Keluarga besar Bramasta tidak menyukai Dian, gadis yatim piatu dan koki biasa yang menjadi istri Stefan karena pernikahan kilat di Las Vegas.
Tidak ada yang menyangka Dian menyembunyikan identitas aslinya sebagai hacker dan juga putri bungsu dari pemilik Perusahaan Wijaya, demi untuk mendapatkan cinta Stefan yang merupakan cinta pertamanya.
Kecantikan, kecerdasan dan kehebatan Dian memimpin Perusahaan Jayanata setelah bercerai membuat semua orang yang pernah menghinanya mati kutu.
Berhasilkah Stefan rujuk kembali dengan Dian setelah menyadari kesalahannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LYTIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. Kedatangan Billy
***Kamar VVIP 101 Lounge Hotel***
Cokro tersenyum genit dan menjijikkan ke arah Dian. Tangannya yang gendut dan keriput dijulurkan ke atas meja dengan niat menyentuh tangan Dian.
Dian mengambil gelas anggur merah di hadapannya dengan cepat sehingga tangan Cokro gagal menyentuh tangan halus Dian.
Dian memegang kaki gelas anggur dan memutarnya perlahan, lalu menghirup aroma anggur merah.
"Anggur yang bagus," kata Dian.
Mata Cokro berbinar-binar karena Dian menyentuh anggur yang dituangkan olehnya tanpa ragu. Cokro merogoh saku celana mengambil sesuatu dan meletakkannya di atas meja.
"Dian. Kunci vila ini untukmu," kata Cokro.
Dian menatap sekilas kunci diatas meja dan senyuman tipis di wajahnya menghilang seketika.
"Aku yakin manajer Anggi mendapatkan lebih dari ini," ujar Dian.
"Kecantikan Anggi kalah jauh dari Dian. Jika proyek ini berhasil, aku akan memberikan keuntungan yang lebih banyak untukmu," ucap Cokro dengan yakin.
"Ayo kita rayakan kerjasama kali ini dengan segelas anggur," lanjut Cokro sambil mengangkat gelas anggurnya.
Tanpa disadari oleh Cokro, Dian menarik serbet dengan cepat sehingga kunci vila yang berada di atasnya terjatuh ke lantai.
Cokro meletakkan gelas anggurnya di atas meja dan membungkukkan badan untuk memungut kunci itu.
Ketika Cokro berhasil memungut kunci vila, Dian berdiri dari kursi sambil memegang gelas anggur yang sudah ditukar olehnya. Cokro pun ikut berdiri dan mengambil gelas anggur dari atas meja.
"Cheers!" ujar Cokro.
Dian mendekatkan gelas ke bibirnya dan berhenti sejenak memperlihatkan keragu-raguan sambil menatap wajah antusias Cokro.
Cokro meminum habis anggur merah di tangannya dengan cepat dan meletakkan gelas kosong diatas meja. Dian pun ikut minum anggur di gelasnya hingga habis.
Cokro tersenyum samar karena Dian menghabiskan anggur itu tanpa rasa curiga. Pria tua gendut itu mendekat ke arah Dian dan memberikan kunci vila ke tangan Dian.
Kedua tangan Cokro menggenggam erat tangan kiri Dian sambil tersenyum genit. Dian berhasil melepaskan tangannya dengan tarikan keras. Gadis muda itu memberikan tatapan jijik ke Cokro.
Tepat saat kepalan tangan Dian akan diarahkan ke perut Cokro, pintu ruangan terbuka dengan keras dan Cokro terjungkal ke lantai terkena tendangan yang kuat di perutnya.
"Sakit!" teriak Cokro sambil memegang perutnya dan menatap nanar pria muda yang menendangnya. Wajahnya pucat seketika ketika mengenali wajah pria muda itu.
Stefan menghampiri Dian dan memegang pergelangan tangan kanan gadis muda itu dengan erat.
"Dian. Ada obat di dalam anggur. Kamu sudah meminumnya?" tanya Stefan sambil menatap gelas anggur kosong di tangan Dian.
"Stefan?" gumam Dian.
"Kamu tidak apa-apa Dian? Ada yang sakit?" tanya Stefan beruntun.
Dian tertegun menatap wajah khawatir Stefan. Gadis muda itu tidak menyangka Stefan akan muncul saat ini.
"Dia mengkhawatirkanku? Tidak mungkin! Aku sudah mengenal sifatnya sebelas bulan ini," kata hati Dian.
Dian berhasil menenangkan perasaan hatinya dan melepaskan pergelangan tangannya dari cengkeraman Stefan, lalu menatap tajam ke arah Cokro, yang sudah berdiri dari lantai.
"C…CEO Stefan," ucap Cokro terbata-bata.
Walaupun sebelumnya Cokro sudah mengetahui Dian adalah mantan istri Stefan, tetapi pria tua itu termakan bujukan Anggi bahwa Dian diceraikan karena miskin dan juga menjadi wanita simpanan Chandra sehingga Cokro menyetujui rencana Anggi.
Cokro tidak menyangka Stefan akan muncul membela Dian dan menjadi kesialan yang menimpanya sekarang.
"Kamu berani menjebaknya? Cari mati!" bentak Stefan.
Stefan ingin maju memberi pelajaran ke Cokro. Pria tua gendut itu berjalan mundur sambil menangkupkan kedua tangannya.
"Ampun CEO Stefan," mohon Cokro.
Sesosok tubuh pria berlari cepat dari arah pintu masuk dan menerjang Cokro. Pria itu menendang tubuh Cokro hingga terhempas ke lantai, lalu berjongkok dan memberikan tinju yang berulang kali di wajah serta tubuh Cokro.
"Billy!" panggil Dian sewaktu mengenali sosok pria itu adalah Billy.
Billy menghentikan gerakan tangan dan menoleh ke belakang. Matanya yang merah karena amarah berubah menjadi hangat saat menatap wajah Dian.
Billy berdiri dan berjalan menghampiri Dian. "Aku harus memberinya pelajaran karena berani menjebakmu," ucap Billy dengan serius.
Dian menatap wajah babak belur Cokro. Pria tua itu terlihat sangat menyedihkan.
"Jangan pukul lagi! Dia sudah mendapatkan hukuman yang setimpal," kata Dian.
Dian masih mempunyai rencana lain terhadap Anggi dan memerlukan campur tangan Cokro.
"Baiklah. Aku akan mendengarkan semua perintah princess," jawab Billy.
Billy mengambil kunci vila dari tangan Dian dan melemparkannya ke tubuh Cokro.
"Pergi dari sini! Jangan coba-coba ganggu pacarku lagi!" perintah Billy.
Cokro yang mengenali Billy dan Stefan segera berlari keluar dari ruangan sambil memegang perutnya yang sakit.
Perusahaan Samasta hanyalah perusahaan kecil dan tidak bisa dibandingkan dengan Perusahaan Tatum serta Perusahaan Bramasta sehingga Cokro melarikan diri dengan cepat sebelum kedua pria muda itu berubah pikiran.
***
"Billy. Jangan sembarangan bicara," tegur Dian.
"Iya. Aku salah. Bukan pacar, tetapi calon pacar," jawab Billy sambil tertawa kecil.
"Ayo kita pergi," ajak Billy sambil menarik tangan Dian. Billy sengaja mengacuhkan Stefan yang berdiri disana.
"Dian!" panggil Stefan.
Billy dan Dian menghentikan langkah kaki mereka berdua.
"Ada apa CEO Stefan?" tanya Dian.
"Kamu tidak tahu ada obat di dalam anggur dan tidak bersikap waspada. Masa depanmu bisa hancur seketika. Apakah ini kehidupan yang kamu inginkan setelah perceraian?" tanya Stefan dengan serius.
"Aku tidak minum anggur itu. Tanpa bantuanmu, aku bisa mengatasinya sendiri. Dan satu lagi, perceraian kita adalah keputusan yang paling tepat aku ambil," jawab Dian.
Dian mengambil proposal kerjasama dari atas meja lalu berjalan meninggalkan ruangan VVIP. Billy segera mengejar gadis muda itu.
***
Selamat siang readers tercinta. Masih ada satu bab lagi nanti malam 🤗
TERIMA KASIH
SALAM SAYANG
AUTHOR : LYTIE