Pesona Ayra Khairunnisa

Pak Erlangga berhasil membujuk Bambang dan istrinya untuk kembali kerumah utama. Mereka pun setuju jika perayaan pernikahan akan digelar bersama pesta pernikahan Ayra dan Bram.

Kini 3 pasang suami istri itu telah sampai di sebuah butik ternama di kota itu. Butik yang terkenal dengan kemewahan gaun-gaun dan baju yang dibuat dengan bahan terbaik dibuat oleh desainer terbaik di tanah air.

Sesampai nya di butik itu, Marisa mengajak Ayra dan Rani ke dalam ruangan Marisa. Marisa adalah seorang desainer kepercayaan nyonya Lukis. Nyonya lukis meminta Marisa menyiapkan baju dan juga konsep pesta pernikahan untuk anak mereka.

Marisa ketika selesai mengukur tubuh Rani beralih ke Ayra.

"Katakan Ayra gaun seperti apa yang kamu inginkan?"

"Kalau boleh saya mau yang bisa menutupi aurat dengan sempurna. Gaun nya kalau bisa menutupi bagian pinggul dan paha. Tidak usah terlalu banyak pernak pernik perhiasan dan yang sederhana saja tidak terlalu mewah. Bisa Tante?"

Marisa berhenti mencatat sesuatu dibuku nya. wanita itu menarik kacamatanya hingga berpindah ke atas ke kepalanya.

"Owh.... Honey, Aku tak mengerti konsep kecantikan yang kamu maksud. Sebuah gaun pernikahan harus menunjukan kemewahan, harus menunjukan lekuk tubuh mu karena kamu adalah ratu di hari pernikahan mu. Dan kamu harus terlihat cantik."

Ayra yang selalu ramah dan murah senyum kepada mereka yang halal menerima keramahannya dan senyum manisnya kembali memberikan penjelas dengan suara lembutnya dan senyum yang selalu terukir.

"Berdasarkan pendapat seorang cendikawan muslim yang berasal dari Mesir. Beliau bernama Yusuf Qardhawi adalah bahwa Allah SWT tidak melarang perempuan untuk berpenampilan cantik. Namun kecantikan itu harus menutupi aurat yang wajib ditutupi yaitu seluruh tubuh wanita kecuali muka dan telapak tangan.

Dan yang kedua, hijab tersebut harus menjaga dari timbulnya syahwat oleh orang lain, seperti tidak memperlihatkan secara jelas lekuk tubuh perempuan atau memakai pakaian yang menerawang. Maka 2 konsep itu yang ingin saya pakai untuk gaun saya nanti Tante."

Marisa menggeleng-gelengkan kepala lalu ia memijat kening nya dan seolah mendapat ide wanita itu cepat menekan telpon yang ada dimeja nya

"Panggilkan Aisah keruangan saya sekarang."

Tidak lama muncul seorang wanita berhijab pink dengan blazer motif tartan dan bawahan pleats skirt yang terkesan modern juga trendi walau wanita itu berjilbab.

Wanita itu berkulit sawo matang tampak Id card menggantung di lehernya.

"Nyonya lukis, maaf kan saya. Untuk menantu anda yang ini saya percayakan gaunnya kepada asisten saya. Di bisa diandalkan untuk jenis gaun yang menantu anda inginkan. Aku tak bisa membuat sebuah karya yang aku tak menjiwai konsepnya."

"Ayo lah Marisa. Ini hari spesial kedua menantu ku. Aku ingin kamu yang mendesain gaun mereka."

Nyonya lukis mendekat ke meja Marisa.

"Aku akan memberikan gratis gaun itu jika kamu menganggap nya tidak sesuai ekspektasi mu Nyonya."

Nyonya lukis menatap wanita yang bernama Aisah itu. Ia melihat penampilan asisten Marisa itu memang terlihat modern walau berhijab dan tertutup juga lekuk tubuhnya tak terlihat jelas.

"Ay? Kamu tidak apa-apa sayang jika yang mendesain gaun mu bukan Tante Marisa?"

"Jika mama bilang Tante Marisa salah satu desainer terbaik di negeri ini maka Tante Marisa pasti memiliki asisten yang juga memiliki kemampuan sama dengan nya ma. Tante Marisa tidak mungkin memilih sembarang orang untuk langganan yang hampir 10 tahun. Bukan kah begitu Tante?"

Ayra tersenyum pada Marisa dan Marisa menyunggingkan bibir merah nya dan memberikan alat ukur tubuh dan satu buku kepada Aisah.

Aisha melakukan detail ketika mengukur tubuh Ayra. Aisha mencatat semua konsep gaun yang Ayra ingin kan setelah selesai Aisha permisi meninggalkan ruangan Marisa.

Ayra dan Rani kini duduk di sofa yang berada di depan mereka. Mereka menikmati minuman yang disediakan oleh Marissa, sambil menanti kedua lelaki yang tadi pergi keluar untuk merokok. Karena didalam ruangan Marisa tidak mengizinkan orang merokok.

"Ay, Apakah wanita harus memakai jilbab didalam agama kita? atau itu atas kemauan kita sendiri?"

Rani mencoba mencari tahu tentang pendapat istri dari kakak iparnya itu. Karena ia merasa malu ketika Ayra menjelaskan tentang konsep hijab tadi karena ada kata tidak menimbulkan syahwat orang lain.

Rani berkaca pada dirinya yang terbiasa memakai pakaian yang mengekspos keseksian terutama pada bagian dada dan kaki jenjangnya. Hot pants dan tank top adalah baju favorit yang ia kenakan sehari-hari.

Ayra membenarkan posisi duduknya hingga menghadap ke Rani.

"Ran, memakai hijab adalah wajib bagi setiap perempuan sebagaimana firman Allah SWT di Qs. Al-Ahzab ayat 59."

" Lantas apakah menurut mu kami yang tak berhijab ini adalah perempuan yang tidak benar?"

Ayra tersenyum, ia sadar bahwa Rani sedang tertarik tentang hijab dan ini kesempatan untuknya memberikan pengetahuan pada iparnya tanpa yang diberi tahu merasa di gurui.

"Seperti ini Ran. Menurut pandangan ku yah. Meskipun hijab hukumnya wajib, tetapi bukan berarti perempuan yang tidak berhijab adalah perempuan yang tidak benar, karena ada banyak perempuan yang meskipun mereka tidak berhijab, mereka rajin berpuasa, shalat dan melakukan amalan-amalan yang lain.

Begitu juga sebaliknya, belum tentu semua perempuan berhijab baik semua. Namun setiap wanita baik dan shalihah mereka pasti mengenakan jilbab Karena itu adalah harga mutlak yang telah diperintahkan Allah kepada semua wanita muslim.

Menanggapi pertanyaan mu. Aku berpendapat Masing-masing dari kita punya rahasia sama Allah. Punya sesuatu kebaikan sama Allah yang barangkali tidak ada manusia lain yang tahu terlepas dari telah atau belum berhijab nya seorang wanita itu tadi."

Rani menatap kagum kepada wanita yang dia anggap tak pantas mendampingi Bram, karena penampilan Ayra yang terkesan sederhana walau wajah nya terlihat cantik tanpa polesan make up. Sedangkan Bram adalah lelaki yang selalu tampil modis dan mewah. Sungguh pasangan yang bertolak belakang dari segi penampilan.

Namun kali ini Rani menganggap jika Ayra pantas bersanding dengan kakak suaminya itu.

"Lalu Kenapa kamu tak menyuruh ku mengganti pakaian ku, ketika kamu menutup mata Bram dengan tangan mu. Aku paham jika kamu tidak nyaman dengan pakaian ku tadi pagi."

Rani menyelipkan rambut panjang nya kebelakang kuping.

"Jika pagi tadi aku meminta mu mengganti baju karena aku tidak nyaman melihat penampilan mu, maka dapat aku pastikan kamu akan tidak suka padaku. Tidak nyaman didekat ku, bahkan akan membenci ku. Karena aku mengatur mu untuk menuruti berpenampilan sesuai prespektif ku. Padahal pagi tadi adalah pertemuan pertama kita. Konsep dakwah bagi ku Islam itu merangkul bukan memukul."

Ayra tersenyum manis dan sebuah rangkulan dan belaian lembut dari kulit tangan Ayra di lengan putih Rani bisa ia rasakan karena Rani mengenakan Sleeveless blouse berwarna tosca. Hingga telapak tangan Ayra yang lembut bisa dirasakan lengan putih Rani.

Ternyata tanpa mereka sadari pembicaraan mereka sedang diamati dan di dengar dua saudara laki-laki yang berada di balik pintu partisi lipat yang berada dibelakang sofa mereka berdua.

"Dia wanita yang unik dan langka Bram. Kau akan menyesal jika melepaskan nya. Pesona nya berbeda dari wanita yang biasanya mengejar mu dan wanita yang baru saja mencampakkan mu."

Bambang berbisik ditelinga Bram setelah mereka mendengarkan pembicaraan kedua istri mereka, dari balik partisi lipat yang memisahkan lobby dengan ruang tunggu butik Marisa itu.