Fatin Trias Salsabila seorang desainer muda yang memulai karirnya dengan kemampuan otodidatnya. Fatin yang mengenyam pendidikan di pesantren selama 6 tahun, namun tidak menghalangi bakatnya dalam menggambar desain baju muslimah. Dari kecil ia memang sangat suka menggambar.
Berangkat dari keluarga yang terpandang. Namun Fatin tidak ingin identitasnya diketahui banyak orang. Karena ia tidak mau dianggap sebagai aji mumpung.
Ia mulai sukses saat dia mulai mengirimkan beberapa gambarnya melalui email ke beberapa perusahaan besar di luar Negeri yang menggeluti fashion muslimah. Beberapa tahun kemudian ia pun resmi menjadi seorang desainer muda yang berbakat.
Zaki Ferdinan Abraham, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang fashion. Zaki dan Fatin bertemu di acara perhelatan desainer Muslimah se Asia. Dan dari situlah awal cerita mereka dimulai. Tidak hanya Zaki, ada sepupu Zaki yang juga akan menjadi saingannya nanti. Siapakah yang akan menjadi pendamping Fatin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyangkut
Para tamu bergantian mengambil makanan yang dihidangkan. Ada lebih dari lima puluh menu makanan dan dessert serta dia puluh lima macam minuman yang disediakan di dalam acara tersebut. Keluarga Abi Tristan memilih beberapa katering terbaik untuk ikut andil dalam pesta ini. Para tamu bisa memilih sesuai dengan yang mereka inginkan.
Fania lepas dari dari pengawasan Mamanya, saat Mamanya pergi ke toilet. Anak itu ingin sekali naik ke pelaminan dan duduk bersama kedua pengantin. Namun saat berjalan Tanpa menabrak tubuh seseorang.
"O-ow.. maaf Om."
Tania mendongak.
"Hai gadis kecil kamu mau ke mana?"
"Om Ganteng, Fania mau duduk sama Mami dan Papi di pelaminan."
" Oh namamu Fania? "
Fania mengangguk.
"Jangan sayang, nanti kamu capek. Bagaimana kalau kamu diam sama Om saja di sini?"
"Memangnya Om punya apa?"
"Sebentar." Arya meraba kantong celananya. Ia biasa mengantongi permen coklat karena keponakannya (anak Alya) sangat suka. Arya pun memberikan permen tersebut kepada Fania. Fania menerimanya.
"Tapi kata Papi tidak boleh menerima apa pun dari orang tidak dikenal."
"Fania, Om ini saudaranya Mami. Jadi Om juga bakal jadi saudara Fania."
Fania berpikir sejenak.
"Baiklah, Terima kasih Om."
"Good girl." Arya mengusap kepala Fania.
Sementara Zahira pusing mencari Fania. Ia takut Fania keluar dari tempat itu. Anak itu terlalu aktif dan banyak ingin tahu.
Arya dan Fania sedang keliling mengambil makanan. Fania meminta sate buah yang disiram coklat dan juga es krim yang. Arya mengambilkan untuknya. Fania sangat senang mendapatkan apa yang dia inginkan. Selanjutnya Arya mencari kursi untuk duduk dan memangku Fania karena tidak ada kursi lagi.
"Makannya pelan ya? Itu ada tisu, sayang kan kalau kena bajunya."
"Iya Om Ganteng."
"Nama Om, Om Arya."
"Tapi Fania lebih suka panggil Om Ganteng."
"Ya sudah terserah deh."
Arya memang pecinta anak-anak. Keponakannya yang masih berusia dua tahun biasanya selalu nempel kepadanya dari pada Papanya. Namun saat ini keponakannya itu sedang tidur di pangkuan Mamanya. Fania sedang asik memakan sate buahnya yang ia campur dengan es krim. Arya mengusap pinggir mulut Fania yang belepotan.
"Hehehe... Terima kasih Om."
"Iya sama-sama."
"Fania... " Akhirnya Zahira menemukan anaknya.
"Mama.. "
"Eh, maaf Fania sudah merepotkan anda."Ucao Zahira tidak enak hati kepada Arya.
"Oh tidak, saya tidak merasa direpotkan. Fania anak yang manis dan penurut."
"Mama, Om ganteng baik lho! "
"Terima kasih sudah menjaga Fania."
"Eh iya, sama-sama."
Fania diajak untuk pergi ke sebelah sana, namun tidak mau. Anak itu masih betah di atas pangkuan Arya. Zahira bingung harus berbuat apa. Melihat kebingungan Zahira, Arya pun berinisiatif.
"Fania, ayo ke sana sama Om juga." Ajak Arya.
"Ayo Om." Fania menggandeng tangan Arya.
"Mari." Ajak Arya.
"Eh iya mari. "
"Ish anak ini! Kenapa dia malah nempel dengan orang baru." Batin Zahira.
Kembali ke pelaminan
Pengantin sudah mulai duduk santai, karena tamu sudah berangsur pergi. Waktunya keluarga naik dan foto bersama. Fatin dan Zaki terkejut melihat Fania digendong Arya.
"Bukankah dia sepupumu?" Tanya Zaki.
"Iya, Bang Arya."
"Huh... Fania tidak mudah dekat dengan orang. Tapi lihatlah! Dia sudah nempel seperti anak koala."
Fatin tersenyum.
Arya menurunkan Fania saat sudah sampai di atas pelaminan.
"Ayo Om ikut foto bareng Fania." Fania menarik tangan Arya. Mau tidak mau Arya pun menurutinya. Hal tersebut tak luput dari perhatian keluarga mereka.
"Papi Mami, Fania mau foto sama Om ganteng."
Arya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ayo Ma, Mama di sebelah Papi, Om ganteng di sebelah Mami dan Fania di tengah." Fania mengatur layaknya orang dewasa.
"Sudah, turuti saja!" Ujar Zaki.
Dan fotografer pun mengambil foto mereka.
"Lihatlah by, mereka tampak seperti satu keluarga." Ujar Bunda Salwa.
"Romannya akan ada cinta lokasi di pernikahan anak kita."
Bunda Salwa tertawa menanggapi ucapan Abi Tristan.
Selanjutnya dua kembaran Fatin naik ke pelaminan untuk berfoto.
"Bro, titip adik kami. Jangan kau sakiti dia. Kalau sampai itu terjadi, maka kamu berusan dengan kami." Ujar Fadil seraya mendekap iparnya itu.
"InsyaAllah... kalian bisa percaya kepadaku."
Fatan cenderung lebih pendiam dibandingkan Fadil. Ia hanya menjabat tangan Zaki dan menepuk bahunya.
Sementara di bawah sana, Haikal sedang makan makanan yang sudah ia incar dari tadi. Lontong kikil. Namun saat akan mengambil sendok tangannya tak sengaja memegang tangan seorang wanita. Haikal menoleh kepada sang pemilik tangan.
"Maaf, tidak sengaja." Ia melepas tangannya.
"Iya tidak apa-apa."
Dag dig dug
Ada getaran yang tidak bisa diungkapkan. Wanita itu adalah Ayla. Haikal mendadak salting di hadapannya.
"Nona, maaf apa anda saudaranya Kakak Ipar?"
"Fatin?"
"Iya, maksud saya itu."
"Iya saya sepupunya, saudara kembar Kak Arya."
"Owalah... saudara kembar Arya. Perkenalkan saya Haikal sepupu sekaligus teman Arya." Haikal mengulurkan tangannya. Ia tidak menyangka jika Ayla pun akan bertindak yang sama dengan Fatin. Ayla menangkup kan kedua tangannya.
"Salam kenal juga."
"Hem... ini sih akhlaknya sebelas dua belas sama Fatin. Ya meskipun lebih cantik Fatin." Batin Zaki.
"Maaf, boleh geser sedikit? Saya mau ambil ini."
"Oh iya silahkan."
Acara pun akan segera selesai. Tamu-tamu mereka sudah pada pulang. Tinggal keluarga saja yang masih berada di tempat. Sebagian dari mereka makan karena dari tadi belum makan.
Pengantin turun dari pelaminan dan masuk ke kamar mereka. Tanpa aba-aba Zaki membantu Fatin menyingkap rok gaunnya.
"Perhatian juga nih si manusia kutub." Batin Fatin.
Mereka pun sampai di kamar. Zaki menempelkan kartu untuk membuka pintu kamar. Saat masuk ke kamar, suasana menjadi lain. Perasaan Fatin merinding disko. Bukan karena ada makhluk gaib di kamar itu. Tapi karena ia hanya akan berdua saja dengan suaminya. Kamar tersebut dihias cantik dengan dipenuhi kelopak bunga mawar merah.
Zaki langsung masuk ke kamar mandi untuk berganti baju.
Fatin duduk di sofa, ia bingung mau memanggil suaminya.
"Kenapa kamu belum ganti baju?"
"Eh itu, aku kesulitan membukanya."
"Setidaknya buka dulu hijabmu, kamu pasti gerah."
Fatin pun membuka hijabnya dan tersisa inner saja.
Saat ini Fatin sedang berdiri di depan meja rias.
" Ayo aku bantu untuk membukanya."
"T-tapi jangan lihat! Tutup mata Anda!"
"Kenapa harus tutup mata?"
"A-aku malu."
"Baiklah."
Terlihat dari cermin Zaki benar-benar menutup matanya, lalu ia membuka resleting gaun yang Fatin pakai. Saat sampai di tengah, resletingnya nyangkut. Zaki mencobanya berkali-kali tapi tetap saja tidak bisa.
"Bolehkah aku buka mata? Gaun ini bisa rusak kalau aku paksa terus."
"Hah, i-iya boleh."
Zaki pun membuka matanya dan mulai memeriksa penyebab resleting nyangkut. Ia pun berusaha membetulkan meskipun pandangannya kini tidak fokus. Karena ia bisa melihat pemandangan yang kontras antara kulit putih Fatin dan warna tapi pengait merah yang dipakai Fatin. Tangannya pun gemetar.
"Ya Allah, ini baru punggungnya belum yang lain." Batin Zaki.
"Sudah?"
"Eh iya sedikit lagi, bersabarlah!"
Akhirnya Zaki berhasil membuka resleting itu sampai bawah.
Bersambung...
...****************...
Maaf ya Kak di novel ini author menghindari adegan yang hot. Jadi jangan harpa ada adegan hot. Tolong jangan kecewa jika tidak sesuai ekspektasi. Terima kasih atas pengertiannya kak 😘