Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10_Ranjang Penyelesaian
Benar saja. Ketiga pria itu berada di bar sampai jam 3 dini hari. Hingga membuat Aulia kewalahan melayani mereka.
Iya, walaupun tugasnya hanya menuang bir saja.
Aulia berjalan cepat keluar bar terlihat khawatir mau pulang ke rumah. Dalam benak terus memikirkan putrinya yang berada di rumah Zivia.
Sedangkan ketiga laki-laki itu baru saja pulang.
Bar terlihat mulai sepi, para pencinta bar sudah pulang satu persatu. Begitupun Aulia yang berniat mau pulang.
Aulia berdiri mencari ojek. Tapi mau temukan di mana ojek jam segitu?
Tiba-tiba seorang laki-laki menyapanya. "Pakai itu, udara dingin. Pakaian seperti kau pakai tidak pantas di luar bar." Ucap Vegam tidak tahu muncul dari mana, melempar Aulia jaket kulit miliknya terus berjalan ke mobil sport terparkir tidak jauh.
Aulia pikir ketiga pria itu sudah pulang. Ternyata tidak.
Aulia tidak memakai jaket Vegam. Dia hanya diam melihat Vegam masuk ke mobilnya.
"Naik kalau kau butuh tumpangan. Kalau tidak, kau diam saja di situ, tunggu besok baru pulang." Ucap Vegam menghidupkan injin mobil berwajah tanpa ekspresi.
Aulia berpikir benar saja. Mana mungkin dia menolak tumpangan Vegam. Apa lagi sekarang mungkin sudah tidak ada kendaraan yang bisa mengantarnya pulang ke rumah.
Aulia berlari masuk ke mobil duduk di belakang kursi penumpang.
Vegam tak ambil pusing. Segera menancap gas pergi dari pekarangan bar.
Vegam mengambil sesuatu dari saku, melempar ke Aulia di belakang.
Hap!
Aulia segera menangkap kotak berukuran kecil dari pria itu.
"Obati lukamu." Ternyata Vegam memberikan Aulia obat luka.
Aulia menatap pria tampan itu. Dia tidak menyangka Vegam tahu dia terluka sewaktu terkena meja kaca tadi sewaktu di dorong oleh Zavian karena sudah mabuk.
"Tidak usah menatap ku. Nanti kau jatuh cinta." ucap Vegam.
Aulia menunduk. Dia pikir Vegam tidak sadar sedang di tatap. Karena pria itu tampak fokus mengemudi. Tapi ternyata Vegam tahu yang dia lakukan di belakang.
Mau-maunya dia ikut tumpangan laki-laki bermulut pedas itu di bar tadi. Tapi sudahlah, dia memang tidak punya pilihan. Pikir Aulia mengobati lukanya.
Selang beberapa menit. Mobil mewah yang dikendarai Vegam berhenti depan rumah Zivia.
"Terima kasih, Tuan." Ucap Aulia sudah berada di luar mobil berdiri tepat di pinggir pintu kemudi Vegam untuk berterima kasih.
Vegam mengulur tangan seperti memberikannya sesuatu.
Tindakan laki-laki itu membuat Aulia bingung.
"Maaf?" Kedua alisnya menimbul kerutan tipis tak mengerti apa maksud Vegam.
Vegam membalik tangan lebarnya, terlihat di telapak tangan Vegam sesuatu yang berhasil mengubah raut wajah Aulia.
Di mana dia mendapatkan benda itu? Batin Aulia mengedar pandangan agar Vegam tidak menyadari kegelisahannya.
Tapi sepertinya itu mustahil. Jelas Vegam tahu kegundahan hati wanita di depannya yang baru saja tertangkap basah dengan niatnya.
"Jangan berani bermain-main kalau nanti kau tidak mampu menanggung konsekuensinya dari perbuatan mu sendiri." Pesan Vegam menelisik raut wajah Aulia yang tampak begitu lelah seperti menyimpan kesedihan dan dendam mendalam.
Aulia mengambil sesuatu itu dari tangan Vegam dengan cepat.
"Lebih baik diam. Daripada ikut campur pada suatu yang tidak bisa Anda rasakan." Jawab Aulia tegas membalik badan masuk ke rumah Zivia.
Vegam hanya menarik satu sudut bibirnya kembali menancap gas berlalu pergi.