NovelToon NovelToon
Kultivasi Cahaya

Kultivasi Cahaya

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Tamat / Reinkarnasi / Kultivasi / Pendekar
Popularitas:16.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: secrednaomi

Jian Chen melarikan diri setelah dikepung dan dikejar oleh organisasi misterius selama berhari-hari. Meski selamat namun terdapat luka dalam yang membuatnya tidak bisa hidup lebih lama lagi.

Didetik ia akan menghembuskan nafasnya, kalung kristal yang dipakainya bersinar lalu masuk kedalam tubuhnya. Jian Chen meninggal tetapi ia kembali ke masa lalu saat dia berusia 12 tahun.

Klan Jian yang sudah dibantai bersama keluarganya kini masih utuh, Jian Chen bertekad untuk menyelamatkan klannya dan memberantas organisasi yang telah membuat tewas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 7 — Tes Bakat

Jian Chen menemukan saat di Paviliun dirinya dikejutkan oleh banyaknya orang yang tengah berkerumun disamping tempat Paviliun tersebut.

Dirinya tidak bisa melihat apa yang ditonton orang-orang itu karena tinggi badannya yang pendek, Jian Chen bahkan hampir mengumpat karena tinggi badannya itu, bahkan tidak setinggi anak 12 tahun biasanya.

Karena tidak bisa melihatnya jadi Jian Chen menarik ujung lengan baju ayahnya. “Ayah, orang-orang itu sedang apa?”

Jian Wu yang memang bisa melihatnya menoleh ke bawah, anaknya itu ternyata terpaku melihat orang-orang yang ada disamping paviliun.

“Sepertinya bukan kamu saja yang akan tes bakat Chen’er. Orang-orang itu berkerumun ingin melihat beberapa anak yang ingin tes bakat sepertimu.” Jian Wu mengelus rambut Jian Chen. “Apakah kau mau melihatnya juga?”

Jian Chen terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk, tidak ada salahnya melihat tes bakat orang lain sebelum dirinya.

Jian Wu menarik tangan anaknya lalu membawanya kekerumunan itu, dia membelah kerumunan tersebut dan mendapatkan posisi paling depan agar anaknya bisa melihat lebih jelas.

Terlihat dari beberapa meja Paviliun yang ada, salah satu meja dipakai untuk sebuah benda diletakan diatasnya. Benda itu berbentuk bulat seukuran bola yang dimainkan anak-anak hanya saja benda tersebut berwarna trasnparan seperti kaca.

Benda yang dimaksud bernama Bola Pembaca Jiwa yang berfungsi untuk tes bakat seseorang. Bola itu diletakan diatas bantalan empuk dan ditempatkan ditengah-tengah meja.

Jian Chen melihat ada 5 orang anak yang usianya sekitar 10 - 14 tahunan bersama orangtuanya berbaris mengantri untuk tes uji Bola Sihir tersebut.

Kemudian salah satu anak mendekat saat gilirannya, ayahnya yang ada disampingnya menyuruh agar menyentuh Bola Pembaca Jiwa itu.

Tidak lama tangan anak itu bersentuhan dengan Bola Sihir, warna transparan bola tersebut tiba-tiba berubah menjadi merah.

“Bakatnya tidak terlalu buruk, mungkin suatu hari dia bisa menjadi seorang pendekar bayaran seperti kita.” Salah satu pemuda berbisik pada temannya.

“Begitulah, bukankah itu anaknya dari Jian Wei, tidak mengherankan kalau bakatnya hampir sama.” Jawab salah satu pemuda lainnya.

“Menurutku sinar cahayanya lebih sedikit terang dari ayahnya dulu, setidaknya mungkin dia akan melebihi kemampuan ayahnya.” Pemuda lain ikut-ikut berbisik.

Cara menilai apakah seseorang berbakat atau tidak bisa dilihat dari pencahayaan pada bola kaca, semakin terang pencahayaannya maka semakin berbakatnya orang itu.

Setelah selesai dan melepaskan tangannya dari bola itu, kini giliran anak selanjutnya dibelakangnya. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, Bola Pembaca Jiwa itu tetap berwarna merah cuma pencahayaannya yang membedakan.

Bisik-bisik dari orang berkerumun terus menjalar hingga anak yang kelima tiba gilirannya.

“Chen’er, Ayah harus ke administrasi Paviliun dulu untuk mendaftarkanmu tes bakat, tunggu ayah disini jangan kemana-mana!”

Jian Wu mengingatkan Jian Chen agar tidak berpindah tempat saat dirinya pergi karena takut nanti dia hilang dan Jian Wu bakal susah mencarinya apalagi disini adalah pusat desa yang ramai.

Jian Chen mengangguk. Dia tahu bahwa untuk mengetes bakat dengan Bola Pembaca Jiwa harus meminta izin dari pengurus Paviliun.

Setelah melihat ayahnya telah pergi menembus kerumunan Jian Chen menoleh lagi pada anak terakhir itu yang kini sudah menyentuh bolanya.

Berbeda dengan keempat anak lainnya yang semuanya berwarna merah redup, kali ini anak kelima itu mengeluarkan cahaya kecokelatan dengan pencahayaan yang lumayan terang.

“Ah, akhirnya ada juga di Klan Jian yang mempunyai elemen berbeda, Elemental Tanah dengan bakat yang sedang…” itu bukan suara dari kerumunan tadi melainkan suara seseorang yang baru saja turun di langit.

Jian Chen bahkan sedikit terkejut karena orang itu begitu tiba-tiba munculnya persis didepan dirinya. Terlihat seorang perempuan muda datang ditengah-tengah kerumunan.

Perempuan itu memiliki tubuh yang ramping dengan rambut hitam sampai sepinggang. Wajah dan kulitnya begitu putih dan manis, mereka yang memandangnya akan merasakan betapa wibawanya perempuan tersebut walau hanya sekedar melirik wajahnya.

Wanita itu mendekati anak yang menyentuh Bola Sihir. “Siapa namamu?” tanyanya lembut.

“Nama junior Jian Ba, salam kenal Ketua Klan!” Jian Hai menyatukan tangannya memberi hormat, dikuti oleh ayahnya dan sekeliling kerumunan ini memberi hormat padanya.

Jian Chen tidak ada pilihan selain ikut memberi hormat, pikirannya sekarang campur aduk. “Apakah dia Jian Ya, ketua Klan Jian kami…”

Pada kehidupan sebelumnya Jian Chen tidak pernah sekalipun bertemu dengan Ketua Klan Jian. Alasannya cukup sederhana karena Jian Chen adalah anak biasa saat itu yang memiliki bakat rendah yang tidak mungkin dilirik oleh orang penting sepertinya.

Jian Chen pernah mendengar dari ayahnya bahwa ketua Klan Jian adalah seorang perempuan. Jian Wu menjelaskan walaupun ketua klan adalah wanita namun dia memiliki beladiri yang amat tinggi di klan ini.

Sekarang Jian Chen bisa mengerti maksudnya, dalam sekali lihat saja Jian Chen menemukan kekuatan yang terpendam pada perempuan tersebut.

Kemunculan Ketua Klan disini itu berarti dia sedang tertarik terhadap bakat seseorang, atau lebih tepatnya kearah warna Bola Sihir yang bersinar berbeda dari Jian Hai.

“Kupikir ditahun ini semua anak di klan kita akan mempunya Elemental Api, ternyata aku keliru…” Jian Ya tersenyum hangat pada anak tersebut, ia kemudian menoleh pada ayahnya. “Apakah kau akan bawa dia ke Akademi kelak?”

“Siap Ketua Klan… Aku memang berencana membawa anakku kesana.” Ayah itu berbicara pelan, matanya bahkan tidak memandang Jian Ya.

Alasan kenapa Jian Ya bisa mengetahui elemen anak-anak tadi karena yang tak lain Bola Pembaca Jiwa tersebut. Singkatnya, selain bisa mengukur bakat seseorang Bola Pembaca Jiwa juga dapat memberitahu elemen orang yang menyentuhnya.

Didunia persilatan, Elemen adalah sesuatu yang pasti dimiliki oleh setiap pendekar yang telah membuka Gerbang Kultivasi. Tidak peduli apakah ia berbakat rendah atau tinggi, seorang pendekar pasti memiliki elemen didalam tubuhnya.

Klan Jian umumnya memiliki pendekar berelemen api, itu adalah salah satu ciri khas dari Klan Jian dimana keturunannya kebanyakan berelemen api.

Ketika ada orang yang mempunyai elemen berbeda di klan, tentu saja akan membawa daya tarik tersendiri. Pada dasarnya setiap klan berharap didalam klannya banyak yang memiliki berbagai elemen bukan satu saja.

Semakin banyak jenis elemen disuatu klan maka semakin hebat klan tersebut.

Kembali ke Bola Pembaca Jiwa tadi, ketika warna transparan pada bola kaca itu berubah, itu menunjukan warna setiap elemen. Warna merah sebelumnya menandakan Elemen Api dan warna cokelat berarti Elemen tanah.

Ada banyak elemen didunia persilatan, dan yang paling umum dari elemen itu adalah api, tanah, petir, air, es, dan angin. Elemen itu sering dimiliki oleh kebanyakan orang.

Setelah dirasa tes bakat tersebut telah selesai, kerumunan itu tidak ada alasan lagi berdiri disini. Mereka mengucapkan salam pada ketua klan sebelum membubarkan diri kecuali Jian Chen.

Jian Chen sendiri sedang tenggelam dalam pikirannya, ia menatap wajah Jian Ya dengan perasaan yang berbeda. Jian Chen sadar wanita didepannya sangat manis namun dia tertarik bukan karena parasnya melainkan sesuatu yang akan terjadi padanya dimasa depan.

‘Yang aku ingat menurut rumor, Ketua Klan mati lebih sadis saat pembantaian terjadi dibanding yang lainnya. Ketua Jian Ya digantung didepan gerbang klan dengan kondisi tragis sampai sulit dikenali.’

Lamunan Jian Chen yang sedang memandang Jian Ya segera tersadari. Jian Ya tersenyum lembut lalu menghampiri Jian Chen yang terpaku menatapnya, pikirnya anak kecil itu tertarik terhadap parasnya seperti orang lain pertama kali lihat.

“Hai, siapa nama kamu?”

Melihat Jian Chen yang tubuhnya kecil pikir Jian Ya dia berumur 8 tahun jadi dia sedikit lebih lembut.

Jian Chen tersadar dan segera mengembalikan ekpresinya. “Junior bernama Jian Chen, salam kepada ketua.”

“Jian Chen…” Jian Ya mengelus dagunya, nama itu terasa familiar dipikirannya, “Apakah kamu anaknya Bibi Ran?”

Jian Chen mengangguk, ia sedikit terpana karena namanya bisa diingat oleh seorang ketua klan sepertinya.

“Oh, Chen’er ya? Sedang apa disini? Kamu sendirian?” tanya Jian Ya lembut.

“Junior ingin tes bakat kesini, tadi ayah sedang bersama namun pergi ke administrasi untuk mendapatkan lisensi izin.”

Jian Ya menganggukkan kepalanya. “Kalau mau, kamu bisa menyentuhnya, Chen’er, kebetulan Kakak ingin lihat bakat dari anaknya Ibu Ran.”

Jian Chen menggaruk kepala, tersenyum canggung. Entah dia harus menolak atau menerima tawaranya.

1
Agus Rahmat
dialog nyalebay bos
Erwin Oktorian
Luar biasa..lanjutkan karya nya thor. terima kasih
Agus Rahmat
main main chapter
Raditya Vicky
Luar biasa
Agus Rahmat
10link/dtk=600/mnt. gimana Thor baru beberapa menit dakenabisan tenaga
Agus Rahmat
lausiapa yang disukai.. ini bukan sinetron bos
Agus Rahmat
kelihatan bodoh dan polos
Agus Rahmat
terlalu lebay protektif
rain
ku tunggu kelanjutannya thorr
Agus Rahmat
gk nunggu bergrk dll...
Agus Rahmat
terlalu lebay
Agus Rahmat
kominum melulu bentar bentar HBS tng dlm mang yg lain gk pernah HBS Thor.
Agus Rahmat
menusuk bgtu dalam
Arya Maheswara
40rb pasukan dilawan dg pedang, wow capeknyoooo, harusnya pake seruling neraka sekali tiup habis tuh
Gatot Soemarto
Luar biasa
Agus Rahmat
siapakah Anda ini
Agus Rahmat
ha ha ha ha
Agus Rahmat
ayolah
reqy
/Facepalm//Facepalm/ ai lily akhirnya ...
Ardyanti
ok bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!