Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 : PERJANJIAN
“Jangan di ketawain, itu gak lucu tau. Ini tuh derita.” Siti tidak suka Gandhi menertawainya sampai seperti itu.
“Ya maaf, sumpah kesian deh jadi kamu.” Gandhi memegang perutnya yang sakit karena tertawa.
“Oke, kamu saja yang ketemu papa, buat lamar aku. Kita akan cerai kalo Arka udah siap menikahiku. Deal?” Mungkin Siti kesambet. Sampai tidak mikir apakah Gandhi terlihat lebih baik dari Arka. Ia lupa bagaimana kerasnya hati sang ayah, Arka yang tidak bertato saja belum tentu di terima, apa lagi Gandhi yang baru ia kenal ini.
“Kamu yakin papa mu akan terima aku?” tanya Gandhi seperti berpikir.
“Ku juga gak tau.”
“Ya ngapain aku lamar kamu.”
“Karena papa masih kasih aku kesempatan untuk memilih sendiri calon suami.” Jawab Siti dengan jelas.
“Karena kamu orang baik.”
“kamu dari mana tau kalo aku orang baik?” tanya Gandhi bingung.
“Karena tadi kamu udah menyelamatkan aku dari kematian, lalu. Aku yakin kamu bisa di ajak kerja sama tentang kesepakatan menikah pura-pura. Hanya kita berdua yang tau, kalau pernikahan kita nanti hanya menunggu Arka siap, lalu kita akan cerai.” Siti anak Pak Harso si tukang ngatur memang.
“Apa keuntunganku membantumu?” tanya Gandhi seolah berpikir.
“Satu Pahala, dua uang. Kamu bilang saja aku harus bayar kamu berapa untuk kerugian yang nanti terjadi atas pernikahan pura-pura kita.”
“Kamu yakin mampu bayar?” tanya Gandhi lagi.
“Ya kalo ku gak mampu kan aku bisa cicil. Udahlah, tarif mahasiswa pasti ramah di kantong.” Rayu Siti dengan gamblang.
“Aku gak mau nikah beneran.” Ujar Gandhi tampak mulai memberikan syarat.
“Iya, kita nikah pura-pura aja.”
“Maksudnya?”
“Dengan alasan kamu hanya mahasiswa dan orang tuaku hanya butuh aku punya suami sebelum pindah. Kita bisa meminta kalau pernikahan kita hanya di lakukan secara siri. Atau dilaksanakan sesederhana mungkin, gimana?”
“Oke, siri saja dan gak boleh ada tamu yang hadir. Kecuali orang tua kita.” Jawab Gandhi yang sepertinya sudah ikutan bod0h dengan tawaran Siti.
“Oke setuju.” Siti sudah main setuju saja.
“10 juta per bulan. Semakin lama Arka gak siap. Maka aku makin kaya.” Tegas Gandhi yang ternyata cukup mencari keuntungan.
“Oke.” Ujar Siti tidak gentar
“Deal?” tanya Gandhi.
“Yes.” Jawab Siti tegas.
“Ada aturan lain?” tanya Gandhi lagi.
“Gak ada. Jangan lupa kita hanya pura-pura. Kamu aku bayar tepat setelah kita sah jadi suami istri secara siri. Lalu tanggal yang sama di bulan berikutnya dan seterusnya. Gak boleh ada kontak fisik.” Lanjut Siti lagi.
“Gak boleh kepo urusan satu sama lain, gimana?” Gandhi tentu tidak mau di ganggu Siti di kemudian hari.
“Oke, aku sangat setuju hal itu.” Tambah Siti dengan senyuman lega.
“Nice.” Jawab Gandhi sungguh suka dengan peraturan yang di buat Siti. Tentu saja ia tidak perlu pusing lagi memikirkan biaya Wisuda atau apapun untuk keperluan hidupnya di hari esok.
“Pria baik.” Ujar Siti tersenyum puas.
“Kapan aku boleh bertemu orang tuamu?” tanya Gandhi lagi.
“Sepertinya selain berkenalan, kita juga perlu bertukar nomor kontak deh.” Kekeh Siti mengeluarkan ponselnya untuk kemudian saling menyimpan nomor satu sama lain.
“Kamu benaran nona tajir.” Puji Gandhi yang sungguh senang bertemu dengan cewek frustasi ini.
“Terima kasih atas kerja samanya. Sampai jumpa di rumah.” Ujar Siti merasa lega.
“Siap, sampai jumpa, Senang bekerja sama dengan anda.” Ujar Gandhi menutup pertemuan mereka.
Kemudian keduanya pun sepakat untuk turun dan melanjutkan aktivitas masing-masing di tempat berbeda.
BERSAMBUNG …
Pada kemana jempol readers ku?
Pliis ramaikan
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya