NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ash Shiddieqy

Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Siswa Baru

Dua bulan sudah berlalu sejak Aditya mendapatkan tombak baru dari bengkel akademi. Tombak itu ia ayunkan setiap hari sampai ia benar-benar terbiasa menggunakannya. Dia sekarang merasa sedikit lebih percaya diri dengan kekuatannya.

"Aku berangkat dulu," pamit Aditya pada Mustaza yang sedang mengobrol dengan Farhan. Tampaknya orang-orang di rumahnya sudah menerima kehadiran Mustaza dengan baik.

"Hati-hati di jalan, Tuan Muda," ujar Farhan yang hanya di balas dengan jempol oleh Aditya.

Di sepanjang jalan, seperti biasa Aditya menahan aura yang ada di tubuhnya agar tidak memancar dengan bebas. Dia tidak ingin bawahan Duke Nazareth yang selalu mengawasinya tahu kalau dia sudah hampir siap menghadapi mereka.

Sesampainya di akademi Aditya duduk di kursinya lalu menatap ke arah Rio yang sedang menutup mata. Tumben sekali ia melihat Rio sedang mengumpulkan energinya untuk menerobos. Sepertinya tidak lama lagi dia akan segera menembus circle ke lima. Memang mau bagaimanapun Rio adalah orang paling berbakat yang ia kenal. Dia bisa mencapai tahap ini dengan cepat tanpa bantuan pil tingkat surga seperti dirinya.

Tidak lama kemudian Rio membuka mata. "Hah, padahal aku sudah mencoba selama sekitar satu bulan, tapi aku merasa belum bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi," keluh Rio.

"Kau membutuhkan pencerahan. Mungkin kita bisa sparing lagi hari ini pada jam profesor Aldrin," saran Aditya.

"Ya, mungkin saja. Tapi profesor Aldrin sudah lama tidak mengadakan pembelajaran di luar kelas. Entah sepertinya dia sedang sangat sibuk."

Aditya mengangguk setuju. Profesor Aldrin memang orang yang lebih suka praktik langsung daripada hanya membahas teori di dalam kelas. Tapi sudah dua bulan dia tidak hadir karena ada beberapa urusan yang katanya cukup darurat. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan permintaan yang ia katakan padanya?

Tiba-tiba profesor Elena masuk ke dalam kelas bersama dengan seorang gadis di sampingnya. Aditya tersenyum kecil saat melihat siapa gadis itu. Dia adalah orang yang sangat dirindukan oleh Mustaza.

"Profesor Aldrin tidak bisa hadir lagi hari ini. Jadi aku yang akan menggantikannya. Oh ya, selain itu hari ini kita kedatangan siswa baru. Bisakah kamu perkenalkan dirimu?"

Gadis itu menatap ke seluruh ruangan dengan sorot mata yang tegas. Matanya berhenti saat mengarah pada Rio dan Aditya yang duduk di barisan tengah. Terlihat senyum aneh di bibir kecilnya yang membuat Aditya merasa merinding.

"Namaku Nicole. Senang bisa bertemu dengan kalian," ucap Nicole dengan ramah. Sangat berbeda dengan ekspresi yang ia tunjukkan sebelumnya.

"Baiklah, kalau begitu kamu bisa duduk di mana saja yang kosong," kata profesor Elena.

Tanpa berpikir panjang Nicole segera melangkahkan kakinya menuju ke kursi yang ada di samping Aditya. Para siswa yang melihat itu segera menatap ke arah Aditya dengan tatapan yang sulit diartikan. Aditya merasa panas dingin karena tidak tahu apa yang dipikirkan oleh gadis itu. Bukankah di kehidupan ini mereka belum saling mengenal?

Setelah duduk Nicole memandang Aditya dan Rio secara bergantian. "Aku tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang sangat berbakat di akademi ini. Aku pikir aku sudah sangat berbakat karena bisa mencapai pertengahan circle keempat sebelum umur dua puluh tahun," bisik Nicole masih dengan senyuman yang aneh di bibirnya.

"Apa kau mengenal kami?" tanya Rio.

Nicole menggeleng dengan cepat. "Tidak, tapi yang jelas kalian berdua adalah orang yang menarik karena kalian kuat."

Aditya merasa Nicole masih sama seperti yang ia ingat di kehidupan yang sebelumnya. Ia adalah gadis yang sangat gila dan terobsesi dengan kekuatan. Dia bahkan pernah berkata akan menikahi tongkat sihirnya sendiri karena sudah menemaninya begitu lama.

"Oh iya, hari ini kita akan mengadakan sesi pembelajaran di luar kelas. Profesor Aldrin memintaku untuk melihat sejauh mana perkembangan kalian."

Para siswa yang tadinya masih menatap ke Aditya dengan ekspresi yang tidak senang tiba-tiba langsung berubah. Mereka bersorak gembira karena mungkin mereka juga sudah mulai bosan dengan teori-teori yang tidak terlalu penting yang harus mereka baca.

"Apa di akademi ini ada pembelajaran di luar kelas? Aku tidak pernah mendengar itu," ujar Nicole.

"Kau tidak tau? Memangnya kau dari akademi mana?" tanya Rio.

"Aku dari akademi sihir. Ya walaupun tidak sebesar akademi ini, aku mendapat pembelajaran magic yang cukup baik di sana. Tapi aku tidak pernah belajar di luar kelas."

"Kenapa?" tanga Rio lagi.

"Entahlah, mungkin karena para penyihir tidak terbiasa untuk saling bertarung. Kami biasanya hanya membahas tentang formasi atau pengendalian sihir di kelas." Nicole diam sejenak sebelum melanjutkan. "Apa kalian biasanya bertarung habis-habisan di sini"

Aditya dan Rio hanya diam dan saling pandang. Mereka tidak tau harus menjelaskan dengan cara apa. Dari awal akademi ini memang sering mengadakan sesi pembelajaran di luar kelas, tapi bukan berarti pertarungan habis-habisan. Ya, walaupun Aditya dan Rio beberapa kali pernah sparing sampai menggemparkan seluruh akademi.

"Kalian bertiga cepatlah ke lapangan! Jangan hanya diam saja di sana!" ucap profesor Elena dari samping pintu. Mereka bertiga baru menyadari kalau hanya tinggal mereka saja di dalam kelas.

Sesampainya di lapangan ternyata profesor Elena memiliki cara pembelajaran yang berbeda dengan profesor Aldrin. Dia meminta siswa untuk maju satu per satu dan menunjukkan beberapa kemampuannya. Baru setelah itu profesor Elena akan mengoreksi jika ada sesuatu yang mungkin kurang efektif.

Setelah siswa satu per satu maju akhirnya tiba giliran Rio. Dia menunjukkan gerakan dasar dari tarian pedang khas dari keluarga Redd. Gerakan itu sangat cepat dan indah yang membuat semuanya terdiam dan fokus melihatnya. Setelah itu semua siswa bersorak saat Rio selesai dengan gerakannya.

"Bagus Rio. Sepertinya tidak ada yang perlu aku koreksi dari gerakanmu. Hanya saja aku merasa pikiranmu sedang tidak fokus. Berusahalah dengan lebih baik lain kali."

Rio mengangguk. "Baik, Prof."

Setelah Rio kembali ke barisan giliran Aditya yang maju. Saat melangkah ke depan dia bingung harus menunjukkan teknik apa. Dia tidak ingin semua orang tahu tentang tarian tombak keluarga Nareswara sebelum hari pembantaian itu datang.

"Jadi apa yang ingin kamu tunjukkan hari ini Aditya?" tanya profesor Elena.

"Uhm, bolehkah saya hanya menunjukkan satu gerakan saja, Prof?" tanya Aditya balik.

Profesor Elena mengerutkan dahinya. "Ya, itu terserah kamu. Aku di sini hanya sebagai penilai dan pemberi saran."

Aditya mengangguk kemudian mengambil tombak kayu yang sudah disediakan. Dia menarik napas panjang sebelum menusukkan tombaknya ke arah langit.

[Ultimate Spear Move - Annihilating Thrust]

Seketika itu juga terlihat aura gelap terpancar dari ujung tombak Aditya yang menembus lurus ke arah langit. Debu-debu yang ada di sekitar juga berhamburan karena efek dari tusukan Aditya. Profesor Elena tersenyum lebar saat melihat Aditya yang ternyata lebih kuat dari yang ia bayangkan.

"Bravo, Aditya. Itu adalah teknik yang sangat luar biasa. Apakah itu teknik dari keluargamu?" tanya profesor Elena.

"Tidak, Prof. Saya yang membuatnya sendiri. Ini hanyalah sebuah tusukan sederhana."

Profesor Elena menggelengkan kepalanya. "Tusukan itu tidak sederhana. Tusukan itu pasti sudah dilatih selama bertahun-tahun. Tidak ada yang bisa aku komentari dari tusukan sesempurna itu. Yah, walaupun aku kecewa karena tidak bisa melihat teknik khas keluarga Nareswara."

Aditya hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian ia segera berjalan kembali ke barisan lalu duduk di samping Rio.

"Dan yang terakhir, Nicole silahkan maju!"

Masih dengan senyuman aneh di wajah cantiknya, Nicole maju ke depan. Ia membawa sebuah tongkat sihir panjang di tangan kanannya.

"Baiklah. Kau bisa mulai!"

^^^Continued^^^

1
Aixaming
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
Mafe Oliva
Ngasih feel yang berbeda, mantap!
Nia Achelashvili
Ngangenin banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!