Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepas Rindu di Kali
Pagi itu, Arman dan Nadia memutuskan untuk menghabiskan waktu berdua dengan memancing di kali dekat rumah. Mereka ingin menikmati suasana alam yang tenang dan menghabiskan waktu berkualitas sebagai pasangan suami istri.
"Sayang, bawa umpan yang cukup, ya! Jangan sampai kita pulang tanpa ikan," Nadia menggoda sambil menyiapkan peralatan memancing.
Arman tersenyum lebar, "Tenang saja, aku sudah siap! Hari ini kita pasti dapat ikan besar." Ia mengangkat kotak umpan dengan percaya diri.
Mereka berjalan menyusuri tepi kali, dikelilingi pepohonan hijau yang rimbun. Suara air yang mengalir menambah keindahan suasana. Setibanya di tempat yang diinginkan, mereka memilih spot yang nyaman untuk duduk.
"Siap, sayang?" tanya Arman sambil menyiapkan pancingnya.
"Siap! Tapi jangan harap aku akan menggenggam ikan itu sendirian," balas Nadia dengan senyum nakal.
Setelah beberapa saat menunggu, Nadia merasakan sesuatu di ujung pancingnya. "Aduh, ini pasti ikan!" teriaknya dengan semangat.
Arman cepat-cepat membantu Nadia menarik pancingnya. "Tarik, sayang! Kamu pasti bisa!"
Nadia menarik pancing dengan penuh tenaga, dan setelah perjuangan singkat, seekor ikan kecil berhasil terangkat ke permukaan. Mereka berdua bersorak, "Yeay! Kita dapat ikan!"
Sambil tertawa, Nadia berkata, "Ikan ini pasti jadi hidangan spesial malam ini!" Arman mengangguk setuju, dan mereka melanjutkan memancing dengan penuh semangat.
Beberapa menit kemudian, Arman melihat Nadia yang tampak serius memperhatikan pancingnya. "Sayang, apa kamu yakin itu tidak terlalu kaku?" tanyanya sambil tersenyum.
Nadia menoleh, "Hah? Apa maksudmu?"
Arman tertawa, "Kamu terlihat seperti sedang mengawasi musuh, bukan ikan!"
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak, hingga Nadia hampir terjatuh dari bangku kecilnya. "Sini, jangan berani-berani jatuh! Aku butuh kamu di sampingku," Arman berkata sambil menarik tangan Nadia agar lebih dekat.
Setelah beberapa kali gagal mendapatkan ikan yang lebih besar, Nadia mulai merasa sedikit frustrasi. "Kenapa ikan-ikan ini sepertinya tidak mau menggigit umpan kita?" keluhnya.
Arman mencoba menenangkan. "Mungkin mereka sedang malas. Kita bisa berusaha lebih keras!"
Tiba-tiba, pancing Nadia bergetar hebat. "Aha! Ini dia!" teriaknya sambil menarik pancingnya dengan penuh semangat.
Setelah tarik-menarik, akhirnya seekor ikan yang lebih besar berhasil ditangkap. "Lihat, sayang! Kita berhasil!" Nadia melompat kegirangan.
Arman memeluknya erat. "Kau memang luar biasa, Nadia! Aku sangat bangga padamu."
Setelah beberapa jam memancing, mereka akhirnya pulang dengan beberapa ikan di tangan. Suasana hati mereka penuh keceriaan. Di perjalanan pulang, Nadia mulai bercerita tentang kenangan-kenangan masa kecilnya saat pergi memancing dengan keluarganya.
"Sayang, aku ingat dulu, setiap kali aku memancing, selalu ada momen lucu saat ikan berhasil ditangkap. Ayahku sering melompat kegirangan dan terjatuh ke kali!" Nadia tertawa.
Arman tertawa bersamanya. "Kita harus mengulangi momen itu, tapi kali ini dengan kita berdua. Bayangkan, kita berdua terjun ke kali bersama!"
Sesampainya di rumah, mereka langsung membersihkan ikan yang telah ditangkap dan mempersiapkan makanan malam. Selama memasak, tawa dan candaan terus berlanjut.
"Sayang, bagaimana kalau kita membuat ikan bakar dengan sambal? Pasti enak," Nadia mengusulkan.
"Setuju! Siapa yang bisa menolak ikan bakar hasil tangkapan sendiri?" Arman menimpali dengan semangat.
Malam itu, sambil menikmati hidangan ikan bakar yang lezat, mereka saling berbagi cerita tentang masa lalu dan harapan untuk masa depan. Setiap tatapan, setiap senyuman, membuat mereka semakin merasa dekat satu sama lain.
Di tengah makan malam, Nadia berkomentar, "Kamu tahu, sayang, momen seperti ini membuatku merasa sangat bersyukur. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpamu."
Arman menggenggam tangan Nadia, "Aku juga merasakannya. Kita telah melalui banyak hal, dan aku ingin terus bersama kamu selamanya."
Setelah makan, mereka memutuskan untuk menonton film bersama. Mereka berbaring di sofa, berbagi popcorn sambil tertawa dan menikmati waktu santai.
Satu hal yang mereka berdua tahu: tidak peduli seberapa sibuk atau beratnya hidup, setiap momen yang mereka habiskan bersama adalah berharga.
Keesokan harinya, saat mereka bangun, Nadia melihat ke arah Arman yang masih tertidur. Ia tersenyum, merasa bahagia melihat suaminya. "Hari ini akan menjadi hari yang luar biasa," pikirnya.
Dengan penuh semangat, Nadia bersiap-siap untuk memulai hari baru bersama Arman, membayangkan semua petualangan yang akan mereka hadapi ke depannya.
"Liburan Ke Pantai"
Arman, Nadia, dan Aldo sudah merencanakan liburan keluarga ke pantai selama berbulan-bulan. Semangat mereka meluap-luap saat hari H akhirnya tiba. Pagi itu, mereka bersiap-siap dengan penuh keceriaan. Nadia mengemas pakaian renang, pelampung, dan camilan, sementara Arman mengecek kendaraan.
“Sayang, sudah siap?” tanya Arman sambil mengangkat tas ransel besar.
“Siap! Aldo, kamu siap?!” Nadia berteriak memanggil anak mereka yang masih asyik bermain dengan mainannya.
“Siap, Mama! Kita mau bikin pasir kastil, kan?” Aldo menjawab penuh semangat.
Setelah semua barang dimasukkan ke mobil, mereka pun berangkat. Dalam perjalanan, Aldo yang duduk di belakang tak henti-hentinya bertanya, “Berapa lama lagi, Papa? Kapan kita sampai?”
“Tenang, Nak. Sekitar satu jam lagi,” Arman menjawab sambil tersenyum.
Setelah beberapa waktu berlalu, mobil mereka tiba di pantai. Suara ombak dan angin sepoi-sepoi menyambut kedatangan mereka. Nadia dan Aldo melompat keluar dengan kegembiraan.
“Wah, lihat itu! Pantainya sangat indah!” seru Nadia sambil menghirup udara segar.
“Yuk, kita langsung ke pasir!” Aldo berlari menuju tepi pantai.
Mereka menghabiskan waktu bermain pasir dan membangun kastil. Aldo bersemangat membantu Nadia dan Arman dalam menciptakan benteng megah dari pasir.
Namun, saat mereka sedang asyik bermain, tiba-tiba Aldo berteriak, “Papa, lihat! Aku menemukan kerang besar!”
Aldo mengangkat kerang itu dengan bangga, tetapi saat ia memperlihatkannya, kerang itu ternyata mengeluarkan suara aneh. Semua tertawa ketika Arman berseloroh, “Mungkin itu kerang dari raja laut!”
“Raja laut yang mana?” tanya Nadia sambil tertawa.
“Raja laut yang memerintah lautan ini!” Arman menjawab sambil berusaha meniru suara monster laut.
Setelah puas bermain pasir, mereka beristirahat dengan menikmati es krim. Namun, situasi menjadi lucu ketika Aldo berusaha membagikan es krimnya ke sekelompok burung yang mendekat.
“Burung-burung, mau es krim?” Aldo berteriak. Burung-burung itu malah menyerang es krimnya, dan dalam sekejap, es krim Aldo sudah berantakan di pasir.
“Aduh, Aldo! Burungnya suka sekali dengan es krimmu!” Nadia tertawa melihat anaknya yang kaget.
Setelah makan siang, Arman mengajak mereka untuk bermain voli pantai. Namun, saat bola dilempar, Aldo yang masih kecil belum bisa mengendalikan bola dengan baik. Dalam satu percobaan, bola terbang jauh dan menghantam seorang pengunjung yang sedang duduk santai.
“Oh tidak! Maaf, Pak!” teriak Arman, berlari untuk meminta maaf.
Pengunjung itu ternyata seorang pria yang tampak kesal, tetapi ketika ia melihat Aldo yang memohon maaf dengan wajah lucu, ia tak bisa menahan tawa. “Hati-hati, nak! Tapi saya suka semangatmu!”
Setelah kejadian lucu itu, mereka melanjutkan permainan, dan kali ini Aldo lebih berhati-hati. Namun, Arman yang terlalu bersemangat malah terjatuh saat mengejar bola, membuat Nadia tertawa terbahak-bahak.
“Saya tahu kamu sangat atletis, sayang, tapi hati-hati!” Nadia berkomentar sambil membantu Arman bangkit.
Malam tiba, dan mereka memutuskan untuk menyalakan api unggun. Sambil memanggang sosis dan marshmallow, Arman menceritakan kisah lucu tentang pengalamannya ketika kecil.
“Dulu, saya juga pernah pergi ke pantai. Saya berusaha menangkap ikan, tapi malah jatuh ke laut! Mama saya tertawa melihat saya basah kuyup!” Arman bercerita.
“Seru banget, Papa! Aku juga mau menangkap ikan!” Aldo bersemangat.
“Ya, tapi jangan sampai jatuh ke laut ya!” Nadia menambahkan.
Malam semakin larut, dan mereka duduk berkeliling api unggun sambil menikmati makanan yang mereka panggang. Suara ombak dan cahaya bintang membuat suasana semakin romantis.
“Sayang, liburan ini sangat berkesan. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu dan Aldo,” Nadia berkata sambil menyandarkan kepalanya di bahu Arman.
“Aku juga, Sayang. Keluarga kita adalah segalanya,” Arman menjawab dengan penuh kasih.
Ketika mereka kembali ke penginapan, Aldo sudah mengantuk. Nadia dan Arman menatap satu sama lain, tersenyum bahagia melihat kebersamaan mereka yang penuh cinta.
Keesokan harinya, mereka merencanakan petualangan baru di pantai. Dengan semangat dan cinta yang semakin kuat, liburan keluarga ini menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Keesokan harinya, matahari bersinar cerah dan laut berkilau seperti permata. Nadia dan Arman bangun lebih awal, tak sabar untuk melanjutkan petualangan mereka. Aldo yang masih mengantuk terbangun saat mendengar suara ombak yang mengalun.
“Selamat pagi, sayang!” Nadia menyapa dengan senyuman hangat. “Siap untuk berpetualang lagi?”
“Siap, Mama! Hari ini kita mau ngapain?” Aldo bertanya dengan semangat.
“Kita bisa menyewa perahu dan pergi menjelajahi pulau kecil di dekat sini!” Arman menjawab.
“Yay! Kita bisa menangkap ikan!” Aldo berteriak, melompat-lompat penuh kegembiraan.
Setelah sarapan, mereka langsung menuju pantai. Di sana, mereka menemukan penyewaan perahu kecil. Arman berbincang dengan pemiliknya, dan dalam waktu singkat, mereka sudah berada di atas perahu, siap untuk berlayar.
“Pegang erat-erat, ya!” Arman mengingatkan saat perahu mulai meluncur ke laut.
Nadia duduk di sampingnya, sementara Aldo berdiri di depan, menikmati angin laut yang berhembus.
“Lihat, Mama! Kita bisa melihat ikan-ikan di bawah sana!” Aldo menunjuk ke air yang jernih.
“Wow, indah sekali!” Nadia terpesona.
Setelah berlayar selama setengah jam, mereka akhirnya tiba di sebuah pulau kecil yang dikelilingi pasir putih. Dengan riang, mereka melompat dari perahu dan berlari ke pantai.
“Ayo, kita gali pasir untuk menemukan harta karun!” Aldo berteriak, langsung mencari sekop kecil di tasnya.
Nadia dan Arman tertawa melihat semangat anak mereka. Mereka membantu Aldo menggali, dan tidak lama kemudian, mereka menemukan beberapa kerang yang cantik.
“Lihat, ini kerang terbaik yang pernah aku temukan!” Aldo menunjukkan kerang yang lebih besar dari telapak tangannya.
“Bagus sekali, Nak! Kita bisa jadikan ini sebagai kenang-kenangan,” Nadia memuji.
Saat mereka bermain, tiba-tiba Arman mengusulkan untuk berkompetisi siapa yang bisa membangun kastil pasir tertinggi. “Siapa yang kalah harus memanjat pohon kelapa!” Arman berseloroh.
“Papa, itu tidak adil! Aku masih kecil!” Aldo protes sambil tertawa.
“Baiklah, kita bisa berkompromi. Yang kalah cuma harus ambil air dari laut!” Arman tertawa.
Pertandingan pun dimulai, dan mereka bekerja sama membangun kastil pasir yang megah. Di tengah-tengah kompetisi, Aldo tergoda untuk memasukkan wajahnya ke dalam ember berisi air untuk mendinginkan dirinya.
“Lihat, Mama! Aku bisa menyelam!” Aldo berteriak, tetapi saat ia mengangkat kepala, ia mendapati wajahnya penuh pasir. Hal ini membuat Nadia dan Arman tertawa terbahak-bahak.
“Anak ini, selalu saja ada kejutan!” Nadia berkata sambil mengusap wajah Aldo yang penuh pasir.
Setelah selesai membangun kastil, mereka beristirahat sejenak. Sambil menikmati camilan, Arman mendekati Nadia dan berbisik, “Sayang, aku sangat bersyukur bisa menghabiskan waktu bersamamu dan Aldo.”
Nadia menatap Arman, merasakan kedekatan yang semakin erat. “Aku juga, Sayang. Setiap momen seperti ini sangat berarti.”
Aldo yang mendengar obrolan orang tuanya berusaha berperan sebagai “pengacara cinta.” “Papa, Mama, kalian harus berciuman! Biar aku bisa mengabadikan momen ini!” Aldo menggoda.
Arman dan Nadia saling menatap, kemudian tertawa. “Baiklah, Nak. Ini untukmu!” Arman berkata sambil mencium Nadia dengan lembut.
Aldo bertepuk tangan, “Bagus! Sekarang kita bisa foto!”
Setelah sesi foto keluarga yang lucu, mereka memutuskan untuk menjelajahi pulau lebih jauh. Saat berjalan, mereka menemukan kolam kecil di antara bebatuan. “Ayo kita renang!” Nadia menyarankan.
“Mama, aku berani!” Aldo berlari ke arah kolam.
Namun, sebelum mereka menyadari, Aldo melompat terlalu jauh dan terjatuh ke dalam kolam, membuat air menyembur ke mana-mana.
“Lihat, Papa! Aku bisa berenang!” Aldo berkata dengan penuh semangat meski sudah basah kuyup.
Nadia dan Arman tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku anak mereka. “Aldo, seharusnya kamu tahu berenang dulu sebelum melompat!” Nadia berkomentar.
Setelah bermain air, mereka memutuskan untuk kembali ke perahu dan bersiap pulang. Dalam perjalanan pulang, Aldo yang kelelahan terlelap di pangkuan Nadia.
“Dia tidur dengan damai, ya,” Arman berbisik, tersenyum melihat wajah anak mereka yang tenang.
“Ya, ini hari yang sangat menyenangkan. Aku senang melihat Aldo bahagia,” Nadia menjawab, merasakan kebahagiaan di dalam hatinya.
Ketika perahu merapat di pantai, mereka berempat bersiap untuk kembali. Walaupun lelah, mereka pulang dengan kenangan indah yang akan mereka simpan selamanya.
Sesampainya di penginapan, Aldo terbangun dan bergegas berlari ke arah kolam renang. “Mama! Papa! Ayo renang lagi!” teriaknya.
Nadia dan Arman hanya bisa tertawa. “Sepertinya petualangan kita belum berakhir,” kata Arman sambil menggenggam tangan Nadia.
“Betul, sayang. Ini baru awal dari banyak petualangan seru kita,” jawab Nadia, penuh semangat.
Dan di sinilah mereka, keluarga kecil yang bahagia, siap menjelajahi lebih banyak kenangan manis bersama.
"Malam Cerita dan Bintang-Bintang"
Setelah seharian berpetualang di pantai, Nadia, Arman, dan Aldo kembali ke penginapan. Malam itu, suasana terasa hangat dan nyaman. Setelah membersihkan diri, mereka berkumpul di teras sambil menikmati angin malam yang sejuk.
“Ayo, kita buat malam ini istimewa!” Arman berkata dengan semangat. “Bagaimana kalau kita bercerita di bawah bintang-bintang?”
Aldo langsung menyetujui, “Iya! Cerita horor, Papa!”
Nadia tertawa, “Aldo, kau tidak takut? Nanti bisa mimpi buruk!”
“Aku berani!” Aldo menjawab sambil mengangkat dadanya, menunjukkan keberanian yang lucu.
“Baiklah, tapi jangan terlalu menakutkan ya, Sayang. Kita ingin tidur nyenyak,” Nadia mengingatkan sambil tersenyum.
Mereka pun duduk melingkar, dengan Aldo di tengah. Arman memulai, “Dahulu kala, ada seorang raja yang sangat serakah. Dia mengumpulkan semua harta di kerajaannya dan menyimpannya di dalam gua. Suatu malam, raja memutuskan untuk pergi ke gua itu sendirian.”
Sementara Arman melanjutkan cerita, Aldo mulai terpukau. “Apa yang terjadi, Papa?” tanyanya antusias.
“Ketika raja sampai di gua, ia menemukan harta berkilau, tetapi juga ada makhluk aneh yang menjaga harta tersebut. Makhluk itu sangat besar dan mengerikan. Raja mencoba mengambil satu koin, dan makhluk itu terbangun!” Arman menggambarkan dengan dramatis.
“Gawat! Apa yang terjadi selanjutnya?” Aldo bertanya, matanya melebar.
“Makhluk itu berkata, ‘Jika kau berani mengambil harta ini, kau harus menjawab teka-teki!’ Dan raja pun berusaha menjawab teka-teki itu…” Arman melanjutkan, tetapi saat itu, dia berpura-pura terkejut mendengar suara aneh dari arah belakang.
“Eh, ada suara apa itu?” Arman berpura-pura ketakutan.
Aldo melompat, “Hantu! Kita semua harus lari!”
“Tenang, itu hanya suara angin,” Nadia menjelaskan sambil tertawa. “Tapi kalau ada hantu, aku akan melindungi kalian!”
Arman melanjutkan ceritanya dengan lebih seru, dan mereka tertawa bersama saat Aldo memberikan komentar lucu tentang karakter-karakter dalam cerita.
Setelah cerita horor, mereka beralih ke cerita lucu. Aldo, dengan semangatnya, berkata, “Aku punya cerita! Suatu ketika, Papa pergi ke pasar dan….”
Nadia dan Arman menunggu dengan antusias. “Apa yang terjadi, Aldo?” Nadia bertanya.
“… dan Papa ketemu kucing yang lucu! Tapi Papa malah jatuh ke dalam keranjang sayur!” Aldo terbahak-bahak.
Arman pura-pura tersinggung. “Hei, itu tidak lucu!”
“Lucu banget, Papa! Habis itu, semua orang ketawa, kan?” Aldo terus melanjutkan.
“Baiklah, kalian berdua lucu sekali!” Arman menjawab sambil tersenyum. “Ayo kita lihat bintang!”
Mereka berdiri dan melihat langit malam yang penuh dengan bintang. “Wow, lihat! Banyak sekali bintang malam ini!” Nadia berkomentar.
“Bisa kita buat permohonan?” Aldo bertanya.
“Bisa! Ayo kita buat permohonan bersama-sama,” Arman menjawab. Mereka semua menutup mata dan berharap.
Setelah beberapa saat, Aldo membuka mata, “Aku mau jadi astronaut!”
“Aku ingin kita selalu bahagia bersama,” Nadia menambahkan.
“Dan aku ingin punya banyak mainan!” Arman menyela sambil membuat wajah lucu.
Mereka tertawa, dan saat itu, Aldo tiba-tiba berlari menuju pinggir teras. “Lihat, Mama! Papa! Ada bintang jatuh!”
Mereka bertiga menatap langit dengan penuh harapan dan kekaguman. Malam itu terasa sangat spesial, penuh tawa, cerita, dan kehangatan keluarga.
Setelah puas melihat bintang, mereka kembali ke dalam. Aldo yang sudah mengantuk menguap lebar. “Mama, Papa, aku sudah ngantuk.”
“Baiklah, sayang. Mari kita tidur,” Nadia berkata sambil mengelus rambut Aldo.
Saat Aldo sudah tertidur pulas di ranjangnya, Nadia dan Arman duduk di luar sejenak untuk menikmati suasana malam yang tenang.
“Sayang, aku senang sekali bisa menghabiskan waktu seperti ini. Ini adalah momen yang tak terlupakan,” Arman berbisik.
“Aku juga, Sayang. Aku merasa sangat beruntung,” jawab Nadia sambil menatap bintang-bintang yang bersinar.
Malam itu, dengan hati yang penuh cinta dan kehangatan, mereka tahu bahwa mereka akan selalu menjaga kenangan indah ini dalam hidup mereka. Dan di bawah bintang-bintang, mereka siap menghadapi hari-hari yang lebih cerah ke depan.