NovelToon NovelToon
Mantan Rasa Pacar

Mantan Rasa Pacar

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Asmi SA

MANTAN. Apa yang terbesit di pikiran kalian saat mendengar kata 'MANTAN' ?

Penyesalan? Kenangan? Apapun itu, selogis apapun alasan yang membuat hubungan kamu sama dia berubah menjadi sebatas 'MANTAN' tidak akan mengubah kenyataan kenangan yang telah kalian lewati bersama.

Meskipun ada rasa sakit atas sikapnya atau mungkin saat kehilangannya. Dia pernah ada di garis terdepan yang mengisi hari-harimu yang putih. Mengubahnya menjadi berwarna meski pada akhirnya tinta hitam menghapus warna itu bersama kepergiannya.

Arletta Puteri Aulia, gadis berkulit sawo matang, dengan wajah cantik berhidung mancung itu tidak mempermasalahkan kedekatannya lagi dengan cowok jangkung kakak kelasnya sekaligus teman kecilnya-- Galang Abdi Atmaja. Yang kini berstatus mantan kekasihnya.

Dekat? Iya,
Sayang? Mungkin,
Cemburu? Iya,
Berantem? Sering,
Jalan bareng? Apa lagi itu,
Status? Cuma sebatas mantan.

Apa mereka akan kembali menjalin kasih? Atau mereka lebih nyaman dengan -MANTAN RASA PACAR- julukan itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmi SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Bian tersenyum miring menatapnya. “Kalo ngga percaya, gue ada kok fotonya. Tapi jangan kaget ya, kalo fotonya agak sedikit, eum...”

Bian menatap Andini sebelum mengambil ponselnya. Baru saja ia akan membukanya ponsel itu melayang di depan wajahnya.

Mereka sontak terkejut melihat Pak Hamdi-guru bahasa, yang sudah berdiri di samping Bian. Beliau mengambil ponsel Bian dari tangannya.

“Oh no! Pak! Jangan di ambil ponselnya,” cicit Bian memelas.

Pak Hamdi menggeleng dengan tatapan tajam. “Ambil ponsel ini di ruang saya setelah pulang sekolah.”

Pak Hamdi meninggalkannya dengan membawa ponsel Bian. Bian hanya tertunduk lesu di tempatnya.

Ada rasa senang di hati Andini, karena mereka tidak akan tahu apa yang terjadi. Tapi ia juga takut, bisa saja Pak Hamdi membuka ponsel Bian dan melihatnya. Justru akan membuatnya dalam masalah besar. Andini gusar di tempatnya, bagaimana ini? Andini menunduk memainkan bolpoinnya.

“Gara-gara lo nih,” ucap Bian menoleh pada Andini.

“Loh kok gue?” Ucapnya tidak terima.

“Sebenernya ada apa sih?” Arletta semakin bingung dibuatnya. Raya menatap mereka satu per satu. Andini menggeleng menatap Bian. Bian menatapnya diam.

“Cuma becanda kok tadi,” ucap Bian lesu. Kembali ia fokuskan pada pelajaran Pak Hamdi. Andini menghela nafas lega. Ia tersenyum menatap Arletta yang kembali menatapnya.

Setidaknya ia selamat kali ini.

***

“Udah, jangan cemberut gitu. Aku temenin ke kantor deh,” ucap Arletta lembut. Ia mengusap-usap bahu Bian dengan senyum manisnya. Bian hanya menghela nafas lesu. Tidak berniat untuk tersenyum.

Baru mereka akan masuk, Pak Hamdi lebih dulu keluar.

“Bian, Arletta. Boleh tolong panggilkan Andini dan Riyan?” Perintah Pak Hamdi.

Mampus! Bian menoleh pada Arletta yang menatapnya penasaran. Kembali ia menatap Pak Hamdi.

“B-baik pak,” ucapnya lirih. Bian dan Arletta pergi dari hadapan Pak Hamdi untuk mencari Riyan dan Andini.

“Tumben Pak Hamdi nyariin Andini. Kenapa ya kira-kira?” Tanya Arletta penasaran. Bian tidak bisa menjawabnya. Keisengan dia membuat Andini dalam masalah.

“Ngomong-ngomong, kita cari mereka di mana? Apa Andini belum pulang?” Tanya Arletta lagi.

“Coba kita ke parkiran.” ajak Bian. Arletta mengangguk dan mengikuti Bian. Benar juga Andini ada di parkiran. Dan yang membuatnya heran, Riyan ada di sampingnya.

“Din,” panggil Arletta. Andini menoleh dan terdiam kaku menatap Arletta di sana.

“Ta?”

“Kok kalian bisa-“

“Kalian di cariin Pak Hamdi tuh di ruangannya,” potong Bian. Bian menatap Andini yang tampak bingung. Bian merapatkan kedua bibirnya. Andini tahu, apa yang tengah terjadi sekarang. Ia menggigit bibirnya, takut.

Andini menoleh pada Riyan yang juga menatapnya. Riyan menggenggam tangan Andini melewati Bian dan Arletta.

“Kita duluan, makasih ya,” ucap Riyan pergi dari sana.

Arletta menatap heran kepergian mereka. Apalagi melihat tangan Riyan yang menggenggam erat tangan Andini.

“Bi? Mereka pacaran?” Ucap Arletta tanpa menoleh. Bian mengangguk, “iya.”

Bian dan Arletta mengikuti Riyan dan Andini ke kantor. Mereka berjalan pelan saat suara tegas Pak Hamdi terdengar dari luar ruangan.

“Kalian tahu? Kalau kelakuan kalian di luar batas?”

Andini dan Riyan menunduk. Mereka mengangguk bersama.

“Kamu Andini! Bapak tahu kamu akan pergi dari sekolah ini. Tapi apa pantas kamu meninggalkan kesan buruk di sekolah ini?” tegas Pak Hamdi menatap Andini yang masih menunduk.

“Mulai besok, kamu sudah boleh keluar dari sekolah ini.”

Andini mendongak, “besok?”

“Ya, atas sikap kamu, lebih baik kamu mulai pindah besok.”

“Tapi pak, ini salah saya, biarin Andini sampai satu minggu lagi di sini,” elak Riyan.

“Bapak tahu, kamu yang memulai duluan. Kamu bapak skors selama tiga hari.”

“T-tapi pak-“

“Ngga ada tapi-tapian. Kelakuan kalian bisa saja mempengaruhi siswa dan siswi lain di sekolah ini. Kalian boleh keluar sekarang.”

Andini menunduk, matanya mulai berkaca-kaca. Seharusnya ia masih ada waktu satu minggu sekolah di sini. Karena kecerobohannya, dia harus keluar mulai besok.

Riyan menyentuh bahu Andini, membuatnya mendongak. “Yuk,” ajaknya. Andini mengangguk lesu.

“Permisi pak,” ucap mereka bersamaan.

Andini terkejut saat keluar dari kantor mendapati Arletta yang menatapnya tak percaya.

“Ta,” cicitnya. Arletta menggeleng tak percaya. “Maafin gue Ta, gue ngga bermaksud-“ ucapnya terhenti saat Arletta memeluknya. “Din, kenapa lo dikeluarin besok? Lo kan masih ada waktu satu minggu di sini.”

Mereka saling pandang.

“Apa sih yang kalian lakuin sampe kalian dihukum gini?” Ucap Arletta setelah melepas pelukannya.

“Gue-“

“Bian, ini ponsel kamu, besok-besok jangan mainkan ponsel saat jam pelajaran,” ucap Pak Hamdi dari belakang Andini.

“Iya pak, maafkan saya, besok-besok tidak saya ulangi.” Bian menunduk hormat pada Pak Hamdi.

“Lebih baik kalian pulang, sudah sore,” ucap Pak Hamdi lalu pergi dari sana.

“Yuk Ta, kita pulang, nanti dicariin abang kamu,” ucap Bian.

“Tapi-" Arletta menoleh pada Andini, masih banyak pertanyaan untuk Andini. Bian meraih tangan Arletta dan mengajaknya pergi.

“Sorry,” ucap Bian setengah berbisik pada Andini.

Kesal? Mungkin Andini kesal dengan Bian. Namun ia lebih kesal pada dirinya sendiri. Ia menatap Riyan datar lalu pergi meninggalkannya.

“Din! Tungguin gue!”

“Ngga usah ikutin gue!” Pekik Andini setengah berlari.

“Din!” Bukan Riyan jika dia tidak bisa meraih Andini. Maklum, Riyan seorang atletik, mengejar Andini sangat mudah baginya.

“Din, maafin gue,” ucap Riyan pelan.

“Nyesel gue nerima lo jadi pacar gue, lepasin tangan gue!” Ucap Andini penuh penekanan. Riyan menggeleng.

“Ngga Din, jangan bilang gitu. Gue sayang sama lo.” ujar Riyan tampak frustasi. Andini menatap ke dalam manik mata Riyan. Mencari sebuah kebohongan di matanya. Ia tidak melihat sebuah kebohongan di sana.

Riyan menarik Andini ke dalam dekapannya. “Jangan pergi dari gue, please.”

***

Riyan terdiam di atas motornya. Lama ia duduk di sana setelah melihat Andini pergi. Ia tersentak saat seseorang menepuknya dari belakang.

“Lo ngagetin gue bang***.” Riyan menghela nafas kasar. Cowok itu terkekeh melihat ekspresi kagetnya Riyan barusan.

“Gimana Andini? Ngga lo kejar?” ucap cowok itu. Riyan mengedikkan bahunya. “Dia ngga mau deket-deket gue lagi.”

“Lo nyerah?” tanya cowok itu lagi. Dan lagi-lagi Riyan mengedikkan bahunya.

“Udah lah. Lebih baik sekarang lo kejar Andini. Jangan sakiti dia. Atau gue yang akan jagain dia dan lo akan nyesel nantinya," ucapnya menepuk bahu Riyan. Riyan mengernyit mencerna ucapan cowok itu lalu tersadar.

“Sialan! Lo ngincer dia?” ucap Riyan datar. Lawan bicaranya itu menggeleng tersenyum.

“Gue ngga ngincer dia. Gue cuma ngga suka lo nyakitin dia. Kalo lo ngga bisa jagain dia. Seenggaknya lo jangan pernah nyakitin dia. Atau lo bakal berurusan sama gue.” Ujarnya lagi.

“Lo ngancem gue?” tanya Riyan masih dengan wajah datarnya. Cowok itu terkekeh. “Riyan, Riyan. Gue mana pernah sih ngancem lo. Gue tahu lo. Lo tahu gue. Lo ngga pernah nyakitin cewek manapun. Lo kayak gini karena lo ditolak Letta untuk ke sekian kalinya kan?”

Cowok itu menghela nafas. “Sebelum gue lihat lo berubah terlalu jauh. Lebih baik gue hentiin lo dari sekarang.”

Riyan terdiam, sadar jika ucapan sahabatnya itu benar. “Thanks atas peringatan lo, Dit.”

***

1
Fittar
akhirnya balikan 🥰
Fittar
baikan juga ini kakak adik...
tinggal urusan cintanya aja yang masih jauh🤭
Fittar
lagi datang bulan maunya makan pedes😁
Asmi_SA: wkwk sesama cewek pasti paham
total 1 replies
Diana Novitasari IzSa
keren
Asmi_SA: thank you
total 1 replies
Fittar
semua betah memendam rasa 🤧
Asmi_SA: kalo aku mah ngga bisa 😭
total 1 replies
Fittar
Luar biasa
Asmi_SA: makaasiih sudah mampir🤗🥰
total 1 replies
revasya alzila
keren lanjut thor
Asmi_SA: makasih udah mampir🤗
total 1 replies
Rita Riau
ga bisa ke lain hati ya Lang,,,? bukan nya benci malah tambah posesif ke mantan,,
Asmi_SA: ngga bisaa.. Galang cinta banget soalnya wkwk
total 1 replies
Rita Riau
mungkin menghindar lebih baik Yan 🤔🤭
Asmi_SA: /Scowl/
total 1 replies
Rita Riau
izin mampir ya Thor 🙏
Asmi_SA: makasiih udah mampiir 🤗
total 1 replies
revasya alzila
Di tunggu kelanjutannya Thor
Asmi_SA: stay tune yaa🥰
total 1 replies
kookie 🐰
mampirr... semangat terus kakaa 🔛🔥
Asmi_SA: makasiiihh jangan bosen bosen yaa 🥰🥰
total 1 replies
revasya alzila
Nyimak kak
Asmi_SA: makasiiih .. jangan bosan-bosan yaaa🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!