Aku diasingkan layaknya debu tak berarti. Siapa pun yang mencoba mendekati ku, maka mereka ikut terkutuk. Akulah gadis berkacamata empat dengan segala kekuranganku, dan mereka semua menikmati menonton ku yang terkena bully tanpa peri kemanusiaan.
"Hey, Cupu! Tempatmu dibawah sana, bukan di atas bersama kami." seru Sarah di depan seluruh anak kampus.
Penghinaan dan kekejian para pembully sudah melewati batasnya.
"Don't touch Me!" seru Rose.
Tak ada lagi hati manusia. Semua hanyalah jiwa kosong dengan pikiran dangkal. Buta, tuli, dan bisu. Yah, itulah kalian. ~ Rose Qiara Salsabila.
Wanita berkacamata empat dengan julukan cupu sejak menapaki universitas Regal Academy itu berjuang mencari ketulusan seorang teman. Hingga pembullyan para teman seuniversitas membangkitkan jati dirinya.
Siapa sangka si cupu memiliki dunia lain di balik kepolosannya. Bagaimana cara Rose menghukum para pembully dirinya? Apakah ada kata ampun dan maaf dalam kamus hidup Rose?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma Khan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: CAFE BINTANG
Pagi yang indah ketika sinar mentari mulai merangkak memberikan cahaya harapan baru. Suara deru motor meninggalkan genk kumuh.
Sementara itu di dalam mobil merah yang terparkir dua ratus meter dari tempat pertemuan. Sarah dan Dela melepaskan masker, tak lupa membuangnya di tempat sampah yang ada di sisi kiri mobil. Kedua gadis itu langsung memasang sabuk pengaman, lalu Dela menyalakan mesin mobil.
"Sar, main yuk!" ajak Dela dengan semangat empat lima.
Sarah terdiam berpikir sejenak, tapi pusing juga jika harus selalu mendengarkan ceramah para dosen berjam-jam di dalam kelas.
"Okay, ke mall aja. Kita bisa belanja dan main game zone," kata Sarah menyanggupi ajakan Dela.
Dela mengacungkan jempol tanda sepakat. Kini mobil melaju meninggalkan daerah terbengkalai menuju jalan raya utama. Satu pekerjaan akan diselesaikan oleh orang-orang bayaran, sedangkan sisanya. Tunggu saja waktu permainan dimulai.
"Del, apa Prita bakalan balik jadi teman kita?" tanya Sarah mengalihkan konsentrasi sang teman yang tengah fokus menyetir.
Dela melirik sekilas, sebelum kembali fokus ke jalanan, "Santai aja, dia butuh lo buat balikin usaha kakaknya. Rencana kita udah perfect. So, jangan diambil pusing."
Sarah manggut-manggut percaya. Yah setelah berdiskusi panjang kali lebar. Akhirnya kedua sahabat itu memutuskan menghancurkan usaha cafe keluarga Prita. Sebenarnya hanya sekedar ancaman agar anggota geng cantika kembali bersatu. Tanpa kedua gadis itu sadari. Perbuatan yang mereka rencanakan bisa saja merenggut nyawa orang-orang yang tidak bersalah.
Perjalanan ke mall hanya membutuhkan waktu setengah jam, tetapi pusat bersenang-senang masih ditutup. Lihat saja jarum jam menunjukkan pukul setengah enam pagi. Dela memilih memarkirkan mobil memasuki sebuah cafe yang selalu buka dua puluh empat jam. Cafe Bintang salah satu cafe kekinian. Biasanya anak muda nongkrong dengan para kawanannya.
"Yuk, turun. Kita sarapan dulu, laper tau." Ucap Dela seraya melepaskan sabuk pengaman, lalu membuka pintu mobil.
Sarah ikut melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu mobil, lalu turun, "Ok, lagian mall juga masih tutup."
Keduanya berjalan bersama. Kecantikan kedua gadis itu tak bisa dipandang sebelah mata, membuat beberapa pemuda yang melihat kedatangan Sarah dan Dela terpesona. Bisik-bisik para pemuda terlalu jauh, sedangkan yang menjadi pencuri perhatian bersikap angkuh dengan langkah kaki lurus menuju kasir tempat pemesanan.
"Del, gue pesan seperti biasa, tapi gue ke toilet dulu," pinta Sarah dengan langkah kaki menjauh meninggalkan temannya.
Dela mengangguk membiarkan Sarah pergi, lalu menghampiri mba kasir yang selalu stand by di depan komputer.
"Pagi, Non. Mau pesan apa?" tanya mba kasir dengan senyuman manis.
Tatapan mata tertuju pada menu yang tertempel di kaca menu. Banyak sekali jenis makanan. Bukan hanya makanan ringan, makanan berat pun tersedia.
"Gue pesen salad buah satu. Milkshake strawberry satu. Udang goreng tepung satu. Teh hijau original satu. Pie apel dua." Ucap Dela.
Mba kasir langsung memberikan total pesanan, "Totalnya seratus lima puluh ribu. Mau dibayar cash atau pake kartu?"
"Cash saja," Dela merogoh saku celana jeans mengambil beberapa uang lembaran merah, lalu ia berikan ke mba kasir, "Kirim secepatnya!"
"Baik, silahkan menunggu di meja nomor tiga." Jawab Mba kasir.
Dela meninggalkan depan kasir, lalu duduk di meja nomor tiga. Kesendirian membuat gadis rambut sebahu memilih bermain ponsel. Seperti biasa kesukaannya adalah game. Suasana cafe tidak begitu ramai benar-benar mendukung hobinya yang harus fokus meringkus musuh didalam permainan.
Sementara itu, Sarah yang baru saja keluar dari toilet. Justru tidak sengaja melihat ke arah jendela. Dimana di luar sana adalah taman mini untuk komplek sekolah dasar yang memang terhimpit di antara cafe dan sebuah toko boneka. Banyak sekali anak yang bermain bersama teman dengan canda tawa penuh kecerian. Tetapi diantara semua itu. Satu pemandangan benar-benar membuat hatinya iri.
Dimana seorang anak yang duduk di kursi roda masih bisa tersenyum bermain lempar bola bersama orang tuanya, sedangkan dirinya? Jangankan pergi ke taman bersama. Sekedar sarapan bersama saja bisa dihitung jari. Mungkin setahun sekali. Ada rasa sakit yang menusuk hati. Genggaman tangan begitu erat hanya untuk menyalurkan emosi yang terpendam hingga tatapan mata teralihkan dengan wajah lain.
"Ngapain dia disana? Apa Dela memberitahu kalau gue disini?" gumamnya dengan tanda tanya.
Seorang pria dengan penampilan santai berjalan menuju taman. Sarah hanya mengikuti langkah pergerakan pria di luar sana. Terus menatap tanpa berkedip hingga pria itu berhenti di depan ayunan kosong dengan satu tali putus.
"Apa yang dia lakukan?" tanya Sarah penasaran.
Sarah berjalan meninggalkan toilet, tetapi bukan menghampiri Dela di dalam cafe. Melainkan keluar melalui pintu samping cafe, lalu berlari kecil menuju taman. Hanya dalam tiga menit. Kini gadis itu sudah berhenti dengan jarak dua meter. Namun, tidak ada niat untuk memanggil pria di depan sana.
"Aku janji, semua perbuatan ku pasti akan ku pertanggungjawabkan. Jika mungkin, maafkan aku," kata pria itu lalu mengambil setangkai bunga mawar dari balik kaosnya.
Bunga mawar dengan kuncup yang belum mekar diletakkan di bawah ayunan rusak. Bukankan hal itu terlihat janggal?
Apa aku melewatkan sesuatu? Jika iya, tapi apa? Kenapa dia disini, dan bunga itu untuk apa?~batin Sarah mencoba mencerna semua yang terjadi di depan matanya.
aku baca ulang lagi deh
maaf saya pembaca pendatang baru 🙏
dan akhirnya aku susah memahami....
sadis banget sampai memakan korban jiwa 😢😢