Semua telah terjadi, imanku rasanya telah kubuang jauh. Berganti Nafsu syahwat yang selama ini selalu kupendam dalam-dalam.
Apakah ini benar-benar keinginanku atau akibat dari sesuatu yang diminumkan paksa kepadaku oleh pria-pria itu tadi.
Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.
Satu yang pasti, aku semakin menikmati semua ini atas kesadaranku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berenang
Pagi harinya aku terbangun dengan tubuh masih telanj4ng. Kulihat istriku juga masih sama telanj4ngnya denganku. Setelah semalaman kami bersetvbuh dengan puas, pagi itu kami terbangun dengan perasaan yang bahagia sekali.
Untungnya anak perempuan kami belum bangun, jadi dia tak sampai melihat ketelanj4ngan kedua orang tuanya.
Jaga-jaga kalau anakku terbangun, aku buru-buru memakai lagi celana kolor untuk menutupi kemalu4nku. Sedangkan istriku langsung memakai dasternya tanpa dalaman apa pun.
Kembali kami berbaring di atas tempat tidur meski kulihat di luar sana matahari sudah bersinar terang. Kondisi rumah tanpa kehadiran mertuaku benar-benar kami pergunakan untuk santai-santai saja.
“Pahh...”
“Hhmm.. apa mah?”
“Rinda beneran make barang itu gak yah?” tanya istriku membuka obrolan.
“Eh, apa mah? Maksudnya d1ldonya mama?”
“Iya dong.. kasian dia, ditinggal sama suaminya terus.. kayaknya sih hubungan mereka lagi gak baik-baik aja deh pah.”
“Ehh.. mama ga boleh bilang begitu.. itu buruk sangka namanya...” balasku menoleh ke arah wajahnya.
“Yaa tapi...aku mulai merasa itu yang sekarang terjadi.”
“Gak.. doakan aja hubungan mereka langgeng.. kita berharap yang terbaik dong maa,” ucapku serius.
“Hhmmm..”
Aku terdiam mendengar ucapan istriku. Meski aku melarangnya untuk berburuk sangka tapi itu malah membebani pikiranku.
Apakah benar yang dikatakannya itu betul-betul terjadi?
Bisa saja sebenarnya, mengingat hubungan jarak jauh itu pasti banyak sekali godaan dan rintangannya.
“Eh pah, hari ini kita renang yuk.. mama ada voucher ke tempat renang yang ada di dekat sini...”
“Ohh, yang baru dibuka itu ya maa?”
“Iya, kemarin ada voucher diskon dari sekolahnya Nadia.. lumayan, sih.”
“Ya udah.. ajak Rinda sekalian.. biar ga bete terus di rumah.”
“Hihihi.. iya deh... tapi papa aja yang kasih tahu dia, mama biar siapin dulu barang-barang yang mau dibawa.”
“Lohh... kok aku?”
“Gapapa.. udah sono, cepetan, keburu siang nih ..” paksa istriku kemudian.
Dengan jalan gontai aku naik ke lantai dua. Kudekati pintu kamar Rinda yang tak tertutup rapat. Kupikir dia sudah bangun karena pintunya agak terbuka. Seperti biasa, tanpa mengetuk pintu aku langsung saja memanggil namanya dan bergerak masuk.
“Rin... Rinda...”
“Ehhhh.. mas Bima.. tunggu... ehh.. tunggu masss!!” jeritnya histeris.
Rinda menjerit ketika kubuka pintunya agak lebar. Kami berdua sama-sama terkejut dan saling menatap. Kudapati Rinda tengah terbaring di atas tempat tidurnya dalam kondisi telanj4ng bulat.
Bukan itu saja, sebuah batang d1ldo juga nampak menancap pada belahan mem3knya.
“Maaff... maaff.. aku ga tau Rin.. maaf yaa...” buru-buru kututup lagi pintunya.
Aku langsung beranjak pergi dari depan kamarnya dengan perasaan tak karuan. Bukan dia saja yang malu, tapi aku juga merasakannya.
Entah habis ini aku akan bagaimana menghadapinya. Selama dia tinggal serumah dengannku, baru kali ini aku melihat tubuh telanj4ngnya.
Bukan itu saja, dengan jelas kulihat Rinda sedang mastvrbasi, suatu hal yang sangat rahasia dan tak boleh orang lain tahu.
“Maasss...” belum jauh aku melangkah, tiba-tiba Rinda memanggilku.
“Eh, iya Rin ...”
“Hiihhh.. ketuk dulu dong pintunya.. maen masuk aja,” protesnya kemudian.
Kulihat dia kini sudah memakai gaun tidurnya seperti malam tadi. Dari cahaya matahari yang menyinari ruangan lantai dua, aku bisa melihat bayangan payud4r4 dan permukaan vagin4nya.
Dengan bahan kain yang menerawang tentunya membuat semakin mudah apa yang ada di balik baju tidurnya terlihat olehku.
“Iya maaf.. lagian ngapain pintunya ga ditutup?”
“Habis kenc1ng tadi, lupa mo nutup,” balasnya nyengir.
“Ya udah, lain kali jangan kelupaan.. emm.. kamu mau gak ikut kita? Mau renang nih rencananya.”
“Ohh.. bisa.. aku ikut ya mas...”
“Oke, siap-siap aja kalo gitu...”
Kutinggalkan dia masuk ke dalam kamarnya lagi. Kuturuni tangga lantai dua dengan senyum di bibirku.
Kok bisa-bisanya aku mengalami hal itu. Ternyata barang yang dipinjamkan istriku dipakainya juga.
Coba kalau aku ceritakan pada Ariefna apa yang akan terjadi yah?
Mungkin biar kucari waktu yang tepat dulu.
...𓀐𓂸ඞ 𓀐𓂸ඞ...
Perjalanan menuju tempat renang memang tak terlalu jauh, bahkan terbilang sangat dekat. Tapi karena kami pergi berempat tetap saja aku membawa mobil biar sekali jalan.
Begitu kami sampai, Ariefna dan Rinda langsung menuju tempat pembelian tiket. Sedangkan aku kebagian membawa barang bawaan sambil mengawasi anak perempuanku.
“Maa, lumayan sepi ya ternyata.. enak nih bisa coba semua kolam, haha...” ujarku.
“Iyaa bener, mungkin karena mahal tiketnya orang jadi males... tuh cuma ada beberapa orang, malah pada pacaran,“ balas istriku sambil nunjuk ke arah sepasang muda-mudi yang berendam di sudut kolam.
“Iya juga sih maa, tiket seorang 100 ribu... orang tajir aja kali ya yang renang disini,” ucapku kemudian.
Tempat renang itu memang masih baru buka. Makanya ada promo dan diskon yang diberikan pada orang yang berkunjung ke tempat ini. Kulihat ada empat kolam berbeda kedalaman.
Paling dangkal untuk bayi, kemudian ada yang kedalaman 50 cm untuk anak-anak. Di sebelahnya agak jauh ada dua kolam yang kedalamannya beberapa meter. Satu ada seluncurannya dan satunya tidak, yang tidak ada seluncurannya katanya sih untuk latihan renang profesional.
“Mau langsung renang atau duduk-duduk dulu nih?“ tanya Rinda dari arah belakangku.
“Ganti baju dulu deh, nanti kalo mau duduk-duduk dulu ya gapapa sekalian pemanasan,” jawab istriku.
“Yaudah.. yuk ganti baju dulu kak.“
Kubiarkan istriku dengan Rinda menuju tempat ganti baju, sedangkan aku langsung mencari tempat duduk dan mengganti baju anakku dengan baju renangnya.
Aku sendiri memang sudah memakai celana renangku dari rumah, sehingga aku cukup melepas kaos dan celana pendekku saja.
Beberapa saat kemudian istriku dan Rinda kembali. Mataku terbelalak tak percaya melihat apa yang mereka pakai. Memang baju renang mereka nampak biasa saja, sama seperti yang dipakai orang lain.
Tapi di balik baju mereka kulihat jelas tonjolan put1nk susv milik istriku dan milik Rinda. Sepertinya di balik baju renang yang mereka pakai, mereka sudah tak lagi memakai BH.
“Ehh.. kalian ini mau renang apa mau ngapain?”
“Emang kenapa sih mas? Ada yang aneh?” balas Rinda santai.
“Tuhh.. put1nk susv kalian ngejiplak jelas banget tuhh.. emang ga pake BH apa?”
“Ketinggalan tadi paah.. mending mana, renang gak pakai daleman atau baliknya gak pakai daleman?” timpal istriku tanpa bisa kubantah.
“Lahh, kok bisa ketinggalan sik? Trus Rinda juga sama, ketinggalan juga?”
“Enggak sih mas, tapi biar kak Ariefna ada temennya aja.. sekalian ga usah dipake,” balas Rinda enteng saja.
“Baju renangnya Rinda warnanya abu-abu kan? punyaku juga warnanya gelap nih.. legging kita juga warnanya hitam, gak akan keliatan kalau gak pakai daleman renangnya,” imbuh istriku.
“Iya sih ga tembus, tapi kan pasti nyeplak nanti susv sama pant4t kalian,” ucapku kemudian.
“Enggak lah.. makanya kita nanti ga sering-sering keluar dari air.. orang gak akan sadar kok kita gak pakai daleman. Lagian kan sepi juga disini gak begitu ramai,” jawab istriku.
“Nahh... gitu mass.. BH sama CD punya kita disimpen aja dulu.. pulangnya baru dipakai," imbuh Rinda yang sedari tadi cuma senyum-senyum saja.
“Hhh.. yaudah, tapi ati-ati.. jangan sampai jadi perhatian orang.”
“Hihihi... tenang paa.. ga bakalan.. mana ada cowo mau ngeliatin body ibu-ibu anak satu gini?”
“Yahh.. biar anak satu tapi bodynya masih ngebentuk bagus gitu...” balasku, mereka berdua hanya senyum saja mendengarnya.
Memang benar, tubuh istriku itu masih langsing dan bentuknya bagus banget. Tak beda jauh dengan tubuh Rinda yang masih belum punya anak.
Bedanya istriku itu payud4r4nya sudah agak melorot setelah menyvsui anak kami selama dua tahun lamanya. Kalau payud4r4 Rinda masih terlihat bulat membusung. Apalagi dalam balutan baju renang yang ketat itu membuat bentuknya semakin menarik dipandang.