"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Zavin berdiri tegap di depan Viola, pandangannya tajam dan waspada. "Nona Viola? Siapa kalian?" tanyanya dengan keras. Tubuhnya bergerak sedikit ke samping semakin melindungi Viola di belakangnya.
Salah satu pria itu maju selangkah dan masih berbicara dengan tenang, "Nona Viola, mari pulang ke rumah. Tuan Victor sudah menunggu."
"Pulang ke rumah?" Viola mengerutkan kening karena bingung dengan ucapan mereka. Bagaimana mungkin mereka berbicara seolah ia memiliki tempat lain untuk pulang?
"Selama ini kami sudah mengawasi Nona. Kami menunggu saat yang tepat, dan sekarang Nona sudah mengingat bahwa Nona bukan anak kandung Pak Arvin, maka tugas kami adalah membawa Nona kembali," lanjut pria itu, tak terganggu oleh kebingungan yang jelas terpancar dari wajah Viola.
Viola terdiam, otaknya memproses informasi yang baru saja disampaikan. Di dalam hatinya, ada rasa aneh yang muncul, seolah sebagian dari dirinya memahami kebenaran dari ucapan mereka. Namun sebelum ia bisa menyuarakan kebimbangan itu, Zavin melangkah lebih maju.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan kalian membawa Viola!" teriak Zavin. Kedua tangannya mengepal, dan siap jika harus menghadapi empat pria tersebut. Ia tak percaya begitu saja pada kata-kata mereka.
"Turuti apa kata kami, sebelum kami menggunakan kekerasan," ancam pria lain dengan suara dingin. Mata mereka semua kini tertuju pada Zavin, namun tak seorang pun dari mereka bergerak, seolah menunggu keputusan Viola.
Viola menelan salivanya sambil menatap takut mereka berempat. "Sebenarnya siapa kalian? Siapa Tuan Victor yang kalian maksud?"
"Ayah kandung Nona, Tuan Victor Andreas. Beliau sudah lama mencari Nona, sejak Nona hilang bertahun-tahun lalu."
"Mencariku? Untuk apa? Sejak kecil aku tidak punya ayah!" Karena yang ada di dalam ingatan Viola hanyalah mamanya, tidak ada sosok ayah yang menemaninya.
"Mari ikut kami, biar Tuan Victor yang menjelaskannya secara langsung," desak salah satu pria, suaranya semakin memaksa.
Namun Zavin tidak mau menyerah. "Victor Andreas? Pemilik perusahaan software besar yang juga terlibat dalam pengembangan aplikasi trading dan darkweb? Bagaimana mungkin dia ayah kandung Viola?" Zavin semakin curiga. Sosok Victor Andreas bukanlah nama asing baginya. Ia tahu betapa berbahayanya pria itu di dunia bisnis dan bagaimana rumor tentang keterlibatannya dalam aktivitas di bawah radar hukum sering terdengar.
Pria-pria itu semakin mendekat, aura ancaman semakin terasa. "Kami sudah mencoba berbicara baik-baik. Jika kamu masih menghalangi, kami tidak punya pilihan lain."
Sebelum Zavin bereaksi, dua dari mereka bergerak cepat, menarik Zavin dengan kasar dan mendorongnya ke samping. Zavin mencoba melawan, tetapi keempat pria itu terlalu kuat. Pukulan demi pukulan mendarat di tubuhnya dan membuatnya jatuh ke tanah.
"Kak Zavin!" jerit Viola. Ia ketakutan melihat Zavin yang mulai kesakitan. Ia ingin mendekatinya, tetapi salah satu pria itu dengan cepat meraih lengannya dan menggenggamnya dengan erat. "Baik! Aku akan ikut kalian, tapi lepaskan Kak Zavin!" seru Viola. Ia tak ingin Zavin terluka lebih parah.
Mendengar permintaan itu, pria-pria tersebut menghentikan serangan mereka. Mereka melepaskan Zavin yang terkapar di tanah. Dengan cepat, mereka membawa Viola masuk ke dalam mobil hitam besar yang sudah menunggu di dekat sana. Pintu mobil tertutup dengan suara keras, dan seketika mobil itu melaju, meninggalkan Zavin.
"Viola!" Zavin berteriak, matanya terpaku pada mobil yang semakin menjauh. Dengan rasa sakit yang masih mendera, ia mencoba berdiri dan berlari menuju mobilnya. Namun ketika sampai di sana, ia melihat sesuatu yang membuatnya semakin frustrasi. Ban mobilnya telah dikempesi.
"Sial! Mereka pasti sengaja melakukan ini!" Zavin menghentakkan kakinya, penuh kemarahan. Ia memandang tas Viola yang tertinggal di kursi penumpang. Ponselnya juga ada di dalam.
"Aku harus segera menemukan Viola!"
***
Viola hanya terdiam di kursi belakang mobil Rubicon itu, jari-jarinya menggenggam erat sabuk pengaman, sementara pandangannya terpaku pada jalanan yang berkelok di luar jendela. Jalanan yang dilalui terasa asing, namun ia berusaha menghafalnya, untuk berjaga-jaga jika nanti ia harus kabur.
Pikirannya bercabang antara rasa penasaran dan ketakutan.
Kalau dia memang ayah kandungku, dia tidak akan menyakitiku, pikirnya dalam hati, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Dua jam berlalu, dan mobil itu akhirnya melambat, memasuki sebuah gerbang besar yang membuka pemandangan sebuah rumah megah berlantai tiga. Viola mengangkat alisnya. Ia terkejut melihat rumah yang jauh lebih besar daripada rumah orang tua angkatnya. Rumah itu tampak seperti istana dengan taman yang luas, dipenuhi tanaman yang tertata rapi di setiap sudut. Keindahannya terpancar dari setiap detail, seolah menandakan kemewahan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan penghuninya.
Saat pintu mobil dibuka, Viola melangkah turun dengan perasaan campur aduk. Matanya terpaku pada pintu utama rumah besar itu. Beberapa pelayan yang berdiri di sepanjang jalan menunduk hormat saat ia lewat, memberikan salam yang sopan seolah sudah mengenal siapa dirinya. Viola membalas dengan pandangan kosong, pikirannya masih sibuk mencoba memproses semua itu.
Viola terbiasa dengan kehidupan keluarga yang berada, namun apa yang ada di hadapannya sekarang berada di luar dugaannya. Rumah ini, pelayan-pelayan yang siap melayani, dan kekayaan yang tampaknya tak terhingga—semua terasa seperti cerita dongeng yang tak pernah ia bayangkan bisa menjadi nyata. Seolah-olah ia baru saja diangkat menjadi putri dalam sebuah kerajaan.
Saat ia melangkah melewati pintu besar itu, ruangan dalam rumah yang tak kalah megah menyambutnya. Marmer putih mengkilap menutupi lantai, dinding-dinding dihiasi lukisan-lukisan berharga, dan lampu gantung kristal menggantung di langit-langit tinggi. Viola merasa seperti sedang berjalan di dalam museum mewah, bukan rumah.
"Silakan, Nona Viola, Tuan Victor sudah menunggu," salah satu pelayan berbicara dengan sopan, mengisyaratkan bahwa mereka akan mengantarnya ke ruangan di mana pria itu berada.
Viola mengangguk pelan, mengikuti mereka dengan langkah yang semakin berat.
Di dalam ruangan itu, berdiri seorang pria paruh baya dengan postur tinggi dan gagah. Wajahnya menunjukkan ketampanan yang tegas, meskipun garis-garis usia sudah mulai muncul di sekitar mata dan mulutnya. Namun, ada sesuatu yang mengintimidasi dalam tatapan pria itu, sesuatu yang membuat dada Viola berdegup lebih kencang.
"Selamat datang, putriku ... Viola."
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?