Menikah di usia muda apalagi masih duduk di bangku sekolah, apakah pernikahan tersebut akan berhasil? Terlebih pasangan itu berbeda sifat, yang satu Cool dan yang satu panas suka meledak-ledak.
Tapi inilah yang terjadi pada pasangan muda Flora dan Rain. Flora terpaksa menikah dengan Rain, pria yang begitu posesif dan begitu tergila-gila padanya sejak kecil karena keluarganya jatuh miskin.
Sementara Rain, memanfaatkan hal tersebut untuk membalas perbuatan Flo yang selama ini selalu meremehkan cintanya.
Jadi bagaimana kisah rumah tangga selanjutnya Rain dan Flora? Akankah berakhir bahagia atau justru sebaliknya?
Follow aku mommy ya.
Ig : mom_tree_17
Tik Tok: Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Hari-hari berikutnya yang dijalani Flora Arbeto kini berubah seratus delapan puluh derajat setelah perdebatannya dengan Rain. Jika sebelumnya Rain akan memindahkannya untuk tidur di atas ranjang, kini pria itu tidak melakukannya. Setiap ia melakukan kesalahan sudah tidak ada lagi ciuman yang diterimanya sebagai hukuman.
Tidak jauh berbeda dengan di apartemen, disekolah pun Rain bersikap acuh tak acuh. Pria yang berstatus sebagai suaminya itu hanya diam, dan tidak marah sedikitpun saat Saka atau murid laki-laki lain mendekatinya. Flo juga sudah tidak melihat kebersamaan Rain dengan Clara, dan dari kabar yang didengarnya mereka sudah putus entah karena apa.
Rain juga belakang ini terlihat sangat sibuk, jika sepulang sekolah biasanya pria itu akan langsung pulang ke apartemen, tapi kini tidak lagi. Rain hanya mengantarnya pulang lalu pergi lagi entah kemana. Rain baru akan pulang setelah jam makan malam. Entah apa yang dilakukan pria itu diluar sana, tapi yang jelas Flora merindukan kebersamaan mereka meskipun selalu di isi dengan perdebatan.
"Apa aku tidak salah? Merindukannya?" Flo bergidik ngeri saat pemikiran itu sempat melintas dibenaknya, bertepatan dengan sosok Rain yang baru saja datang. "Kau baru pulang?"
Rain hanya menjawab dengan gumaman kecil.
"Apa kau sudah makan?" tanya Flora sembari mengikuti langkah Rain dari belakang.
Rain tak menjawab pertanyaan Flo, karena kedua matanya kini terbelalak terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya. Ruangan yang biasanya rapih kini berantakan dengan bungkus makanan yang berserakan di atas lantai. Ingin rasanya Rain marah dan menghukum Flo seperti biasanya, tapi ia tahan dan hanya bisa menghela napas dengan kasar.
"Rain kau sudah makan?" Flo mengulang pertanyaannya sambil menahan tawa saat melihat emosi di wajah pria itu. "Ayo cium aku! Eh, maksudku hukum aku." gumam Flora dengan penuh harap.
"Sudah." Jawab Rain dengan singkat, padat, dan jelas sembari berjalan menuju kamar pribadi mereka.
Flora yang berharap mendapatkan hukuman dari Rain, kini kecewa saat pria itu tidak marah bahkan tak mempedulikan sama sekali ruangan yang berantakan karena ulahnya. Namun rasa kecewa itu berganti dengan senyuman saat Rain berteriak memanggil namanya dari dalam kamar.
"Flora apa yang kau lakukan?" Tanya Rain dengan penuh amarah saat melihat kamar tidur mereka yang berantakan. Selimut dan bantal yang tergeletak diatas lantai, serta pakaian Flora yang berceceran dimana-mana. Dan yang membuatnya semakin marah adalah laptop miliknya yang terlihat terbuka dengan layar yang mati dan terlihat pecah. "Apa yang kau lakukan pada laptopku?" Bentaknya hingga membuat Flo bergetar ketakutan.
Sungguh Flora tak menyangka Rain akan semarah itu padanya, padahal Flo hanya ingin membuat Rain kesal lalu menghukumnya.
"Apa yang kau lakukan, ha! Kau tahu di dalam sini banyak file berharga." Bentak Rain kembali dengan raut wajah yang memerah karena amarah.
"Aku tidak melakukan apa-apa, Rain. Aku hanya..." Flo mengambil laptop milik Rain yang sesungguhnya di dalam nakas, lalu menggantinya dengan laptop rusak yang dibelinya yang sama persis dengan milik Rain.
Rain yang tadinya marah kini terdiam saat menyadari laptop yang rusak itu bukanlah miliknya. Ia pun menatap Flo yang terlihat meneteskan air mata.
"Aku hanya ingin kau marah dan menghukumku, aku hanya ingin —" bibirnya tak dapat berucap saat sesuatu yang kenyal mengecupnya dengan begitu lembut.
Sebuah kecupan hangat yang sudah lama tidak ia dapatkan, kini kembali Flo rasakan hingga membuat hatinya terasa bergetar dengan letupan-letupan kecil yang mampu membuat ke-dua kaki nya terasa lemas.
Smoga kedepannya bisa lebih berkualitas dari segi penulisan tidak hanya kuantitas saja
good job Thor 👍