"sadar kamu itu cuma Suami yang Aku bayar tujuh ratus ribu, harus nya kamu bersyukur karena Aku menyelamat kan kamu dari kejaran para brandal itu!!, jadi gak perlu kamu ngatur Aku sebelum Kamu mampu jadi suami yang bener!! " bentak Heny marah. Karena Anas, melarang nya keluar.
Heny merasa dunia nya jungkir balik setelah menikah dengan Anas kalau bukan karena paksaan sang Papa mana mungkin Heny mau menikah.
sudah dua bulan sejak menikah Heny tidak pernah keluar rumah karena Arifin huda sang Papa masih di rumah memantau pergerakan nya.
Arifin huda selalu melarang Heny keluar rumah kalau tidak pergi bersama sang suami.
"Kamu kalau mau keluar pergi dengan Suami mu, Papa tidak ijin kan Kamu pergi kalau tidak dengan Suami mu" ucap Arifin huda menekan kata Suami agar putri nya sadar akan status nya sekarang.
bentakan serta ungkitan itu udah biasa menghiasi hidup seorang Anas Magenta Jafar.akan terus terngiang ketika Anas sampai di depan rumah, ketidak berdayaan nya selalu jadi ungkitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
" Yaudah Gue urus dulu biar Lo bisa pulang" ucap Heny berbalik dan pergi.
Anas menatap punggung Heny sampai hilang di balik pintu yang tertutup, " kenapa sikap nya berubah-ubah, sebentar perduli sebentar cuek jutek judes kayak singa" batin Anas tidak mengerti akan sikap yang Heny yang persis bunglon.
Sekarang Ruangan sepi tidak ada yang bisa di ajak bicara hanya ada Dirinya sendiri, Anas terduduk diam kembali mengingat moments saat bersama sang Ibu, kenangan itu akan terus melekat di kepalanya. Saat pintu kembali terbuka Anas tidak menyadari karena begitu larut nya.
" Lo kenapa?" teguran Heny membuyar kan lamunan Anas.
Anas tidak menjawab karena ada perawat yang datang bersama Heny. Si perawat langsung melaksanakan tugas membuka infus. Fokus Anas pada kerja perawat yang sangat cekatan dan cepat.
" Permisi Mas Mbak " ucap perawat itu langsung pergi setelah tugas nya selesai.
" Ya makasih Mbak " jawab Anas dan Heny secara bersamaan. " Loh Kok.." ucap keduanya lagi secara bersamaan, Keduanya lantas saling pandang dan tertawa.
"Lo kenapa bengong tadi " ternyata Heny masih bertanya dengan pertanyaan yang sama.
" Teringat Ibuk" jawab Anas jujur.
" Glek..." Heny menelan ludah kasar perasaan bersalah kembali menggelayuti.
" Maafin Gue ya Nas" ucap Heny sendu dengan intonasi suara memohon.
" Kan udah Saya bilang sebagai seorang suami Saya sudah memaafkan kamu " jawab Anas. Bosan dengan permintaan terus menerus yang keluar dari mulut Heny.
" Yaudah kita pulang " ucap Heny mendekati Anas.
Anas tidak menjawab saat Heny mengangkat sebelah tangan Anas agar bertumpu pada bahu nya, otomatis mereka bersentuhan Anas menahan nafas sedang Heny mati-matian mengatur detak jantung nya.
Anas mengikuti langkah Heny sampai kedepan pintu, " Saya bisa jalan" ucap Anas membuat langkah Heny berhenti dan menatap Anas cenggo.
" Yang sakit tangan Ku bukan kaki Ku" ucap Anas berhasil membuat muka Heny langsung berubah, malu setengah mati pastinya. Dengan kasar Heny langsung melepas tangan nya yang melingkar di pinggang Anas.
Heny tertunduk malu dengan badan yang terasa panas dingin, " Anjriiiit kenapa Gue lupa, Astoge malu ihhh" batin Heny mengutuk kebodohan nya niat nolong malah malu.
" Iya Gue lupa maaf " ucap Heny masih menunduk mengusir rasa malu yang kini tengah mendera. Sementara Anas mati-matian menahan tawa agar tidak keluar. nggak sangka kalau Heny bisa bloon juga.
" Yaudah Yuk " ajak Heny membuka pintu biar nggak terlalu lama menahan malu bahkan kalau bisa rasanya ingin masuk kedalam tanah biar nggak pernah ketemu Anas lagi.
Sambil mengulum senyum Anas jalan duluan keluar dari pintu ruangan, Heny mengikuti Anas dari belakang sambil tertunduk, Anas yang ramah akan berinteraksi dengan siapapun yang berpapasan dengan nya.
Beda dengan Heny yang memang cuek tidak pernah bertegur sapa apa lagi dengan orang yang nggak di kenal.
" Eh...mas nya pasien ya?" tanya seorang perempuan pada Anas.
" Ya Mbak kenapa ?"
" Ini mau kemana Kok itu" ucap perempuan itu.menunjuk pakaian yang sedang di pakai Anas.
Anas mundur kemudian mengamit telapak tangan Heny, pergerakan Anas membuat Heny yang gugup salah tafsir malah tersenyum pada perempuan itu.
Perempuan itu mengangguk kemudian berlalu sambil geleng-geleng kepala, " Baju saya mana ?" tanya Anas. Heny baru sadar kalau Anas ternyata masih pakai pakaian pasien rumah sakit.
" Geblek-geblek Gue lupa. Hahaha " batin Heny kemudian ngakak. Anas garuk-garuk kepala kenapa bisa nggak sadar Heny juga begitu Keduanya tertawa ngakak dengan kelucuan yang baru saja terjadi.
Beberapa orang yang lewat ikut tersenyum melihat sepasang Anak manusia yang kini tertawa karena kebodohan mereka.
Sementara di rumah, Arifin berulangkali berusaha menghubungi sang Putri tapi entah kenapa kontak Heny malah tidak aktif. Arifin mondar-mandir dengan pakaian sudah rapi karena akan berangkat tapi sayang sang putri tidak bisa di hubungi membuat Arifin khawatir.
" Assalamualaikum Pak " ucap Yoe.yang baru datang.
"Wa'alaikumsalam masuk Yoe " jawab Arifin sekalian mempersilahkan masuk.
" Bapak tidak jadi berangkat?" tanya Yoe setelah duduk.
" Ya ini saya sebenarnya udah mau berangkat, tapi nunggu Anak satu itu. Kamu kan tau bagaimana Anak Saya!" Yoe mengangguk paham betul sifat Heny yang tidak pernah disiplin dengan waktu.
". Oh ya Yoe ada kabar apa yang kamu temukan hari ini " tanya Arifin.
" Ada Pak !" Jawab Yoe mengeluarkan ponsel dari tas kerjanya.
Yoe menyerah kan ponsel nya setelah menghidup kan vidio hasil rekaman yang Ia dapat hari ini.
Arifin menonton rekaman Yoe, semua Adegan terekam jelas. bintang utama putri dan menantu nya sendiri. Arifin meraup muka dengan kasar.setelah menonton rekaman video itu tidak menyangka Putri nya pintar memanipulasi.
" Trus apa lagi Yoe"
" Bapak tau kenapa tanah kuburan itu masih baru?" Arifin menggeleng.
" Ibu nya Anas itu meninggal pas pukul sepuluh pagi bertepatan saat Anas sedang mengucapkan ijab kabul menikahi Putri Bapak" jawab Yoe membuat kepala Arifin makin pusing.
" Tapi Bapak juga tidak bisa menyalah kan Heny, kalau menurut Saya kenapa Dia meralat semua dan berusaha meyakinkan Bapak tentang status Anas yang di ubahnya menjadi yatim-piatu. Itu karena Heny juga sudah tau masalah penyakit Ibu Anas yang tidak memungkin kan untuk di ajak kemanapun" penjelasan Yoe panjang lebar.
" Ya tapi tetap tidak boleh begitu Yoe restu seorang ibu itu jangan di sepelekan, kalau memang Ibu nya Anas itu sakit dan tidak bisa di bawa kemanapun musti nya pernikahan kemarin di langsung kan di rumah Anas saja bukan nya begitu Yoe !?, Saya juga tidak keberatan kalau sejak awal tau kejadiannya". Yoe mengangguk membenarkan ucapan atasan nya menyergah juga percuma atasan mana bisa di lawan.
" Semua sudah takdir Pak. Bapak tidak bisa menyalahkan Anas atau Heny. Kalau Saya pikir-pikir Anas juga salah karena sudah tidak jujur pada Ibu nya!, Saya juga salut Anas bisa mengukuti kemauan Putri Bapak "
" Ya betul Yoe kamu betul, Saya sebagai orang tua hanya bisa berharap putri saya tidak salah mengambil keputusan dan Saya lihat-lihat Anas itu laki-laki yang bertanggung jawab dan Saya yakin bisa mendidik putri saya "
" Ya Pak saya paham pasti nanti akan ada cinta diantara mereka setelah ini " jawab Yoe pahit. Karena harapan nya mempersunting Heny pupus sudah. Berbeda keyakinan itu masalah terbesar Yoe tidak bisa mendapat kan Heny
Yoe kembali memberikan laporan seputar pekerjaan, Banyak berkas yang di bawa Yoe dan mereka membahas sampai suara mobil terdengar masuk garasi Arifin dan Yoe berhenti membahas masalah kerja.
hanya kata itu yg bisa kamu maklumi untuk istri mu weh weh weh...
pasti seru 🤣🤣🤣
saya merasa tersaingi