Maggie adalah seorang gadis kecil yang tidak pernah dianggap oleh daddynya karena ia terlahir dari rahim wanita yang tidak diinginkan yaitu rahim seorang gadis desa yang bekerja sebagai pembantu.
Gadis berusia 2 tahun ini mencoba mengambil hati daddynya dengan berbagai cara namun sia-sia. Sampai suatu saat ia lelah dan menerima tawaran mommynya untuk pergi ke tempat yang jauh disanalah mereka memulai hidup baru dan mengubah takdir hidup mereka, saat itulah gadis kecil ini perlahan-lahan mulai melupakan sosok daddy yang begitu ia idamkan.
Apakah mereka akan bertemu kembali? ikuti terus novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lala Jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Curhat ala Pria
“Sekarang dia sudah masuk dalam perangkapku, apalagi anak yang ada dalam kandunganku akan menjadi ancaman buat dia,, secepatnya aku akan mendapatkan semuanya lalu pergi meninggalkannya bersama anak sialan ini.” Ucap Nina
Deg
“Apa maksud semuanya ini?”
*****
Royal-Adipaty group
Pembicaraan Nina dalam telepon semalam terus mengganggu pikiran Alfa sampai ia tidak fokus dengan pekejaannya
“Aku harus bergerak cepat. Pasti papa dan mama tahu soal ini, aku harus ke sana sekarang.” Putus Alfa yang langsung bergegas keluar
“Roky, kita ke mansion utama sekarang” ucapnya sambil berlalu dari depan Roky. Asistennya itupun langsung bergegas mengikuti tuan mudanya.
“Baik tuan muda” jawab Roky
Keduanya tiba di parkiran, ketika hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba ponsel Alfa berbunyi.
(Kenapa papa menelpon?) batin Alfa kemudian mengangkat telpon dari papanya
“Halo papa” jawab Alfa
“Boy,, papa sama mama sementara di bandara, kami akan kembali ke London ada masalah dengan perusahaan di sana” jelas papa Alberth
Wajah Alfa langsung berubah pias, kenapa semuanya seolah tertutup ketika ia berusaha mencari tahu tentang kebenarannya.
“Iya pah, hati-hati” ucapnya dan papa Alberth langsung mematikan ponselnya
Kata-kata mama Ratna kembali terngiang di telinga Alfa
(Jika saat itu tiba, kamu akan merasakan bahwa tidak ada satupun pintu yang terbuka bahkan ventilasipun seakan ikut menghilang. Disaat itulah mama yakin kamu adalah orang yang paling hina di muka bumi ini)
Alfa merasa sangat sedih lalu ia tetap memutuskan bersama Roky kergi ke mansion utama karena ia ingin beristirahat dan tidak ingin seorang pun termasuk isterinya.
Sejak Mey dan anaknya pergi, sikap bi Ani terhadap Alfa pun berubah. Bi Ani yang biasanya melayani semua keperluan tuan muda, sekarang ia melimpahkan tugas itu kepada pekerja lain. Untuk menyapa tuan mudanya sajapun tidak. Bi Ani adalah orang kepercayaan tuan dan nyonya besar, ia bekerja di sana sejak Alfa mash berusia 4 tahun.
Alfa dapat merasakannya namun ia mengerti dengan perasaan wanita paruh baya itu.
****
Seperti janjinya hari ini tuan Devid kembali mengunjungi kedai kecil itu setelah melihat Mey mengantar putri kecilnya ke sekolah. Dengan senang hati Novi menyambutnya dan menghidangkan secangkir kopi tanpa di pesan.
“Tuan, saya sudah mendapatkan apa yang tuan mau.” Kata Novi bersemangat
“Terima kasih nona. Berapakah yang harus aku bayar kepadamu?” ucap tuan Devid
“Ah tuan, aku tidak minta bayaran Aku hanya ingin yang terbaik buat mereka. Jika benar mereka adalah anak dan cucu tuan, tolong buat mereka bahagia karena sudah cukup mereka menderita selama ini.” Ucap Novi yang berkaca-kaca
“Baik nona. Aku akan membuat mereka menjadi mutiara yang tidak bisa di sentuh” tekad tuan Devid walaupun ia belum tahu hasilnya seperti apa
“Terima kasih tuan” ucap Novi membungkuk seperti memberi hormat.
Tuan Devid pamit pulang setelah menghabiskan minumannya. Ketika sampai di depan pintu, ia berpapasan dengan Mey, detak jantungnya kembali melaju rasanya ia ingin mendekap wanita yang ada di depannya saat ini namun ia urungkan, ia akan kembali dengan hasil tes DNA agar bisa meyakinkan Mey. Dengan berat hati ia melangkah pergi setelah memberi senyuman terbaiknya untuk Mey padahal di dunia bisnis tuan Devid dikenal dengan orang yang paling kejam dan tidak pernah memberi ampun bagi siapapun yang bermain-main dengannya.
Hal yang sama dirasakan oleh Mey, ia kembali mersakan perasaan tempo hari di mana ia merasa seperti akan mendapatkan sesuatu yang telah lama menghilang dari hidupnya. Ia hanya membalas dengan anggukan dan senyum dari pria paruh baya keturunan bule itu.
Dengan semangat tuan Devid pulang ke vila miliknya dan langsung meminta sang sopir untuk mengantarnya ke kota, karena ia harus mendatangi Rumah Sakit untuk melakukan tes DNA. Perjalanan yang cukup jauh itu tidak membuat seorang Devid Smith kelelahan. Ia tidak lagi mampir ke apartemennya tapi langsung menuju ke Rumah Sakit.
Setibanya di sana ia di arakan ke ruangan yang ia tuju yakni untuk melakukan tes.
“Apa yang bisa saya bantu tuan” kata Dokter Egi yang sudah kenal baik dengan tuan Devid.
“Aku minta kamu melakukan tes untuk sample yang aku bawa apakah ada kecocoan atau tidak” kata tuan Devid sambil mengeluarkan sample berupa bulu rambut dari Mey dan miliknya yang sudah ia persiapkan
“Baik tuan, akan saya lakukan” jawab dokter Egi
“Kira-kira berapa lama aku bisa mendapatkan hasilnya?” tanya tuan Devid
“Untuk mendapatkan hasil yang maksimal kurang lebih satu minggu” jelas dokter Egi
“Baik aku akan menunggu, jangan lupa hunungi aku jika hasilnya sudah keluar” ucap tuan Devid
“Baik tuan” keduanya saling bersalaman dan tuan Devid pergi meninggalkan Rumah sakit itu kembali ke apartemennya
*****
“Pah, apa orang-orangmu sudah menemukan menantu dan cucu kita?” tanya mama Ratna
“Sejauh ini belum ada perkembangan mah, mereka seolah ditelan bumi, apa lagi menantu kita hanya seorang gadis desa yang baru pertama kali ke kota saat ia ditemukan oleh bi Ani, jadi kita tidak tau kemana mereka pergi” ucap papa Alberth. Saat ini mereka sudah berada di mansion yang ada di London
“Aku takut pah, aku takut mereka dalam bahaya” ucap mama Ratna yang sudah kembali menangis
“Sudah… mama harus tenang, kita akan terus mencari, papa sudah menggerakan semua orang-orang kita diberbagai tempat untuk mencari mereka” papa Alberth menenangkan mama Ratna
Tiba-tiba ada telepon dari tuan Devid
“Siapa yang telepon pah,” tanya mama Ratna
“Tuan Smith” jawab papa Alberth sambil mengangkat telepon
“Halo tuan Alberth, bagaimana kabarmu?” tanya tuan Devid basa-basi
“Halo tuan Smith, aku baik kabarnya… bagaimana dengan keadaan kamu? Apa sudah bisa move on?” tanya tuan Alberth kelakar
“Yang pastinya belum, kamu taukan aku tidak pernah menyentuh wanita lain selain dirinya tapi takdir terlalu kejam membawanya pergi” ucap tuan Devid sedih
“Jangan sedih, doakan dia agar bahagia di sana” ucap tuan Albert merasa ibah dengan teman bisnisnya ini
“Aku selalu mendoakannya, dan aku tidak mau larut dalam kesedihan itu makanya aku kembali ke Indonesia” jawab tuan Devid
“Hah??? Jadi sekarang kamu berada di Indonesia? Sejak kapan?” tanya tuan Alberth beruntun
“Sudah sebulan yang lalu aku ada di Indonesia, tapi aku berada di vila yang ada di dekat pantai di daerah R. Aku baru saja datang ke kota pagi tadi” kata tuan Devid
“Kenapa tidak bilang biar kita ketemu untuk sekedar berbincang sambil ngopi? Aku baru saja terbang ke London beberapa hari lalu karena perusahaan yang aku tinggalkan terlalu lama dalam masalah”
“Aku punya urusan penting yang harus aku selesaikan, aku sibuk akhir-akhir ini” ucap Devid teang
“Aku juga saat ini dalam proses pencarian cucu dan menantuku, karena itu aku untuk sementara waktu menetap di Indonesia” ucap tuan Alberth yang kembali sedih
“Kenapa bisa seperti itu?” tanya tuan Devid pura-pura tidak tahu
“Ini semua salah putraku, tapi untuk sementara aku membiarkan wanita ****** itu menikmati kesenangannya, karena jika tiba saatnya aku akan menghantarnya dan ayahnya ke neraka dengan tanganku sendiri” jelas tuan Alberth…
Mereka terus berbincang dan beberapa saat kemudian telepon berakhir.
“Aku tidak peduli dengan siapun wanita itu karena yang aku pikirkan sekarang putriku dan cucuku; maafkan aku tuan Alberth karena jika mereka telah ada dalam genggamanku maka sulit untuk kamu dapatkan lagi. Putramu sudah melepaskan segenggam mutiara demi segenggam pasir kali” ucap tuan Devid dengan senyum devilnya
*****
-Bersambung-
