Dilarang boom like dan plagiat !!!
Zanna Allisya, seorang wanita yang baru beberapa bulan menyandang status seorang istri harus rela berpisah dengan suaminya dikarenakan pekerjaan.
Terpisah jarak, bukanlah hal yang sulit untuk Zanna dan juga suaminya. Sejak pacaran, mereka memang sering menjalani hubungan jarak jauh hingga tidak ada bedanya dengan saat ini.
Namun, lama-kelamaan. Sikap suami Zanna mulai berubah membuat dia merasa tidak nyaman dan juga dipenuhi oleh kecurigaan.
Bagaimanakah perjalanan rumah tangga Zanna selanjutnya?
Akan kah kecurigaannya terbukti benar, atau ada hal lain yang menyebabkan suaminya berubah?
Yuk, ikuti kisah perjalanan Zanna yang penuh dengan kejutan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32. Tidak Ada Lagi yang Tersisa.
Calvin melihat ke arah Zanna dengan tajam, sementara Zanna tersenyum sinis dengan apa yang laki-laki itu lakukan saat ini.
"Kenapa kau melakukan ini, Zanna? Apa kau ingin menghancurkan hidup kita semua, hah?" tanya Calvin dengan menahan emosinya.
"Hidup kita? Tidak, Calvin. Tapi hidup kalian berdua," balas Zanna dengan smirik iblisnya. "Bagaimana, kau suka kan?"
Calvin mengepalkan tangannya dengan penuh emosi. "Apa kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan itu, hah? Kau bukan hanya membuat aku malu, tapi juga pernikahan kita. Kau tau itu?"
Zanna langsung tergelak saat mendengar ucapan Calvin. "Pernikahan kita yang mana, Calvin? Pernikahan kita sudah berakhir, dan sekarang kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi!" Dia mengambil sesuatu di dalam tasnya dan melemparkan sebuah amplop berwarna putih yang berasal dari pengadilan.
"Aku sudah melayangkan gugatan perceraian di pengadilan, harap penuhi panggilan mereka,"
"Apa?" Calvin tersentak kaget dengan apa yang Zanna katakan. Matanya lalu melihat ke arah bawah di mana amplop berwarna putih yang wanita itu lemparkan tadi terjatuh.
"Jangan pura-pura kaget seperti itu, Calvin. Bukannya ini yang kau harapkan, hem?" Zanna tersenyum dengan sinis.
Calvin berjongkok lalu mengambil amplop itu, dia membuka dan mengambil surat yang terdapat di bagian dalamnya.
Deg.
Calvin meremmas kertas yang berisi panggilan untuknya dari pengadilan dalam kasus gugatan perceraian yang Zanna lakukan. "Kau, kau benar-benar keterlaluan, Zanna!"
Suara teriakan Calvin menggema di tempat itu membuat beberapa orang yang ada di sana mulai memperhatikan mereka.
"Setelah apa yang kau lakukan barusan, kau juga menggugatku ke pengadilan, hah? Hebat sekali kau!" Calvin mencengkram tangan Zanna dengan kuat membuat wanita itu meringis menahan sakit.
Naomi yang melihat semua itu langsung mengeluarkan taringnya. Namun, belum sempat dia beraksi. Zanna sudah menghempaskan tangan Calvin sampai laki-laki mundur selangkah ke belakang.
"Tentu saja kau yang lebih hebat dari pada aku, Calvin!" Zanna mengibas-ngibaskan tangannya seolah-olah sedang menghilangkan kotoran dari bekas tangan Calvin. "Setelah berjanji dengan sangat manis, kau mengantarku pulang ke rumah. Setelah itu kau sibuk dengan persiapan pernikahan, bahkan sampai menikahi wanita itu. Bukankah itu sangat hebat sekali, hah?"
"Kau-" Calvin tidak bisa membalas apa yang Zanna katakan membuat wanita itu semakin tersenyum lebar.
"Kau mengatakan kalau aku berani sekali, 'kan? Tentu saja aku sangat berani, Calvin. Aku bahkan punya 100 keberanian untuk mengahancurkanmu."
Calvin yang sudah kalap langsung mengangkat tangannya dan melayangkan tamparan ke wajah Zanna.
Plak.
Zanna yang tidak menyangka kalau Calvin akan menamparnya tidak sempat untuk menghindar, sementara Naomi juga tidak sempat untuk menghalangi tamparan itu.
"Beraninya kau menampar Nona!"
Buak.
Naomi langsung meninju wajah Calvin sampai laki-laki itu tersungkur ke atas tanah. Dia lalu menghampirinya dan mencengkram kerah kemeja Calvin.
Calvin yang masih terkejut tidak bisa melawan Naomi, apalagi saat ini wanita itu naik ke atas tubuhnya.
"Naomi!"
Naomi yang sudah mengangkat tangannya dan hendak kembali memukul Calvin terpaksa mengurungkan niat itu saat mendengar panggilan Zanna. Dia lalu melihat ke arah wanita itu.
"Lepaskan dia!"
Naomi mengernyitkan keningnya saat mendengar perintah Zanna. "Tapi Nona, dia-"
"Lepaskan, Naomi!"
Naomi berdecak kesal lalu segera beranjak dari tubuh Calvin, dan Calvin sendiri juga berusaha bangkit sambil memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
"Apa kau sudah puas, Calvin?" tanya Zanna sambil berdekap dada membuat Calvin terdiam. "Jika tidak ada lagi yang mau kau katakan, maka aku akan pergi dari sini."
"Aku, aku minta maaf, Zanna. Aku tidak sengaja menampar-"
"Tidak apa-apa, aku akan menganggap tamparan mu ini sebagai hadiah perpisahan," ucap Zanna dengan getir. Sekarang sudah selesai, dia bahkan tidak punya alasan lagi untuk bertemu dengan Calvin di masa depan.
Calvin menghela napas kasar, dia merasa bersalah karena sudah melayangkan tamparan ke wajah Zanna. "Baiklah, Zanna. Aku, aku minta maaf atas apa yang sudah aku lakukan. Aku, aku juga terpaksa menikah dengan Rere karena wanita itu yang memaksaku. Sekarang, aku mohon kita lupakan semua yang sudah terjadi."
Zanna tercengang dengan apa yang Calvin ucapkan. Bisa-bisanya laki-laki itu mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti ini. Apa Calvin masih belum sadar juga?
"Aku juga akan melupakan apa yang sudah kau lakukan padaku, Zanna. Jadi, bisakah kita kembali baik-baik saja?"
Zanna mengepalkan tangannya penuh amarah. "Kembali baik-baik saja seakan-akan aku tidak tau dengan pernikahanmu ini, begitu?" Dia menatap laki-laki itu dengan tajam dan dibalas dengan anggukan kepala Calvin.
"Benar-benar, kau benar-benar sudah gila, Calvin. Apa kau tidak sadar dengan apa yang terjadi ini, hah? Apa kau pikir, aku tetap akan mau dengan orang sepertimu?"
Calvin terdiam dengan tatapan nyalang. Dia hanya ingin memperbaiki keadaan ini, serta harus membuat Zanna mau kembali padanya untuk membersihkan namanya yang tercemar akibat perbuatan wanita itu.
"Kau jangan keterlaluan, Zanna. Selama ini akulah yang selalu membantu dan menghidupimu, bahkan aku juga yang sudah merawat ayahmu yang sudah mati itu. Apa kau lupa?"
Ucapan Calvin benar-benar membuat hati Zanna membara, seketika darahnya mendidih karena laki-laki itu membawa-bawa ayahnya dalam masalah mereka.
"Bukankah kau harus membalas budi padaku, hah?" tambah Calvin lagi dengan senyum sinis. Selama ini dialah yang sudah menjaga Zanna, jadi Zanna harus membayar mahal padanya.
"Katakan. Katakan harus bagaimana aku membayar budi padamu!"
Naomi mengalihkan pandangannya ke arah Zanna dengan heran, dia tidak mengerti kenapa nonanya itu mau menanggapi ucapan laki-laki brengs*ek itu.
Mendengar ucapan Zanna, Calvin langsung tersenyum lebar. "Melihat kedekatanmu dengan wanita itu, sepertinya kau sudah tau ya siapa kau sebenarnya." Dia melirik ke arah Naomi yang ada di samping Zanna.
"Kenapa, apa kau berpikir kalau usahamu untuk menutupinya selama ini gagal?" balas Zanna membuat Calvin tergelak. Memangnya bisa apa Zanna, jika berlian itu masih ada ditangannya?
"Jangan sombong, Zanna. Kau tidak bisa melakukan apapun tanpa-"
"Berlian?" potong Zanna membuat Calvin langsung diam. "Kau tidak perlu khawatir, Calvin. Berlian itu aman ditanganku."
•
•
•
Tbc.
zanna cuman dimanfaatin aja.
smoga aja cepet terbongkar
brti mrmnag sdh direncanakan mereka berdua
sukses selalu ya thor