Dicintai Sepenuh Hati Oleh Suami Express

[REVISI]

.

.

.

Qiana dan Chandra sampai di rumah tepat sebelum adzan Maghrib. Hanya Afifah yang menyambut mereka dengan antusias, sedangkan Ibu Ningsih hanya diam berpura-pura tidak melihat.

Perasaan Ibu Ningsih saat ini sedang campur aduk. Kenyataan jika Qiana menikah dengan laki-laki asing yang tidak dikenal membuatnya khawatir sekaligus marah. Khawatir pernikahan tidak berjalan baik, dan marah karena Qiana selalu menolak orang-orang pilihannya.

Sejak SMP Qiana sudah menarik perhatian beberapa orang untuk meminangnya. Selain karena kecantikan yang berada di atas rata-rata penduduk desa, Qiana juga merupakan murid berprestasi. Tentu membuat mereka menginginkan Qiana sebagai istri mereka.

Hal ini dimulai dari Aris, yang menemuinya secara langsung setelah bertemu dengan Qiana pertama kali saat ada acara "Kartini" di desa. Tentu saja Ibu Ningsih menolak niat Aris karena Qiana baru saja masuk SMP. Bahkan jika Qiana sudah lulus SMP, Ibu Ningsih tetap akan menolaknya karena beliau tidak ingin Qiana menikah muda seperti dirinya dulu. Kedua, ketiga dan keempat tetap Ibu Ningsih tolak dengan alasan penolakan yang masih sama.

Sejak saat itu Ibu Ningsih menjadi lebih keras kepada Qiana. Tidak boleh ini itu, semua Qiana turuti kecuali pergaulan Qiana dengan pemilik warnet dan Shinta. Menurut Ibu Ningsih, mereka memberikan pengaruh buruk untuk Qiana. Karena Qiana yang penurut akan melakukan pengecualian untuk mereka.

Ibu Ningsih bahkan pernah nekat menemui pemilik warnet, Alfin untuk menjauhi Qiana. Tetapi tidak berhasil, karena Qiana yang selalu menghampirinya untuk keperluan tugas. Sedangkan Shinta, Ibu Ningsih hanya diam meskipun dalam hati beliau tahu Qiana masih berhubungan baik. Sampai Raffi, sepupu Shinta mengantarkan Qiana pulang setelah acara pernikahan Shinta.

Yang tidak disukai oleh Ibu Ningsih dari Raffi adalah umurnya yang sudah jauh di atas Qiana dan pekerjaannya sebagai awak kapal. Beliau menasihati Qiana jika awak kapal tidak bisa lepas dari yang namanya minuman keras karena minuman tersebut yang membantu mereka menghangatkan tubuh mereka saat berada di tengah-tengah laut. Hal ini tentu saja Ibu Ningsih ketahui dari teman-teman pedagangnya yang sering kali membicarakan anak atau tetangga mereka yang bekerja sebagai awak kapal.

Qiana mengatakan jika dirinya tidak ada hubungan apa-apa dengan Raffi, semua murni karena mengingat hubungan baiknya dengan Shinta. Tetapi firasat Ibu Ningsih mengatakan lain, beliau melihat pandangan mata Raffi terlalu kentara jika laki-laki itu menginginkan Qiana. Sampai Qiana bercerita jika Raffi mengungkapkan perasaannya, Ibu Ningsih segera melarang keras agar Qiana tidak menerimanya. Hingga Raffi meninggal, Ibu Ningsih melihat jejak tangisan dimata Qiana yang izin untuk melayat. Antara menyesal dan tidak tega, tetapi beliau tetap mempertahankan sikapnya yang keras.

Setelah itu, Ibu Ningsih mulai melirik laki-laki yang sekiranya cocok untuk Qiana. Sampai Ibu Ningsih bertemu dengan seorang perwira yang menawarkan sebagai orang tua angkat Qiana. Sayangnya karena hal ini, Qiana menjadi semakin jauh darinya. Menurut penuturan Qiana, perwira tersebut menginginkan tubuhnya, bukan status anak angkat melainkan gundik. Ibu Ningsih tidak tahu jika perwira tersebut membuat Qiana trauma dengan sentuhan. Bahkan Qiana sempat pergi dari rumah pasca kejadian tersebut. Sampai sekarang Ibu Ningsih masih belum mempercayai perkataan Qiana.

Tidak berhenti disitu, Ibu Ningsih masih berpikir jika pilihan beliau adalah yang terbaik untuk Qiana. Beliau mengenalkan Qiana dengan Sohib. Ibu Ningsih tidak tahu jika Sohib sudah memiliki istri, beliau mengira jika Sohib adalah laki-laki yang menjaga diri sampai berusia matang. Tetapi Qiana menolak karena mengetahui siapa Sohib sebenarnya dari Alfin.

Kemudian Ibu Ningsih mengenalkan Qiana dengan Dani. Awalnya Qiana menurut dengan pengaturan Ibu Ningsih. Tetapi lama-kelamaan Qiana semakin beralasan ini itu agar tidak bertemu dengan Dani. Ketika Ibu Ningsih mengetahui alasan Qiana menolak hanya karena Dani populer di kalangan perempuan Karang Taruna, Ibu Ningsih murka.

Qiana sampai mengancam jika Ibu Ningsih masih memaksanya, ia tidak akan tinggal bersama beliau lagi. Qiana akan mencari pekerjaan di kota lain. Meskipun Qiana hanya mengancam, Ibu Ningsih tahu jika anaknya akan melakukannya. Beliau akhirnya diam saja dan mengikuti arus dengan tetap bersikap keras terhadap Qiana.

Ibu Ningsih mendengar dari Afifah jika ada laki-laki yang sedang mendekati sang kakak di tempat kerjanya. Hal ini Afifah ketahui setelah tidak sengaja menerima telepon dari laki-laki tersebut ketika ponsel kakaknya tertinggal di rumah. Laki-laki tersebut mengatakan jika dirinya menunggu Qiana di parkiran, ada sesuatu yang ingin ia katakan. Hal ini tentu saja mendapat kecaman dari Ibu Ningsih.

Dari cerita Afifah, bisa dipastikan jika laki-laki yang menyukai Qiana adalah rekan kerjanya. Ibu Ningsih tidak rela Qiana menikah dengan laki-laki yang gajinya sama besar dengan putrinya. Yang ada Qiana akan hidup pas-pasan nantinya. Memang bukan harta yang menjadi ukuran Ibu Ningsih, tetapi paling tidak laki-laki yang menjadi suami Qiana kelak bisa mencukupi kebutuhan Qiana. Tidak seperti hidup mereka saat ini yang pas-pasan.

Qiana hanya bungkam saat Ibu Ningsih menegurnya, membuat Ibu Ningsih semakin geram. Tetapi Qiana tetap menjadi Qiana yang penurut, sampai suatu hari Qiana ikut ke pasar dan mendapatkan pelecehan dari kuli panggul. Qiana tidak terima ketika kuli panggul meremas pantatnya, menyebabkan Ibu Ningsih malu dilihat orang-orang yang ada di pasar kala itu. Sejak saat itu, beliau tidak lagi membawa Qiana ke pasar.

Ibu Ningsih tahu sifat Qiana yang sebenarnya, tetapi beliau menampik hal tersebut karena harapan beliau Qiana menjadi anak yang penurut. Qiana bukanlah gadis lemah yang mudah ditindas, selama tidak ada yang menyenggolnya ia akan diam. Tetapi jika ada, Qiana tidak akan segan-segan marah dengan hal tersebut.Tetapi Qiana selalu menekan sifatnya ini ketika berhadapan dengan Ibu Ningsih.

Hari itu Ibu Ningsih merasakan kekecewaan yang sangat besar. Qiana yang selama ini ia wanti-wanti untuk selalu berhati-hati dalam bertindak justru kepergok bersama laki-laki asing. Mau tak mau Ibu Ningsih menuruti keinginan warga untuk menikahkan mereka meskipun di dalam hati beliau tidak setuju. Beliau juga tahu jika Qiana tidak mengenal laki-laki tersebut dari sikap Qiana yang seolah-olah ingin beliau mengatakan untuk menolak menikahkan mereka.

Sekilas melihat Chandra sebelum akad, Ibu Ningsih bisa melihat jika Chandra tidak dapat diandalkan. Sehingga beliau tidak perlu berpura-pura baik, beliau memutuskan untuk mengabaikannya. Ibu Ningsih ingin melihat apa yang bisa Chandra lakukan, laki-laki yang hanya bisa memberikan mahar sebesar 150 ribu tidak akan bisa menjamin kehidupan Qiana.

Beberapa hari ini, beliau mengabaikan Chandra. Tetapi laki-laki yang kini berstatus suami Qiana tersebut, tetap menyapanya dan menghormatinya. Bahkan dengan sadar diri membersihkan area rumah. Afifah yang biasanya cuek juga bisa dekat dengan Chandra. Beliau tetap mempertahankan egonya dengan tetap mengabaikan Chandra. Barang bawaan yang dibawa masuk hari ini pun tidak bisa menggetarkan hatinya. Beliau masih menganggap Chandra tidak layak untuk Qiana. Berbeda dengan Qiana yang dengan bodohnya menerima Chandra. Ibu Ningsih ingin melihat sampai mana anaknya bisa bertahan dalam rumah tangganya.

“Moga ae awakmu ra mulih nangis.” Ibu Ningsih bermonolog.

(Semoga saja kamu tidak pulang dengan menangis.)