakak beradik ini.
"Terima kasih bang, terima kasih banyak, aku janji akan berubah seperti dulu, saat mama kita masih hidup dan aku berjanji akan membuatmu bangga." Janji Fian dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, Sean hanya mengusap kepala adik bungsunya itu.
"Kita hanya berdua, kita harus buktikan pada dunia kalau kita adalah yang terbaik." Kata Sean.
"Iya bang, aku akan membuktikannya."
Sarapan kali ini penuh momen haru, mereka sangat menikmati kebersamaan saat ini.
Sonia dan Sean sudah siap untuk berangkat kerja, Fian juga sudah pamit pada mereka untuk pergi nanti. Saat Sonia sudah ada di dalam mobil, Fian menghentikan Sean dan meninggalkan pesan pada kakak laki-lakinya itu.
"Jagalah Sonia, dia tidak punya pelindung selain dirimu, banyak yang mengincar nyawanya dan tak sedikit yang menyukainya, jika dia lepas darimu bisa dipastikan kau tidak akan mendapatkannya kembali. Dia hanya punya dirimu, selama ini dia berjuang dan berkorban hanya untukmu, kau harus menjaganya." Pesan Fian.
"Aku tau itu, terima kasih sudah menyayangi dia sebagaimana mestinya." Sean memasuki mobilnya dan menuju ke toko Sonia terlebih dahulu.
"Kamu hati-hati ya, nanti jangan lupa belikan aku cimol yang ada di dekat kantormu kalo mau jemput." Pesan Sonia sambil mencium punggung tangan Sean.
"Siap sayang, tenaganya jangan diporsir, nanti sakit lagi." Pesan Sean lalu mengecup kening Sonia.
Sonia segera membuka tokonya, sekarang sudah menunjukkan pukul 06.56 jadi masih ada waktu empat menit lagi untuk karyawannya datang.
Sonia beberes sampai Andre, Indah, Naya, dan Lidia datang, mereka bersiap untuk membuka toko. Andre dan Sonia langsung menuju tempat memasak, mereka menyiapkan orderan yang akan dijemput nanti siang.
"Udah buka kak?" Tanya seorang gadis pada Indah.
"Udah kak tapi kuenya masih di masak" Jawab Indah
"Lama ngak kak?" Tanya gadis itu lagi.
"Ya lumayan kak karena kita baru banget buka." Jawab Indah
"Aku balik nanti aja ya kak."
"Oke kaka."
Indah dan Lidia kembali beberes sedangkan Naya ikut ke dapur untuk membuat kue.
🕊🕊🕊
Di tempat lain, Sean memutar arah mobilnya, dia tidak ke kantor hari ini namun kembali ke rumah untuk menjemput Kenzo, mereka ada misi untuk melenyapkan seseorang yang berhubungan dengan bisnis gelap.
Kenzo yang memang sudah menunggu Sean langsung memasuki mobil, dia yang mengemudi saat ini sedangkan Sean mengganti pakaiannya dengan baju kaos dan celana levis serta jaket kulit berwarna hitam, agar nanti saat pulang Sonia tidak curiga dia dari mana.
Jika masih memakai pakaian kantor yang formal, Sonia pasti akan curiga karena sudah dipastikan kalau baju yang dia kenakan akan kumuh dan berlumuran darah.
"Udah dapat alamat si Bram?" Tanya Kenzo.
"Udah, semalam Fian yang kasih tau." Jawab Sean dan membuat Kenzo heran.
"Fian? Apa hubungan Fian dengan misi ini?"
"Fian salah satu pelanggan mereka, dia membocorkan semua aktifitas mereka padaku dan Nila juga terlibat."
"Hahaha gila, memang wonder woman itu ikan lele. Kalau kita melenyapkan Bram, kita pasti akan diburu oleh ketuanya si Miller."
"Miller,sudah lama aku mencarinya selalu saja nihil. Dia sangat pintar menyembunyikan identitas dirinya, bahkan untuk wajahnya saja aku tidak tau dan dunia pun tidak tau bagaimana wajah Miller."
"Jelas saja, bisnisnya besar dan semua berhubungan dengan bisnis gelap, kita aja yang nyari penyakit memburu dia."
"Bukan cari penyakit, jika bukan dia yang mengusikku, aku tidak akan mengusiknya, lagian kekayaannya bukan apa-apa juga dibanding kekayaanku." Ujar Sean dengan sombong, ya memang benar saja, kekayaan Sean begitu banyak bukan hanya di Indonesia, perusahaan nya juga tersebar di berbagai negara dan semua itu adalah bisnis bersih, dia tidak pernah melibatkan dirinya dengan bisnis gelap manapun.
Akhirnya mereka sampai di sebuah gedung mewah, Kenzo dan Sean menyimpan pistol di belakang punggung, mereka berdua dengan santai berjalan memasuki gedung tersebut. Baru di lantai dasar, mereka sudah diserang oleh beberapa anak buah Bram, ada sekitar dua puluh orang yang menyerang, Sean dan Kenzo dengan gampang menghabisi mereka semua.
"Gila, baru lantai dasar, udah sebanyak itu yang nyerang." Kata Kenzo.
"Kenapa aku merasa kalau Bram tau kedatangan kita ya?"
"Sudah terlanjur, ayo naik." Mereka memilih untuk menaiki lift karena semalam Fian bilang kalau Bram ada di lantai 12, di sana adalah tempat Bram biasa santai dan bersenang-senang.
Ternyata untuk sampai ke lantai 12 tidaklah gampang, mereka sering kali dihadang oleh anak buah Bram karena pintu lift akan terbuka secara otomatis di setiap lantai.
Kenzo dan Sean bisa menghadapi semuanya walau mereka sedikit terluka saat ini. Dengan perjuangan yang berat akhirnya mereka sampai di tempat Bram berada, di sana Kenzo langsung diserang oleh seorang wanita yang juga sangat tangguh, Kenzo berusaha untuk terus mengelak dan tidak membalas pukulan wanita tersebut. Kenzo menangkap lengan wanita itu dan menarik ke dalam pelukannya.
"Wanita cantik sepertimu itu mending duduk manis di rumah, jangan bertarung di sini, aku tidak mau memukul wanita, jadi pergilah atau kau akan berakhir di ranjang bersamaku." Kata Kenzo menggoda, wanita itu terlihat marah dan kesal, dia melepaskan dirinya dari Kenzo dan berhasil melukai lengan Kenzo dengan pisau yang ada di tangannya.
"Wah ganas juga," Kenzo berlari ke arah atas, dia menunggu kedatangan wanita muda itu, dia sangat yakin kalau wanita itu mengejarnya.
Sedangkan Sean hampir kalah melawan orang-orang Bram, Sean mengambil sebuah pedang yang paling pajang di dinding, dia menebas kepala mereka semua hingga kepala-kepala itu menggelinding di lantai.
Sean mengatur nafasnya dan mendobrak pintu kamar yang diyakini kalau Bram ada di dalam sana. Sean menatap Bram yang saat ini sedang bersetubuh dengan wanita sewaannya.
"Senang-senangnya sudah usai Bram, sekarang layani aku." Kata Sean menatap remeh Bram, Bram mengenakan pakaiannya sedangkan wanita itu masih setia berada di balik selimut dengan tubuh telanjang.
Bram menyerang Sean dan dengan mudahnya Sean balik menyerang Bram, baku hantam antara mereka tidak terelakkan. Mereka sekarang saling pandang dan siap menyerang, "kenapa kau kesini dan menyerang markasku? Aku tidak ada urusan denganmu." Tanya Bram.
"Kau memiliki urusan pribadi denganku, selain bisnismu yang sudah merusak adikku, kau juga sudah mengganggu istriku."
"Aku tidak pernah memaksa adikmu untuk melakukan bisnis ini, dia yang datang padaku secara suka rela."
"Oke aku tau dan aku juga sudah tau alasan dia begitu tapi aku tetap tidak terima."
"Kau salah masuk ke sini Sean."
"Tidak, aku masuk ke tempat yang benar."
"Kau tidak bisa menyerangku begini hanya karena adikmu."
"Bukan hanya adikku tapi kau juga mengganggu istriku."
"Istrimu? Siapa?"
"Sonia, Sonia Elliezza. Kau ingat bukan." Bram tampak berpikir sejenak lalu tertawa remeh.
"Haha ya tentu saja gadis manis nan anggun, dia sangat cantik dan menggoda bahkan begitu ramah. Aku memang tertarik padanya saat pandangan pertama dua bulan yang lalu. Aku tidak tau kalau dia adalah istrimu."
"Kau pikir aku bodoh, tidak ada pebisnis di daerah ini yang tidak tau dengan istriku,"
"Ya ya, bagaimana kabarnya? Apa dia enak di ranjang?" Sean langsung menghajar Bram dengan cepat, hatinya saat ini dipenuhi amarah mendengar perkataan Bram itu.
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.