Dikala kehidupan yang kamu jalani tidak berjalan dengan apa yang kamu mau, hanya bisa berharap bahwa ada keajaiban untuk memberikan kebahagiaan. namun siapa sangka bahwa ada kejutan di hari-hari yang kamu jalani, di awali masa sekolah yang berwarna dengan masalah percintaan yang membuat menjadi gundah. akankah mereka bisa kembali bersama???
*Pantengin keseruan mereka dengan para tokoh yang emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta yang terluka
~ Lepaskan yang membuatmu sakit dan damai lah dengan perasaanmu sendiri.
Keempat wanita yang sedang sibuk bekerja di kejutkan dengan pria yang mengantarkan paket ke ruangan marketing 2, para perempuan langsung mengerubungi paperbag yang ada di atas meja. semuanya terkejut saat melihat isi yang sangat mahal di dalamnya. Nayesha yang baru saja tiba di kantor melihat teman-temannya berkumpul dengan ekspresi yang tengah heboh akan sesuatu.
Dirinya terperangah saat melihat kalung liontin kristal bermotif sederhana yang memberikan kesan elegan, bingung siapa yang memberikan hadiah semewah itu? Nayesha menatap selidik saat menatap nama pengirim dari pemberian tersebut. tidak menyadari bahwa keempat wanita tengah memperhatikan Nayesha yang bingung saat dirinya terbengong melihat paperbag tersebut.
Seseorang pemuda tengah berbincang di ruangan khusus di mana keduanya sedang membahas sesuatu yang mengejutkan.
"Jadi kalian memutuskan untuk berteman?"
Salah satu dari pemuda tersebut berdeham saat dirinya menceritakan kejadian singkat di mana dirinya harus merasakan keputusan yang sangat menyakitkan.
1 hari yang lalu....
Hari ini di suguhkan dengan pemandangan hujan, wanita yang tengah berdiri menatap rintik hujan di balik kaca yang kokoh. dirinya hanya fokus pada suara hujan yang membuatnya tentram pada hatinya. sosok yang melihat dari kejauhan berjalan mendekat untuk berdiri di sampingnya yang cukup lama, mata perempuan yang melihat rintik hujan tersadar bahwa sudah ada seseorang yang tengah berdiri menatap lurus dengan tatapan kosong.
"Pak Wakil?" Yang di panggil tidak membalasnya yang masih setia pada pemandangan hujan.
Tak lama Ahza membuka suara, "Apa hujan membuat mu nyaman?"
Nayesha membalas dengan bingung, "Apa?"
Ahza langsung mengalihkan tatapan pada Nayesha, "Kurasa hatimu sedang merasa senang?"
Aku yang mencoba memahami perkataanya namun susah untuk menanggapi pemuda yang tanpa ekspresi tersebut,
"Apa kita masih ada harapan?"
Belum selesai Ahza langsung menggeleng dengan cepat, "Bukan kita, tapi aku yang berharap."
Lagi dan lagi aku bungkam dengan kebingungan semua yang dia lontarkan,
"Pak Wakil, aku........." Sedikit bergeming dengan apa yang aku ingin katakan, Ahza langsung paham kalo dirinya ingin belum memberi keputusan.
"Tak apa aku akan menunggu."
"Tidak, mari kita bicarakan." balas Nayesha dengan mantap. Ahza langsung berdegup saat Nayesha menatapnya.
"Jadi bagaimana?"
Nayesha terdiam cukup lama dirinya bimbang mau mengatakan dari yang mana apalagi perasaanya bimbang gelisah di buatnya.
"Maaf Pak, sebelumnya karena ini topik dari di luar pekerjaan."
Ahza melihat Nayesha yang gugup membuatnya harus siap mendengarkan semuanya, Ya Ahza harus menanyakan hal ini karena ingin memastikan pertanyaan mama nya yang selalu terngiang-ngiang.
Memangnya dia masih mencintaimu? seperti itulah perkataan Ibunya yang sedikit menohok.
"Bapak tidak mungkin kan masih suka sama saya?" Dengan selingi kekehan kecil, baginya itu adalah pertanyaan yang konyol.
"Tentu. saya masih menyukaimu," Nayesha terdiam mematung terasa lidahnya kelu sehingga tawa kecilnya mereda dengan cepat. hatinya menggeleng tidak setuju bahwa bosnya tidak boleh masih menyukai orang yang sama-sama terluka.
"Bapak sadar apa yang Bapak katakan?" ucap ku dengan hati-hati.
Ahza menyerengit, memangnya ada yang salah dalam ucapannya? memang aneh para perempuan jika para lelaki mendekatinya mereka malah menjauh, apa ini sebuah karma? karena selalu akrab dengan perempuan tanpa memikirkan perasaan Nayesha waktu itu?
Nayesha melihat Ahza yang tengah termengu langsung meluruskannya,
"Kurasa Bapak salah mengenai perasaan sebab Bapak hanya senang sama saya hanya di awal."
Maksudnya adalah Ahza hanya senang bisa mengobrol dengan Nayesha karena memiliki humor seperti kebanyakan pria yang menyukai Nayesha karena dirinya ramah namun keramahannya juga belum bisa menjamin kalo Nayesha membuka hatinya untuk para buaya. tapi saat memberi kesempatan sama Ahza berbeda, Nayesha juga sangat senang bersamanya namun hatinya cukup sakit ternyata. serasa sangat muak saat melibatkan perasaan seperti ini.
"Aku tahu kau sangat mengenali diriku." cakap Ahza dengan tenang untuk mengendalikan kata-kata untuk tidak membuatnya terluka.
"Bapak tahu kalo dulu sudah menyakiti saya dengan ucapan Bapak?"
Nayesha menahan luap dari hatinya, tidak bisa menyebutkan satu persatu dalam masalalu tentang ucapan Ahza yang menyakitkan. Ahza tidak suka dengan perempuan yang kasar, seakan mengatakan kalo dia menyukai wanita selembut permen kapas. apa dia seorang pemain wanita?
"Apa kau masih sakit hati karena itu?" Ahza mengingat betul bahwa dulu pernah berbicara kasar kepadanya dan juga pernah berselingkuh darinya.
"Kau tahu aku cowok normal, wajar jika aku khilap mendekati wanita apalagi kita sering bertengkar." Frustasi Ahza saat melihat Nayesha tidak berbicara apapun. Nayesha terkesima dengan pemuda yang ada di hadapanya, sudah berapa bulan dirinya sabar dan seburuk itukah aku hanya sebatas peran pengganti?
"Aku membencimu." Dengan menekan kalimat tanpa mempedulikan status sebagai pegawai. mendengar kalimat yang keluar dari bibir Nayesha merasa teriris entah perasaan menyesal keluar dari hatinya. tak mampu berbicara apalagi menatap Nayesha hanya bisa memandang lurus melihat gedung yang tinggi sambil memulihkan pikiran yang terasa panas hingga Ahza menghela nafas pelan.
"Kau tahu, aku menarik kata-kata ku." Sontak Nayesha memandang Ahza hingga manik mereka menatap satu sama lain.
inilah keputusan yang hanya bisa dilakukan oleh Ahza, entah ini salah atau benar yang jelas pemuda tersebut hanya mampu mengikuti jalan pikirannya.
"Menjadi teman tidak terlalu buruk, Jadi Nayesha mari kita berteman."
****
Diven termengu saat Ahza malah menceritakannya walaupun Ahza pesaingnya namun dari keduanya seperti sahabat dekat, yang di mana Ahza pasti cerita kalo ada sesuatu yang salah.
"Yakin? kalo gitu gue bisa mendekatinya." Sontak pemuda di sebelahnya tertawa renyah,
"Emangnya dia mau sama lo?"
Diven sedikit meringis seakan ucapannya menusuk ke ulu hatinya, tidak mengira bahwa temannya juga sama memperebutkan hati Nayesha namun mendengar peruturan Ahza ternyata mereka terjebak dalam masalalu.
"Mau gue ambilin obat? gue juga kalo stres minum obat juga."
Ahza menggeleng, obat yang di minum Diven adalah vitamin di mana jika kita meminumnya menjadi tenang seperti alkohol. entah nama vitamin dari turun temurun yang jelas itu bukan minuman soju dan narkotika yang berbahaya.
Keduanya sama-sama terdiam, Diven yang biasanya mendengar cerita tak luput juga memberi solusi untuk temannya. tapi sekarang Diven bingung kalo berurusan dengan masalalu, hanya bisa mengumpati sikap Ahza yang di luar realistis. bagaimana dirinya sudah membuang barang yang mahal demi mementingkan kebutuhan egonya?
Pikiran Diven terbesit akan sesuatu dengan cepat melirik ke arah Ahza yang tengah menunduk lemas, seperti itukah galau dari seorang Ahza?
Diven membuka suara, "Kau sudah tahu mengenai pegawaimu mendapat sesuatu?"
Dengan cepat Ahza mendongak ekspresinya yang galau berubah menjadi bingung.
"Sekretarisku mendapat info katanya pegawaimu dikirimkan paket oleh seseorang." jelas Diven.
Ahza pun menjawab, "Tidak paket apa?"
"Yang dia dengar seseorang memberikan kalung kristal yang termahal wins---" Di akhir kalimatnya Diven mencoba mengingat brand dari kalung tersebut, namun Ahza lebih dulu menyahutnya.
"Harry Winston?" Seketika Diven langsung mengangguk semangat seakan itu yang mau dia katakan.
Siapa sih yang tidak mengenal brand termahal dari Harry Winston? kalangan artis juga memakai yang tak kalah terkenal dengan brand Tiffany and co. pikiran Ahza buyar saat Diven memberikan gambar di ponselnya dan langsung melihat nama pengirimnya. mulutnya terbuka seakan tidak percaya pengirim dari hadiah tersebut.
"Harumi.....???"
Di lain tempat para gadis sedang bersantai di bilik kamar yang bersuasana putih entah kenapa sang pemilik kamar sangat menyukai warna putih pucat seperti ini? bahkan semua temannya pun membayangkan kalo malam hari cat putih di kamar akan mengeluarkan darah seperti cerita horor, membayangkan saja membuatnya merinding.
"Jadi lo menerima dia menjadi calon suami lo?" The point Grencia membuat semuanya ikut penasaran. namun sang empu tidak mendengarkannya melainkan memainkan game di ponselnya. Erna yang geram langsung melemparkan bantal kecil tepat ke arahnya.
"Haish! tuhkan mati!" umpat gadis tersebut.
Erna dengan tidak berdosanya menampilkan wajah datarnya saat perempuan tersebut mengibarkan peperangan di matanya. sudah hal biasa teman-temannya jengkel dengan sikap acuhnya saat bermain game.
"Hei! jawablah pertanyaan kita." lontaran Biw yang sangat setuju oleh yang lainnya. perempuan itu memutar matanya jengah, apa penting harus membahasnya? namun melihat ekspresi mematikan dari temannya terpaksa harus mengatakannya.
"Iya gitu."
Satu lontaran saja membuat semua temannya menunding banyak pertanyaan hingga dirinya sangat muak jika harus terus-terusan membahas.
Perempuan itu berdecak sebal, "Sudah lah teman, apa tidak ada pembicaraan yang lain hu?" Sambil menyenderkan kepalanya di tembok.
Teman-temannya mendelik, memang aneh nih orang membahas calon suaminya padahal kenapa sangat marah? sungguh kalo ada danau pasti kita akan mencelupkan Jia ke dalam Danau.
"Owh iya Kinan. Daka bagaimana?"
Kinan yang mendengarnya terdiam sejenak lalu menepuk jidatnya pelan. pasalnya Kinan harus menjadi mata-mata melewati temannya Daka yaitu Hiko. sangat tidak dipungkiri temannya yang bernama Jia diam-diam menyukai Daka si vokalis di tempat kuliahnya.
"Dia bilang mau ke bar." Jia hanya mangut-mangut sambil tersenyum tidak jelas, keempat temannya yang melihat itu merasa bulu kuduknya merinding seakan sudah tahu apa yang ada dipikirannya.
Ahza yang sudah balik ke kantor langsung menuju ruangannya dan tak lama sekretarisnya datang sambil sedikit membungkuk hormat karena bosnya yang memanggil.
"Vita. scheduale hari ini apa kau di luar?"
Vita langsung menjawab, "Tidak Pak, memang ada apa?"
Ahza langsung memberikan Perintah untuknya untuk mengambil paket dari ruangan 2, Giovita yang paham langsung membalas perintahnya.
"Baik."
Nayesha yang sedang berkutat pada pekerjaan dengan ekspresi serius, keempat temannya melirik ke arah Nayesha lalu mereka berbincang lewat chattingan. tak lama Giovita datang dengan ekspresi tegasnya dan menyuruh para pegawai untuk mengumpulkan paket yang mereka terima. Nayesha yang tidak mengambil paket tersebut melihat wajah kebingungan dari yang lain hingga Giovita pergi tanpa satu katapun selepas mengambil semua barangnya, memang barang tersebut tidak pantas untuk menerimanya apalagi Ahza tahu siapa dalang pengiriman tersebut.
****
"Siapa kau? bagaimana kau bisa masuk?" Perempuan yang tengah duduk menatap ke sumber suara ternyata orang-orang yang di tunggu datang juga.
Giovita tidak menjawabnya melainkan menyerahkan kembali pemberian paperbag mahalnya. perempuan itu melirik apa yang di maksud olehnya namun enggan untuk memgambil kembali.
"Kenapa kau mengembalikan ku ini?" sambung Harumi dengan heran.
"Memberi? bukankah itu pemberian darimu?" Sontak Harumi tertawa renyah seakan ada lelucon baginya.
Namun Giovita hanya menatap datar, "Bawalah kau tidak pantas memberikan semua ini."
Harumi berdecak kasar, "Apa susahnya kalian menerimanya, bukan kah itu cukup mahal bukan?"
Giovita tidak menjawab Harumi yang tengah menatap dirinya rendah. kalo bukan di tugaskan oleh bosnya tidak akan mau menatap wajahnya yang tengil.
"Dengar kan aku. jangan coba-coba memberikan apapun untuk menggodanya apa kau tidak cukup sadar diri?" Harumi tersenyum paksa. berani sekali wanita ini menceramahiku! geram Harumi.
Harumi membalas sinis, "Hei! aku bukan anakmu yang harus kau ceramahi, kau tahu apa arti dari bersenang-senang?"
Giovita menjawab dengan santai, "Tentu saja, itu pantas dengan ekspresimu."
Harumi langsung menahan amarah dengan berteriak memanggil seseorang hingga sosok perempuan datang dengan langsung menunduk ke arahnya,
"Singkirkan barang-barang ini kalo perlu bakar semuanya." Perempuan itu mengangguk dan segera melaksanakan tugasnya.
"Lihat! aku pun bisa saja membakar seluruh kantormu itu."
Refleks Vita terkekeh melihat wujud aslinya membuatnya semakin liar.
"Silahkan! ku tunggu kesenanganmu. nona haluan." Giovita melihat Harumi berteriak memanggil petugas keamanan sebelum petugas keamanan datang dan tanpa menunggu di seret Giovita bangkit dari bangku yang juga sangat jengah. mungkin kalo bukan pekerjaan formalitasnya pasti sudah ada bekas tinjuan di wajahnya.
Nayesha yang sudah bersiap untuk pulang dikejutkan dengan seseorang seakan tidak mempedulikan dengan membereskan barang-barang di dalam tas kecilnya. saat hendak berjalan seseorang memanggil hingga langkah ku terhenti.
"Bagaimana bisa orang-orang pada mempekerjakanmu?"
Perempuan itu melihat Nayesha tidak bergeming langsung mendekatkan tubuhnya dengan menatapnya rendah,
"Atau jangan-jangan kau menjampe-jampe pada bosmu?"
Tentu saja Nayesha melayangkan matanya, "Apa kau pikir ini di zaman mu yang sesat?" berhenti sejenak sambil mendesah pelan untuk melanjutkan perkataan,
"Ah! zaman sudah berkembang hingga hilangnya tata krama."
"Kau pikir di sini kau merasa istimewa?"
Nayesha mencoba menangkap dari ucapanya, hingga muncul senyuman di sudut bibirnya saat menangkap ada maksud lain dari kedatangannya.
"Apa ini yang membuatmu resah?" Perempuan yang menemui Nayesha yaitu Harumi, dengan geram Harumi menjambak rambut Nayesha. apa hebatnya dibanding dengan diriku yang cantik hingga Ahza tidak tertarik padaku! tentu Nayesha memberontak tetapi bibir Harumi terus memaki sambil menjambaknya. pertengkaran itu terhenti saat Ahza yang melihat dan langsung menyeret lengan Harumi untuk menjauh dari Nayesha.
"Harumi apa yang kau lakukan?"
Harumi yang mendengar kalimat tegasnya ingin menjelaskan kepada Ahza namun Nayesha menyelaknya lebih dulu.
"Maaf Pak! Bu Harumi menuduh saya kalo yang menyuruh mengembalikkan hadiah itu saya, padahal saya tidak mendapat hadiah tersebut." luruhku dengan sedikit drama yang dibuat-dibuat untuk pemuda tersebut mempercayainya.
Sontak Harumi melebarkan matanya tidak percaya bahwa wanita sialan itu sudah berbohong. lagi dan lagi Harumi ingin menjelaskan sudah di tatap tajam oleh Ahza.
"Apa kedatangan sekretarisku tidak cukup untuk menjelaskan padamu?!" Lidah Harumi sangat kelu untuk berbicara hingga membuat Nayesha bersorak dalam hati. sengaja untuk melihat siapa yang istimewa di sini, apakah dirinya masih mampu menunjukkan wajah aslinya?
"Aku----" Ahza yang tidak ingin membuang waktunya langsung menyelaknya,
"Dengar! berhentilah mengganggu jika tidak aku akan seret mu ke pengadilan." Dengan meninggalkan kedua wanita yang masih terdiam di tempat.
Nayesha melihat punggung Ahza sudah menjauh langsung berjalan pergi meninggalkan Harumi yang sebentar lagi akan meledak frustasi pastinya.
Farhan yang tengah berjalan di rintik hujan harus berteduh, dipikir-pikir jalan ini tidak asing baginya. selepas ke supermarket Farhan menenteng belanjaan dengan memakai payung. Farhan berjalan ke pelintas pejalan kaki untuk menyebrang, saat sesuatu terjadi Farhan melebarkan matanya dengan segera berlari ke arah seseorang yang tengah berjalan tanpa pembatas jalan. dengan gerakan cepat menyeret pundaknya untuk menghindari mobil tersebut hingga tubuhnya terciprat air hujan untungnya ada payung untuk melindungi kepala dari air hujan.
Saat dua sejoli sedang bertatapan dibawah payung tidak sadar bahwa ada seseorang yang melihat kejadian dari kejauhan. Karan yang menyadari bahwa Jeslyn menjauhinya mencoba untuk menanyakan dengan mengikutinya. namun dirinya melihat Jeslyn yang berjalan di jalan raya ingin menyelamatkannya namun sudah kedahuluan dengan seseorang, Karan hanya bisa berjalan meninggalkan mereka dengan gontai untuk menjauhi dua sejoli yang masih berpelukan menatap satu sama lain.
Farhan yang tersadar langsung melepaskan tangannya sambil mengedarkan pandangannya membuat mereka canggung satu sama lain. melihat wanita yang di tolongnya mendahului langsung mempercepat dengan menyamakan langkahnya.
"Sedang hujan, ayo berjalan bersama." Sambil memayungkan di atas kepalanya juga. tidak ada topik selama di perjalanan hanya ada suara rintik hujan yang menyelimuti kecanggungan.
Farhan melirik sekilas banyak sekali banyak pertanyaaan di kepalanya, tumben sekali dirinya tidak mengeluarkan suara? hingga pada akhirnya Farhan memberanikan diri untuk bertanya.
"Kenapa kau melamun di tengah jalan?"
Perempuan itu sedikit bergeming, "Tak apa-apa."
Farhan menyerengit tak paham dengan isi di dalam kepalanya. bagaimana tidak papa padahal hampir saja di tabrak dengan pengemudi di tengah jalan.
"Seperti sakit hati saja." sunggut Farhan.
"Lebih buruk malahan." Mendengar celetukannya Farhan langsung melebarkan matanya sempurna.
"Kau sungguh sakit hati?" Farhan langsung menjeda ucapanya,
"Tidak kau pasti di campakkan bukan?"
Perempuan yang berjalan bersama Farhan adalah Jeslyn namun sepertinya dirinya salah berbicara dengan cowo rese sepertinya tidak bakal paham tentang perasaan, boro-boro paham Farhan saja tidak peenah berkencan dengan siapapun. lihat saja muka konyolnya yang ingin rasanya mual saat melihatnya.
"Orang seperti kau pasti tidak merasakan jatuh cinta." Langkah yang terus melangkah terhenti saat Farhan menatapnya lekat, saat Farhan membisikkan sesuatu tubuh Jeslyn termengu hingga Farhan tersenyum samar melihat sang empu tidak berkutik dan memiringkan kepalanya untuk mendekati wajah Jeslyn. payung yang Farhan genggam terlepas membuat air hujan membasahi mereka berdua.