Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namanya Beringas Nyonya
Di depan Mansion mewah milik Vania. Di sanalah Bagas berdiri sekarang, suasana sepi dan terlihat mencekam kerena memang sudah tengah malam bahkan menjelang pagi. Jarum jam menunjukkan waktu pukul 3 dini hari di tempatnya berjejak sekarang.
Ragu itulah yang Bagas rasakan, terlalu banyak ketakutan demi ketakutan yang berkecamuk di hatinya. Tidak di pungkiri bahwa rasa senang itu ada saat dia berhasil menemukan alamat yang di carinya. Entah ini kabar baik atau kabar buruk bagi Bagas, mudahnya di carai kediaman Vania bukan tanpa sebab. Ternyata wanita yang menjadi ibu dari dua orang putra itu adalah seorang penulis buku dan juga memiliki prusahaan yang menrbitkan buku-buku best seller. Bahkan 1 tahun terakhir usaha dari Mommy twins berkembang dengan memproduksi film-film yang di adaptasi dari novel-novel terpopuler.
Kabar baik bagi Bagas adalah rumah Vania yang mudah di temukan sedang kabar buruknya adalah Vania jauh lebih sukses dari Bagas.
Ternyata berdirinya Bagas di gerbang mengundang perhatian security yang menjaga kediaman Vania. Penjaga rumah itu mendekat ke arah gerbang.
"Maaf Anda siapa? Kenapa berdiri di gerbang kediaman rumah Nyonnya Saya?" tanya seorang security dengan wajah garang sarat akan penasaran.
"Apa ini benar rumah Azzahra Vania Vauogh?" Bagas bertanya seolah-oleh meminta informasi.
"Benar, itu nama Nyonya saya! Ada perlu apa Anda ingin menemuinya?" tanya Security itu kembali.
"Saya kerabat Vania dari Indonesia, apakah saya boleh menemui Vania?" tanya Bagas dengan sopan.
"Apa Anda sudah membuat janji dengan Nyonya Vania?" penjaga itu mengintrogasi Bagas.
Jelas dia takut membuat kesalahan terlebih mencari pekerjaan di zaman modern teramat susah dia tidak ingin membahayakan pekerjaannya karena lalai.
"Saya belum membuat janji dengan Vania. Hanya saja tolong katakan pada Vania jika Bagas Pranaja Mahawira ingin bertemu. Katakan padanya jika aku menunggu di gerbang!" kata Bagas.
"Ini masih tengah malam, kau bisa kembali esok pagi!" kata si penjaga, lalu satpam akan berlalu tapi Bagas berteriak pada satpam tersebut.
"Aku tahu jika di jam seperti ini Vania tidak terlelap, Vania pasti sedang melakukan sholat malam! Tolong panggilkan Vania," teriakan Bagas tidak di gupris security itu seolah tuli dan enggan membuka pintu pagar untuk dirinya.
Mata Bagas berkaca-kaca, beribu pertanyaan dan kecemasan beradu argumen di kepalanya.
"Ya Allah, apakah Vania mau menemui ku nanti?" hati Bagas melirih.
"Ya Allah, apakah hari ini aku benar-benar akan bertemu dengan buah hati ku? Sudah sebesar apa kalian Nak? Dan siapa nama Kalian Nak," mata Bagas berkaca-kaca dan sudah tidak lagi mampu menampung air mata itu.
Bagas terduduk di depan gerbang seraya menepuk-nepuk dadanya menahan pilu yang ada di hatinya.
Sedangkan penjaga tadi tidak hanya satu orang sebenarnya. Salah satu dari mereka mencoba menghubungi sang Nyonya rumah. Alasannya jelas, apa yang di bilang oleh pria yang mengatakan jika dia kerabat sang Nyonya adalah benar.
Semua pekerja rumah tahu jika di jam-jam seperti ini Vania terbangun untuk sholat malam. Hal itu di tandai dengan seringnya wanita muda itu keluar rumah setelah sholat hanya untuk mengajak penjaga rumah puasa sunnah senin-kamis yang sudah menjadi kebiasaan bagi setiap pekerja yang tinggal di Mansion Vania.
Suara dering handpone nyaring terdengar, handpone yang memang terletak di dekat sejadahnya langsung di ambil oleh sang pemilik setelah menyudahi bacaan Al-Qur'annya.
"Assalamu'alaikum," salam Vania ketika melihat nomer sang penjaga rumahlah yang menelpon dirinya.
"Iya pak ada apa?" tanya Vania
"Begini Nyonya, di depan ada kerabat jauh Nyonya dari Indonesia. Beliau sedang menunggu di luar gerbang rumah Nyonya," kata Pak Security yang menjelaskan keadaan pada Vania.
"Siapa ya pak? Apa sebelumnya sudah pernah datang menemui saya kemari?" tanya Vania kembali.
Jujur saja ibu 2 anak itu tidak yakin jika itu adalah kerabat dari Indonesia. Di negeri itu terlalu banyak luka, suka terlalu asing baginya di sana makanya Vania tidak percaya begitu saja.
"Aduh saya lupa lagi namanya Nyonya, sebentar saya tanya kepada Jack dulu Nyonya. Karena tadi tamunya berbicara dengan Jack,"
" Namanya Beringas Nyonya, iya kalau tidak salah namanya Beringas," kata penjaga dari sambungan telepon.
Hal itu cukup membuat Vania menyemburkan tawanya. Sejak kapan dia punya saudara dengan nama Beringas? Ngeri amat, namanya.
"Bapak yakin namanya Beringas?" tanya Vania lagi.
"Iya Nyonya nama Tuan itu Beringas," kata si penjaga dengan suara yakin.
"Baiklah pak, jangan buka pintu dulu. Biar saya ke bawah untuk melihat sendiri apakah Tuan Beringas yang bapak maksud adalah saudara saya atau bukan," kata Vania.
Melihat suasana pagi yang tidak bersahabat tentu saja Vania segera ke bawah agar sang tamu tidak kedinginan apa lagi sampai membeku. Ya saat ini sedang musim dingin dan sedang turun salju. Jika di biarkan lama-lama di luar sang tamu yang hingga saat ini masih belum terbayang wujudnya oleh Vania bisa saja mati membeku karena dinginnya salju.
Setelah memakai pakaian yang pantas untuk keluar rumah, wanita cantik yang sekarang menggunakan training tebal berwarna merah jambu dan midi dress dengan warna senada di lengkapi dengan kerudung sorong andalan Vania ketika bangun tidur dan harus keluar rumah dalam keadaan mendesak.
Dengan langkah sedang Vania menuruni anak tangga di dalam rumahnya. Ya Mansion milik Vania memiliki 3 lantai. Sedang kamar tidur Vania ada di lantai 2 sedangkan lantai 3 lebih mirip kantor mini yang semuanya terdiri dari peralatan dan berkas-berkas Vania bekerja bersama para team yang membantunya.
Di lantai 2 kamar untuk dirinya dan juga keluarga dekat, sedang di lantai 1 kamar dan ruangan yang di sediakan untuk umum dan juga tamu yang datang.
Setibanya di luar kedatangan Vania langsung do sambut oleh ke 2 penjaga rumahnya.
"Dimana orangnya pak?" tanya Vania.
"Orangnya sedang tidur di samping tembok dekat gerbang Nyonya. Kayaknya dia asal ngomong kalau dia saudara Nyonya. Soalnya Nyonya dan keluargakan dari keluarga terpandang, sedangkan Tuan Beringas sepertinya orang miskin dan sangat terlihat jika dia kekurangan uang," kata penjaga yang tadi berbicara dengan Bagas di dekat pintu gerbang.
Perlahan tapi pasti Vania membuka gerbang dengan suara pelan. Lalu Vania, melihat pria yang katanya memiliki nama Beringas tadi dari belakang.
"Permisi?" ucap Vania dengan suara yang agak kencang.
"Tuan Beringas, bangun di sini bukan tempat tidur! Kalau mau tidur jangan di sini Tuan Beringas tapi di hotel!" omel salah satu penjaga yang memang terkenal dengan mulut cabenya di kalangan para teman-teman senasip sepekerjaan.
Tubuh Vania membeku, ketika melihat pria tampan yang yang masih tetap memiliki pesona meski dengan balutan sederhana dan jauh dari kata mewah.
"Ma...M...Mas..."
"Namanya Beringas Nyonya,"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan