Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
...***...
"Melody apa kau merasakannya"
"Kau merasakan bagaimana aku sangat menginginkanmu?"
Sembari mengulang pertanyaan sebelumnya dalam konteks yang berbeda, Kaal menenggelamkan miliknya masuk semakin dalam, menekannya sampai tak tersisa dari bagian dari dirinya yang terlihat.
Kepala keduanya terlempar ke belakang secara bersamaan karena gelenyar yang membelenggu tubuh mereka. Melody masih belum bisa bicara, gadis cantik itu sibuk menutup wajahnya menggunakan lengan setiap kali pinggul Kaal bergerak dan menyentuh titik yang tepat.
"Rasakan milikku, Melody." Bisik Kaal.
Tangan Kaal berupaya menahan lengan Melody agar ia bisa leluasa melihat ekspresi yang dihasilkan gadis di bawahnya.
"Rasakan Melody, betapa aku mendambakanmu" Kemudian dengan intensitas hujaman yang lebih dalam, ia merendahkan bibir ke telinga Melody seraya mendesah
"Rasakan betapa milikku begitu menginginkan kita menyatu."
Satu-satunya balasan yang mampu Melody ucapkan adalah sebuah desahan....
"Ahh, Kaal" sementara tubuhnya berayun dihujam oleh lelaki yang tidak berhenti membubuhkan kecupan ke pucuk dadanya.
"Ahh rasakan aku Melody, rasakan bagaiman jantungku berdebar saat kita melakukannya." Kaal memperlambat gerakannya dengan sengaja.
"Rasakan cintaku," bibir Kaal menemukan bibir Melody dalam lumatan ciuman berseling decak persatuan tubuh mereka.
Miliknya terus mengisi Melody lambat, lambat, lambat, kemudian menghantam cepat.
"Rasakan semua bagian dari diriku."
"Ahhh... Kaal ahh" Jeritan panjang Melody tertelan oleh ciuman, milik Kaal di bawah sana mendadak dijepit kuat dan ia tahu bahwa pencapaian gadis itu sudah di tepi.
Tetapi Kaal sengaja belum mau memberikan kepuasan untuk gadisnya itu.
Belum, selama, "Kau masih merasa kita hanya sekedar partner tidur?"
Kaal membungkuk hingga dada mereka bersentuhan, jarinya kemudian menyibak surai basah Melody selagi mempertahankan gerakan pinggulnya.
Mendeteksi sentuhan Kaal di dekat wajahnya, Melody menoleh ke samping. Ia meraih tangan Kaal lalu menciumi pergelangan tangan lelaki yang lebih tinggi.
"Aku minta maaf Kaal."
Kaal membeku, sebab ia tidak mengantisipasi sebuah permintaan maaf dari gadisnya itu. Ia hanya ingin Melody tahu bahwa gadis itu berbeda.
Ia tidak pernah memperlakukan orang lain seperti ini ketika berada di ranjang dan Melody adalah satu-satunya pengecualian.
"Tidak Melody" balasnya.
"Aku minta maaf."
Setelah itu, seluruh kalimat yang tertahan selama ini mendesak keluar dari mulut keduanya.
Melody mengungkapkan ada bagian dari dirinya yang menganggap bahwa Kaal akan meninggalkannya lagi, bahwa suatu saat ia akan menemukan dirinya patah hati untuk kesekian kali. Sementara Kaal terus-menerus merasa ia melakukan kesalahan meskipun kenyataannya itu hanya buah pikirannya yang berlebihan.
Dalam sahut-menyahut pengakuan tersebut, Melody meraih wajah Kaal dan segera membungkam bibirnya dengan ciuman yang menyematkan
"Aku percaya Kaal."
"Aku percaya padamu...."
Pandangan mereka bertemu, lengan Melody lalu melingkar di leher Kaal sebelum gadis itu merubah posisi agar ia bisa berada di atas.
"Akh...!" Punggung Kaal yang baru saja menyentuh ranjang segera menegang sebab Melody mendadak bergerak menelan miliknya ke dalam gadis itu.
"Dan aku merasakannya Kaal."
Melody menyangga dirinya tinggi pada kedua lutut, kemudian membiarkan tubuhnya jatuh hingga milik Kaal masuk seutuhnya.
"Aku merasakannya Kaal."
"Ahh... hah... Ahh Melody...."Desahan menggema Kaal menjadi tanda percepatan ritme mereka.
Telapak tangan Melody melebar di dada Kaal, menjadi tumpuan agar lelaki itu dapat bergerak lebih cepat.
Milik Kaal terus diremas kuat setiap ujung miliknya menyentuh titik kenikmatan Melody. Lenguhan mereka yang didominasi oleh suara Melody memantul pada ruangan selaras dengan gerakan Melody.
"Akh Melody—" mendekati klimaks, tangan Kaal mencengkeram pinggang gadis di atasnya.
Hujamannya berubah terlalu cepat dan Melody tidak lagi mampu bergerak selain menerima hantaman milik Kaal di dalamnya.
"Aku mencintaimu."
Puncak Kaal menjemput terlebih dahulu.
Bibir gadis itu tengah mendarat di bibir Kaal ketika klimaksnya menyusul dengan lebih hebat. Tubuh keduanya bergetar dibasuh gairah, napas terengah.
Lengan Kaal mendekap Melody erat agar gadis itu tidak berguling dari atasnya.
Di tengah energi yang habis terkuras, itu sedikit mengejutkan bagi Kaal karena Melody—dengan kepala yang mendongak susah payah untuk memandangnya, masih memiliki tekad untuk sekedar membalas
"Aku juga mencintaimu Kaal."
gadis itu jatuh tertidur pada detik berikutnya dan Kaal tidak bisa menahan gelembung tawa bahagia yang berkumpul di balik rusuknya.
Keduanya bertahan pada posisi itu untuk jangka waktu yang lama. Hanya setelah Kaal merasakan tenaganya kembali pulih, ia akhirnya dengan hati-hati membaringkan Melody ke sebelahnya.
Mengendap-endap agar tidak menimbulkan gaduh, Kaal mulai membersihkan seluruh tubuh Melody menggunakan handuk basah. Tangannya bekerja untuk menyeka lembut, sedikit menjeda setiap kali wajah gadis yang terlelap berkerut, dan baru berhenti ketika ia telah puas dengan hasil pekerjaannya sendiri.
Masih berhati-hati, Kaal mengambil selimut untuk menutup tubuh telanjang mereka berdua.
Ia membaringkan diri di samping Melody yang tidur membelakanginya.
Melihat punggung gadis pendek itu, benak Kaal mendadak bertanya-tanya tentang
"Apakah hubungan kita benar-benar akan berhasil?"
Tidak ada jawaban dari Melody dan Kaal memang tidak mengantisipasi jawaban dari gadis yang lebih muda darinya itu.
Akan tetapi lewat pertanyaan tanpa tanggapan tersebut, Kaal justru mendapatkan segenap keyakinan yang hadir dari dalam dirinya. Ia mengingat perkataan Savin, ia mengingat pertemuannya dengan Faisal, ia mengingat halus suara Melody ketika memintanya pulang, ia mengingat semua kesalahan yang ia perbuat dan itu membuatnya tenggelam dalam tekad untuk menebus apa yang sudah terlewat sia-sia.
Bergeser mendekat, Kaal secara tidak sengaja membangunkan Melody.
Gadis yang masih memunggunginya itu kemudian bergumam—nadanya penuh perhatian serta kantuk
"Kaal kenapa belum tidur?"
Kaal tersenyum. "Iya, sebentar lagi."
Melingkarkan lengannya ke pinggang Melody, Kaal bersyukur ia masih bisa mendapatkan kesempatan ini setelah semua drama di antara mereka. Pada saat itu pula, terdapat dosis nostalgia yang tiba-tiba tersuntik ke dalam nadinya.
Tanpa intensi apapun, Kaal mengecup punggung Melody—bibirnya bertahan di kulit telanjang hingga tarikan senyumnya teraba oleh gadis yang sontak membuka mata.
Kaal merasakan bahu Melody menegak dan ia tidak tahu apa sebabnya.
Gadis itu terdiam sejenak, seolah tengah mengumpulkan kekuatan sebelum berbalik untuk menatapnya. Ia menangkap kedua mata Melody yang basah, kendati tidak ada tangis di sana.
"Kaal?"
Lelaki yang dilanda panik membalas ragu
"Y-ya?"
Namun, Melody lantas tersungging lebar—bahkan sedikit tersengal, ketika melanjutkan dengan
"Jangan tinggalkan aku."
"Cinta kita memang terkadang menyakitkan namun ini berakhir indah Kaal..."
"Love is beautiful pain, right?"
"Hm..."
Itu bukan hanya sebuah dialog random mereka. Ada makna tersirat yang jauh lebih besar daripada apa yang disuratkan.
Walaupun Kaal tidak dapat menerka, gelombang rasa damai yang mengalir di sistem tubuhnya mendorong ia untuk memeluk Melody, membawa gadis itu dekat ke jantungnya, dan tidak pernah melepaskannya lagi.
"Melody... Bisakah kita melakukannya lagi?"
"Tentu saja, kau bisa melakukannya sebanyak yang kau mau..."
"Jangan menyesal jika aku membuatmu tak bisa berjalan selama seminggu..."
"Tidak apa-apa, kalau kau bisa menggendong kenapa aku harus repot berjalan dengan kaki-ku?"
"Oh Tuhan Melo...."
...Next part side story tentang mereka ya, moga hari ini bisa update😏🙂↔️🫠🫠🫠...