"Dia membuang sebuah berlian, tapi mendapatkan kembali sesuatu yang kurang berharga. Aku yakin dia akan menyesali setiap keputusannya di masa depan, Illana."—Lucas Mathius Griggori.
Setelah cinta pertamanya kembali, Mark mengakhiri pernikahannya dengan Illana, wanita itu hampir terkejut, tapi menyadari bagaimana Mark pernah sangat mengejar kehadiran Deborah, membuat Illana berusaha mengerti meski sakit hati.
Saat Illana mencoba kuat dan berdiri, pesona pria matang justru memancing perhatiannya, membuat Illana menyeringai karena Lucas Mathius Griggori merupakan paman Mark-mantan suaminya, sementara banyak ide gila di kepala yang membuat Illana semakin menginginkan pria matang bernama Lucas tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Eclaire, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Meralat jawaban.
"Siapa kamu!" Illana terkejut menanggapi kemunculan orang lain di dalam apartemennya. Ia tersadar, berjalan keluar kamar dan melihat seseorang sibuk membersihkan debu pada ruang tengah menggunakan vacum cleaner.
Yuan juga terkejut, ia sampai menjatuhkan alat penyedot debu tersebut ketika mendengar suara Illana. Namun, menyadari Illana berdiri di samping pintu kamarnya membuat Yuan bergegas mendekat.
"Salam kenal, Nona. Namaku Yuan, salah satu pelayan Tuan Lucas di Rockstar Village. Dia—"
"Mengapa kamu berada di sini, huh? Aku tidak membayarmu untuk bekerja di sini."
"Tidak. Memang tidak, Tuan Lucas yang memerintahkanku untuk menjaga Anda selama beberapa hari karena kondisi Anda terlalu lemah."
Illana mendengkus, ia baru saja teringat bahwa Lucas sempat menghampirinya ke tempat ini. "Aku baik-baik saja, aku bisa berjalan dengan benar. Jadi, pulanglah ke tempatmu. Biarkan aku sendiri di sini."
"Aku tidak bisa kembali sebelum Beny menjemputku, Nona."
"Baiklah. Kamu hubungi Beny, lalu katakan agar dia menjemputmu."
"Maaf, tapi aku juga tidak bisa—"
"Aku sungguh tidak membutuhkanmu, jadi pergilah, Yuan."
Pelayan tersebut kebingungan sekaligus cemas, ia segera berlutut di depan Illana, membuat wanita itu tersentak.
"Nona—"
"Apa, apa yang kamu lakukan, huh?"
"Aku tidak bisa pergi dari sini sebelum kondisi Anda membaik, jika aku kembali sekarang, Tuan Lucas pasti marah besar kepadaku. Jika mengingat ancamannya membuatku sangat takut, tolong biarkan aku di sini selama beberapa hari, Nona. Aku bisa memasak dan membersihkan tempat ini untukmu, aku sangat memohon." Dia berniat bersujud, tapi Illana segera mencegahnya.
"Tidak! Jangan merendahkan dirimu seperti itu kepadaku." Ia membungkuk dan mengajak Yuan berdiri, lalu berdecak menanggapi pemaksaan yang dilakukan Lucas terhadap pelayannya. "Pria itu selalu angkuh dan merasa paling berkuasa, aku semakin muak terhadapnya."
"Nona mengizinkanku tinggal?"
"Ya."
Yuan merasa lega. "Syukurlah. Lebih baik sekarang Nona tetap beristirahat, berbaring saja, aku akan mengurus seluruh kebutuhanmu." Ia mengajak Illana kembali ke ranjang, merebahkannya dan menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh wanita itu. "Jangan merasa sungkan terhadapku, Nona bisa memerintahkan apa pun, aku pasti patuh."
Illana mengangguk. "Aku ingin beristirahat saja."
"Baik. Anda bisa segera memanggilku jika membutuhkan sesuatu." Yuan bergegas keluar kamar dan menutup pintu, membiarkan Illana termenung mengingat banyak hal buruk telah menimpanya.
Ia memiringkan tubuh ke kanan dan melihat beberapa botol obat pada permukaan laci, tepat di samping lampu tidurnya. Ia baru menyadari jika seorang dokter telah datang kemari.
***
"Nona. Anda ingin pergi ke mana? Apa ada sesuatu yang harus dibeli? Biarkan aku melakukannya." Yuan segera menghadang langkah Illana ketika wanita itu berniat membuka pintu utama apartemennya. Apalagi sekarang sudah jam delapan malam, ia berharap Illana takkan pergi ke mana pun.
"Aku hanya akan menemui seorang kurir paket di lobi, aku memang tak pernah mengizinkan kurir paket naik kemari, sehingga aku harus turun."
"Ah, aku bisa melakukannya untukmu."
"Tidak perlu, aku akan mengambilnya sendiri. Kamu bisa beristirahat."
"Tapi, Nona—"
"Aku akan kembali dalam lima belas menit, kamu tak perlu cemas. Aku tinggal selama hampir delapan tahun di apartemen ini, keamanannya terjamin. Jika pria itu menelepon, kamu bisa katakan bahwa aku berada di toilet. Kamu mengerti?" Ia tak bisa menunjukan kekesalan berlebihan kepada Yuan, apalagi gadis itu datang hanya untuk bekerja, ia tak terpaut dengan masalah yang terjadi antara Illana serta Lucas.
"Baik. Hanya lima belas menit, bukan?"
"Iya." Wanita itu keluar dari unitnya, membiarkan Yuan menikmati kecemasan serta detik-detik penuh ketegangan karena Illana menjauh dari jangkauan.
Setelah menemui kurir paket dan mengambil sebuah kotak barang, Illana berniat kembali ke unitnya karena teringat Yuan.
Namun, ia terhenyak ketika Mark tiba-tiba muncul saat Illana memutar arah. Ia refleks mundur selangkah mengatur jarak dengan pria itu.
Illana membuang napas kasar, ia tak mengerti mengapa dua gen Keluarga Griggori selalu mengajaknya bersinggungan. Permainan seperti apa yang diperankan oleh keponakan serta pamannya itu?
"Tolong jangan menghalangi langkahku, bisakah kamu menyingkir?"
"Aku ingin berbicara denganmu, beri waktu sepuluh menit, Illana."
Mereka berakhir duduk di sofa lobi yang terkadang digunakan oleh beberapa orang ketika menunggu.
"Katakan saja, aku harus beristirahat." Illana mendesaknya, ia menghindari bertatapan dengan Mark. Ia melipat tangan di dada seraya melihat lurus ke depan, sedangkan Mark duduk berjarak dua jengkal di sampingnya.
"Aku mendengar bahwa kamu berhasil bekerjasama dengan Thomas Fault, selamat untuk itu."
"Ya."
"Dan, sepertinya akhir-akhir ini kamu semakin dekat dengan Paman Lucas."
"Itu juga benar, dia bahkan mengajakku menikah."
"Menikah?" Mark cukup terkejut. "Dia sudah gila."
Melihat respon Mark setelah mendengar pengakuannya membuat wanita itu meragukan tuduhannya sendiri terhadap Lucas kemarin malam. Jadi, benarkah Mark tak terlibat apa pun?
"Mengapa kamu terkejut? Bukankah kamu yang memerintahkannya?"
"Aku? Untuk apa aku memerintahkan hal seperti itu, jika suatu hari kamu memang ingin menikah lagi, kamu bisa menikah dengan siapa pun, aku yakin banyak pria yang menyukaimu. Namun, jangan bersama pamanku."
"Mengapa? Karena kalian satu keluarga?"
Mark menggeleng. "Dia tidak sesederhana yang orang lain pikirkan, sebaiknya jauhi dia sebelum jatuh terlalu dalam."
"Kamu tidak berhak mengatur pertemanan orang lain." Illana menatapnya lekat. "Aku mulai mengerti tentang perkataan Lucas bahwa keluarga kalian memang rumit."
"Lucas, huh? Kamu bahkan hanya menyebut namanya sekarang?"
"Apa yang salah? Kami bukan keluarga, aku berhak memanggilnya seperti itu." Illana beranjak, ia ingin pergi, tapi Mark memegang tangannya.
"Illana, aku serius. Menjauhlah darinya, dia berbahaya, aku yakin kamu belum jatuh terlalu dalam. Kamu bisa bersama pria mana pun, tapi tidak dengan Paman Lucas."
Illana menepis tangan Mark. "Aku sungguh kebingungan menanggapi situasi ini, Mark. Aku tak mengerti mengapa kamu berusaha ikut campur dengan masalah hidupku, kita sudah bercerai, apa Deborah tahu bahwa kamu seperti ini di belakangnya, huh?"
"Tidak." Mark ikut beranjak. "Aku sengaja menemuimu karena ingin memperingatkanmu tentang hal ini. Dia bahkan mengajakmu menikah? Sulit menebak seperti apa rencananya."
"Aku tidak peduli terhadap rencananya, jadi berhenti mengusikku!" Ia membentak, mencuri perhatian beberapa orang di lobi. "Seharusnya kamu menjaga jarak dariku!"
"Illana."
"Hidup atau mati tentangku bukanlah urusanmu, Mark!"
"Aku tetap akan memperingatkan, menjauhlah dari pamanku. Alasan ayahku memenjarakannya adalah karena—"
"Cukup!" Illana kehilangan kesabaran. "Sikapmu membuatku takkan sungkan lagi terhadapmu. Baiklah jika kamu terus memperingatkanku, entah apa motifnya, tapi melawanmu sepertinya menyenangkan."
Ia mengeluarkan ponsel, menelepon Lucas dan menempelkan benda itu pada telinga seraya menatap lekat Mark tanpa berkedip. "Hallo, Lucas. Aku ingin mengubah jawabanku, mari kita menikah minggu depan."
Entah kemarahan seperti apa yang membelit jiwa Illana, tapi ia tak sanggup lagi menghadapi omong kosong dari mantan suaminya.
"Aku sedang melawanmu, Mark. Jadi, lawan aku kembali jika kamu mampu."
***