Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Identitas Asiyah
Gedung yang menjulang tinggi bertuliskan Dirgantara Crop, seorang Lelaki matang turun dengan elegannya di susul oleh lelaki paruh baya yang tak kala gagah, mereka berjalan melewati beribu karyawan yang memandang dengan pandangan yang beragam, ada yang mengagumi, bahkan ada pula yang mencibir. Tapi mereka semua tunduk dan patuh itulah yang harus di taati jika ingin bekerja di gedung ini.
"Selamat siang tuan" sapa sang sekretaris wanita berumur 30 tahun dengan wajah khas timur tengahnya menyambut dengan hormat pada sang atasan. Seperti biasa tak ada balasan atau pertanyaan yang di lontarkan sang atasan acuh dan memilih masuk ke ruang yang bertuliskan direktur. Menghela nafas lesu, itulah yang selalu di lakukan wanita itu sesaat. Dengan cepat dia mengambil beberapa dokumen dan dibawahnya masuk ke dalam ruang sang direktur.
"Permisi tuan,,!" dengan tutur lembut wanita itu masuk ke dalam dengan membawa tumpukan map di tangannya.
"Ini adalah dokumen yang harus di tandatangani tuan" tutur lembut wanita itu seraya menyodorkan tumpukan map itu pada lelaki paruh baya yang merupakan asisten dan orang kepercayaan sang CEO perusahaan tersebut. Lelaki paruh baya itu mengambil dan menaruhnya di meja sang direktur.
"Kau boleh pergi" seru lelaki paruh baya itu. Dengan membungkuk hormat wanita itu pamit. Tapi sebelum wanita itu pergi dia bilang jika beberapa kali Afriel menanyakan keberadaan sang direktur tersebut.
"Maaf tuan!" wanita itu menjedah.
"Apa?" tanya lelaki paruh baya itu.
"Tadi pagi nona Afriel datang kemari, menanyakan anda tuan Tom" jawab wanita itu menunduk takut. Lelaki paruh baya itu menghela nafas panjang.
"Lalu apa yang kau katakan?"
"Aku bilang tuan belum kembali dari luar kota" jawab jujur wanita itu. Tom menarik nafas panjang, jujur saja dia masih enggan bertemu dengan Afriel, tapi bagaimanapun dia perasaannya masih terpatri pada Afriel.
"Keluarlah, jika nanti dia kembali katakan tuan sibuk!" pinta lelaki paruh baya itu mewakili isi hati dari sang majikan.
"Baik tuan Gio, saya permisi!" pamit wanita itu lalu melangkah keluar dari ruangan direktur kembali ke tempatnya. Sesaat setelah perginya sekretaris nya Gio memberanikan diri melangkah mendekat pada Tom.
"Tuan, silahkan anda tanda tangani!" ujar Gio meletakkan dokumen yang di tadi di berikan oleh sekretarisnya. Terlihat Tom masih melamun. Gio mencoba memanggil lagi, tidak ada tanggapan sampai panggilan ke enam Gio memberanikan mengguncang lengan Tom.
"Tuan, anda baik-baik saja?" tanya Gio saat Tom menatapnya.
"Hem,, ada apa?" alihnya. Gio tak menjawab dia hanya mengarahkan matanya pada tumpukan dokumen. Tom mengikuti arah pandang Gio, Tom segera meraih dan membumbui tanda tangan satu persatu file tersebut.
"Tuan, sampai kapan anda menghindar?" lirih Gio memberanikan diri ketika Tom selesai menandatangani semua dokumen. Tom melirik Gio sejenak lalu dia membuang nafas kasar.
"Menurutmu?" alih-alih menjawab Tom malah bertanya balik seolah meminta pendapat sang kaki tangan keluarganya ini. menarik nafas sejenak Gio memberi saran dengan penuh pertimbangan.
"Tuan hadapi lah mereka"
Tom gegas menatap Gio seolah bertanya bagaimana cara nya?
"Maaf tuan, tapi itu menurut saya, setidak nya bisa mengurangi beban di hati anda tuan Tom" terang Gio penuh dengan hati-hati karena tidak ingin membuat sang tuan marah. Tom nampak berfikir.
"Ya, kamu benar, aku akan menghadapi Afriel" putus Tom.
"Lalu bagaimana dengan Nona Asiyah?" tanya Gio. Tom menunduk entah apa yang dia pikirkan.
"Jujur, untuk saat ini aku belum siap bertemu dengan nya" lirih dalam Tom. Tom mengingat apa yang di katakan Gio beberapa hari lalu.
Flash back
Selesai meeting beberapa hari lalu, Tom pulang ke mension dan memilih langsung ke ruang kerja dia ingin kembali berkutat dengan laptopnya menyelesaikan proyek pembangunan pabrik nya. Selesai berkutat dengan pekerjaannya Tom menyimpan laptopnya ke laci meja kerja. Mata Tom tertuju pada tas yang ada di dalam laci meja kerjanya saat membuka laci itu. Di ambilnya tas itu, ingatan Tom kembali tertuju pada saat pertama kali dia bertemu Asiyah, tas itu milik Asiyah Tom mengambilnya sebagai sandraan Tom juga menyita ponsel Asiyah agar wanita itu tidak bisa menghubungi siapapun. Tom membuka resleting tas milik Asiyah, di dalamnya ada beberapa surat seperti pasport dan masih banyak, mata Tom tertuju pada ponsel Asiyah di nyalakan ponsel tersebut. Terlihat gambar universitas ternama di Mesir sebagai wallpaper. Deretan notifikasi masuk, ratusan panggilan dan pesan masuk dari beberapa nomor. Sayangnya ponselnya ke kunci. Bukan nya tidak bisa untuk membobol tapi Tom tidak terlalu perduli. Dia beralih pada pasport dan kartu identitas Asiyah. Tom mengernyit mendapati jika Asiyah mempunyai gelar di salah satu universitas ternama di Mesir.
"Jadi dia lulusan Al Azhar" guman Tom ketika melihat kartu identitas milik Asiyah.
"Tapi, dia tinggal di Mesir. Dan jika dia di Mesir lalu yang-" Tom menjedah katanya. Dia mencari sesuatu di dalam tas Asiyah. Di dompet Asiyah nampak beberapa ATM dan kartu asuransi dan beberapa lembar uang pound Mesir dan hanya selembar uang 50 Lira. Tom mengambil ponselnya dan menghubungi Gio yang ada di paviliun.
"Gio cepat cari informasi lengkap tentang Asiyah!"
'Baik tuan'
Semalaman Tom memikirkan tentang Asiyah, beruntung tak butuh waktu lama Gio memberikan data lengkap Asiyah.
"Nona Asiyah adalah anak angkat dari tuan Samer, selama ini dia tinggal di Mesir studi dan menjadi dosen di salah satu fakultas ternama di Mesir" terang Gio pada Tom.
"Tuan Samer punya putri namanya Zena, dia yang selama ini menggantikan ayahnya" lanjut Gio. Tom meremas kertas yang dia baca dengan pandangan tajam.
"Bodoh, kenapa dia mau mempertaruhkan dirinya" geram Tom.
"Karena tuan Samer menuntut nona Asiyah dengan berlandaskan sebuah kata bakti" jawab Gio.
"Dan aku menghukum seorang yang tak bersalah" cicit Tom merasa bersalah mengingat perlakuannya pada Asiyah.
"Kau tahu kemana pergi nya keluarga itu?"
"Kita akan mencari tahu tuan, mereka pergi jauh dari negara ini"
"Temukan keberadaan mereka"
"Baik tuan"
Rasa bersalah Tom begitu besar pada Asiyah, kejam, memang itulah yang selalu tersemat pada nya. Sejak dia mengetahui semua, dia lebih memilih menghindari Asiyah. Perlakuannya itulah yang selalu mengingatkan betapa kejam dan sadisnya dirinya pada wanita, ingin sekali dia meminta maaf tapi dia malu. Bahkan melihat wajahnya saja mungkin Asiyah sangat enggan. Dia memilih tinggal di apartemen.
"Aku akan membalas kepedihan mu, sebagai ganti apa yang kau rasakan selama ini Asiyah" lirih Tom saat menatap layar ponsel Asiyah. Tom teringat tangisan pilu wanita yang dia siksa sebagai tawanan atas nama dendam.