"Zivanna aku menikahimu karena ingin balas dendam kepada ibu mu. Bukan karena aku mencintaimu," Devan mencengkeram kuat dagu gadis itu, lalu dihempaskan kelantai kamar dengan kasar.
"Aa--aa--apa! Bukanya selama ini kakak mencintai ku?" tanya Zizi tergagap di sertai air matanya.
"Cih, cinta kata mu! Aku tidak pernah mencintaimu. Selama ini aku melakukannya agar bisa menjalankan misi balas dendam ku. Apa kamu sudah mengerti sekarang,"
Namun, ketika dia hamil mampukah Zizi mempertahankan anaknya? Sementara dia harus berjuang untuk hidupnya sendiri. Sedangkan Devan sudah mengancamnya. Apabila dia hamil, maka anak itu akan lelaki itu lenyap kan. Kira-kira Zizi akan tetap tinggal di rumah mewah Devan atau mengugurkan kandungan nya? Atau dia memilih pergi bersama bayi dan penyakit yang di deritanya?
Penasaran sama ceritanya? Yuk langsung ke bab selanjutnya.🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerja paruh waktu.
🌷🌷🌷🌷🌷
.
.
Sudah hampir dua minggu Devan belum juga kembali ke negerinya sendiri. Lelaki itu masih sibuk mengurus masalah yang belum juga selesai sampai saat ini. Sedangkan Zizi sudah kembali kuliah setelah dua hari mendapatkan perawatan di rumah.
Sekarang gadis itu ikut Maureen sahabatnya bekerja di sebuah kafe yang tidak jauh dari perumahan Devan. Wanita itu terpaksa harus kerja paruh waktu agar bisa membiayai kuliahnya. Dia tidak mau bila harus mengunakan seluruh uang tabungan yang ada, karena dia sendiri tidak tau seperti apa kehidupnya nanti.
Hampir setiap hari apabila Fiona ada di rumah. Perempuan itu tidak segan-segan menyiksa Zizi atas nama Devan kekasih settingan nya. Meskipun hal itu sudah di laporkan oleh Bibi Marta. Namun, Devan tidak pernah menanggapi yang ada dia malah membela sahabatnya itu.
Bukanya lelaki itu tidak tau berapa banyak Zizi membutuhkan uang untuk membayar semua biaya yang di perlukan. Hanya saja dia berpura-pura buta dan tuli. Apalagi dia memasukkan gadis itu di universitas ternama, jadi sudah jelas biayanya sangat mahal karena Zizi kuliah di sana tidak melalui beasiswa. Tapi memang itulah tujuannya membuat gadis itu menderita.
Untungnya ada salah satu orang dosen mengajar di sana yang sangat baik pada Zizi. Beliau sudah memiliki istri dan anak yang masih berumur dua minggu. Mengetahui Zizi kesulitan membayar uang biaya kuliahnya, dosen itu menawarkan pada Zizi bila mau bekerja di apartemen mereka dua kali dalam satu mingu. Maka dia akan membantu gadis itu untuk membayar biaya kuliahnya.
Pembantu yang biasa bekerja dengan mereka kebetulan sudah berhenti satu minggu sebelum istrinya melahirkan. Bukanya dia tidak mendapatkan orang untuk mengantikan pembantu mereka. Namun, istrinya tidak mau menerima pekerjaan sembarangan. Akan tetapi setelah dosen itu menceritakan salah satu muridnya ada yang susah untuk membayar biaya kuliahnya. Sang istri malah penasaran ingin mengenal gadis itu dan menolongnya.
Bukan tanpa sebab dan alasan istrinya ingin membantu Zizi. Tapi dia pernah merasakan hal yang sama sebelum menikah dengan suaminya.
Zizi yang memang tidak gengsian tentu saja menerima pekerjaan yang di tawarkan oleh dosen itu. Hanya saja dia meminta waktu agar tidak meninggalkan pekerjaannya di rumah mewah Devan.
Pasangan suami istri itu memang sudah tau jika Zizi juga bekerja di rumah pengusaha terkenal yaitu Devan Atmaja. Namun, mereka tidak tau bila gadis yang mereka bantu adalah istri dari orang itu, karena Zizi hanya mengakui jika dia bekerja di sana untuk membantu sang ibu yang kebetulan menjadi pelayan.
Kemarin sore adalah hari pertama gadis itu bekerja sebagai pembantu yang hanya bekerja sebagai pembersih apartemen mewah milik dosen nya. Jadi sekarang Zizi memilik tiga tempat kerja sekaligus.
"Zi, apa kamu tidak lelah bekerja di apartemen juga?" tanya Maureen ketika dia dan Zizi sedang menganti baju seragam Kafe tempat mereka bekerja paruh waktu.
"Tidak, aku harus semangat Ren, di kota ini aku hanya sebatang kara. Jika aku tidak bekerja, siapa yang akan membantu aku membayar makan dan biaya kuliah." jawab Zizi penuh semangat meskipun di dalam hatinya semakin hancur setelah mendapatkan perlakuan buruk dari Devan maupun Fiona. Yang Zizi ketahui adalah kekasih suaminya.
"Aku jadi malu padamu, waktu itu aku sempat bertanya apakah kamu tidak bekerja. Eh tau-taunya kamu sudah bekerja di rumah Tuan muda Devan. Nanti kamu harus bercerita padaku, ya bagaimana kamu bisa bekerja di rumah mewah itu." kata Maureen sudah selesai memakai seragamnya dan tinggal menunggu Zizi saja.
"Oke, tapi tidak sekarang. Sekarang kita harus bekerja dulu." Gadis itu menarik Maureen keluar dari ruang ganti. Lalu tiba di luar mereka mulai melaksanakan tugas mereka sebagai pramusaji di kafe itu.
Mereka masuk kerja memang setelah pulang dari kampus. Tapi untuk menganti waktu yang terlewatkan mereka harus pulang di jam setengah sembilan malam. Untung nya sekarang Zizi sudah memiliki ojek sendiri yang biasa mengantar para pekerja di kawasan elit itu di pagi hari.
Jadi dia tidak perlu berjalan kaki lagi agar bisa tiba di kerumah Devan tepat waktu sebelum jam sepuluh malam. Tentunya semua itu berkat bantuan kepala pelayan yaitu Bibi Marta.
Hubungan Bibi Marta dan Zizi bagaikan anak dan ibu. Apabila gadis itu mengalami kesulitan maka Bibi Marta selalu membantunya secara diam-diam. Wanita separuh baya itu juga mengetahui jika Nona mudanya bekerja paruh waktu dan juga menjadi tenaga kebersihan di apartemen milik dosen nya.
Miris bukan, sedangkan suaminya adalah orang terpandang di kota Y. Namun, untuk membiayai kuliah dan kehidupan sehari-harinya saja, gadis itu harus bekerja sampai malam hari. Belum lagi sampai di rumah dia kerap mendapat hinaan dan cacian dari Fiona yang sangat membencinya.
Tidak terasa sekarang jam kerja Zizi pun sudah berakhir. Saatnya untuk gadis itu pulang ke rumah mewah sang suami. Meskipun tubuhnya sudah sangat lelah tapi Zizi tetap semangat demi masa depan nya nanti. Tidak di pungkiri di dalam hatinya sudah tau bila suatu saat pasti Devan akan benar-benar mencampakkan dirinya. Sekuat-kuatnya dia akan bertahan sampai di mana kemampuannya.
"Zi hati-hati, ya. sampai bertemu besok," ucap Maureen sebelum turun dari bus yang mereka naiki. Maureen memang turun lebih dulu karena rumahnya lebih dekat dari pada tempat Zizi. Sedangkan gadis itu harus menunggu lima menit lagi baru turun dari bus dan berlanjut naik ojek lagi.
Setelah menaiki ojek kurang lebih dari enam menit. Zizi pun suda tiba di depan rumah mewah berlantai dua milik suami yang sekarang sudah menjadi tuan nya.
"Nona sudah pulang?" sapa penjaga membuka pintu gerbang untuk Nona muda nya.
"Iya, paman. Terimakasih!". jawab Zizi tersenyum kecil. Meskipun, para penjaga dan pelayanan itu tetap memanggil dia Nona muda. Zizi tidak pernah berlaku tidak sopan pada mereka karena sadar diri akan siapa dia di rumah itu.
"Paman! Aa--apakah kakak sudah kembali?" tanya Zizi seperti biasanya. Meskipun dia tau jawabannya tetap saja belum.
"Sudah Nona, Tuan Devan sudah datang tadi sore." kata penjaga itu dengan sungkan karena Zizi selalu memanggil dia paman.
"Benarkah? Terimakasih paman. Kalau begitu aku masuk dulu." ucap Zizi bergegas masuk. Namun, baru saja gadis itu menginjakkan kaki di ruang tengah dia sudah di sambut oleh suara bas milik Devan.
"Dari mana saja kamu, jam segini baru sampai rumah?" bentak Devan bertanya dengan sorot mata tajam nya. Terlihat jika rahang lelaki itu sedang dia tahan karena menahan amarah.
"Ka---' Tu--tuan muda!" lirih Zizi yang di sertai air matanya. Entah air mata kecewa entah air mata rindu yang di tangisi oleh gadis itu karena di samping tempat duduk Devan ada Fiona.
BERSAMBUNG......
.
.
.
.
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya ya 🤗 Agar Mak author juga semangat buat lanjutin ceritanya. Terimakasih.😘😘😘
Like.
Vote.
Vaforit.
Komen yang tidak membuat Mak author down, Dan hadiahnya 😍