NovelToon NovelToon
Jodohku Mas Duda Jutek

Jodohku Mas Duda Jutek

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Pernikahan Kilat
Popularitas:6.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Asri Faris

Setelah kepergian istrinya, Hanan Ramahendra menjadi pribadi yang tertutup dan dingin. Hidupnya hanya tentang dirinya dan putrinya. Hingga suatu ketika terusik dengan keberadaan seorang Naima Nahla, pribadi yang begitu sederhana, mampu menggetarkan hatinya hingga kembali terucap kata cinta.

"Berapa uang yang harus aku bayar untuk mengganti waktumu?" Hanan Ramahendra.

"Maaf, ini bukan soal uang, tapi bentuk tanggung jawab, saya tidak bisa." Naima Nahla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Nahla tahu itu salah, bahkan bertentangan dengan hati nuraninya. Namun, ia tak sanggup berkamuflase terus menerus membungkus luka dengan senyuman. Hatinya memberontak nyeri, dan rasanya tak enak sama sekali.

Siapa wanita yang ingin diperlakukan seperti ini. Tentu saja tidak ada seorang pun yang mau.

"Icha hati-hati ya!" ucap Hanan melambaikan tangannya. Ia malas sekali untuk ke kantor, kepalanya terasa pening dan tubuhnya tidak bersemangat sama sekali. Efek kesal semalam mungkin, ditambah lelah hati. Membuat pria tiga puluh lima tahun itu tak bergairah untuk beraktifitas pagi ini.

Tak ada pamit untuknya, tak ada sapaan selamat pagi, dan tak ada yang disiapkan istrinya pagi ini untuk Hanan. Nahla benar-benar merajuk, dan sepertinya Hanan mulai merasa istrinya berubah.

Pria itu sadar mungkin sikapnya belum bisa seperti yang Nahla inginkan. Ia akui terkadang masih selalu teringat Olive, dan perasaan itu tidak bisa hilang.

"Maaf," gumam Hanan menghela napas panjang. Haruskah pria itu menyingkirkan barang-barang itu sementara adalah kenangan indah yang tersisa.

Siang itu Hanan menyempatkan diri datang ke makam Olive. Dia mengirim doa penuh kekhusukan. Melapangkan hatinya yang kadang masih tersisa rasa enggan.

"Aku mencintaimu Olive, tapi dunia kita sudah berbeda, dan sekarang aku mempunyai tanggung jawab baru. Dia menyayangi putri kita sepenuh hati. Izinkan aku mencintainya sepenuh hatiku. Semoga kamu selalu bahagia di sana, dan di tempatkan di sisiNya."

Pria itu menabur bunga dengan wajah sendu. Mungkin sudah saatnya ia mengikhlaskan semuanya dan menjadikan diantara mereka kenangan indah saja. Bukan untuk dieja, karena hatinya harus menyeru pada tanggung jawab baru. Seseorang yang telah ia ambil dari ibu dan bapaknya untuk menjadi pendamping hidupnya sekarang. Akan sangat berdosa jika perasaan itu masih terbagi untuk keduanya.

Sedikit lebih lega setelah bermunajat doa panjang. Mungkin dirinya perlu meluruskan hal ini pada Nahla dan menjelaskan semuanya. Agar kesalahan pahaman ini tidak berlarut-larut.

Sementara Nahla sendiri, ia berjalan sesuai apa yang menjadi pijakan hatinya. Nalurinya sudah yakin, daripada kesiksa batin, ia memilih untuk menepi.

"Selamat belajar sayang!" ucap Nahla pada putrinya. Perempuan itu memeluk agak lama lalu menciumnya dengan sayang.

"Iya, mama juga, hati-hati di jalan!" sahut Icha tersenyum riang seraya berjalan menjauh. Setitik embun di pelupuk netranya jatuh tak terbendung. Sadar, mungkin ini akan menjadi perpisahan untuk keduanya. Perpisahan tanpa pamit, hatinya menjerjt lara, jiwa keibuannya meronta. Sunguh, ia menyayangi anak itu sepenuh hati, bahkan untuk berucap pamit pun tak sanggup untuk menyakiti.

Perempuan itu menyusut air matanya, sadar di tempat umum dan tak epic bila ada yang tanpa sengaja melihatnya. Ia langsung melajukan motornya ke sekolahan.

Seperti biasa, mengisi log absen, dan bersiap mengajar. Walau hatinya sedang tidak baik-baik saja, ia harus bersikap profesional dan terlihat tidak ada hal apa pun. Membungkus tapi masalahnya, menepikan sejenak untuk berkonsentrasi dengan apa yang sekarang tengah dijalani di hadapannya.

Kesibukannya mampu meredam rasa yang sebenarnya tidak baik-baik saja. Ia bahkan mulai merasa khawatir saat jam mengajar telah usai, dan saatnya pulang. Mau ke mana dirinya pulang. Kegalauan nampak begitu terasa menyambangi hatinya. Bagaimana jika pulang ke rumah, Ibu dan Bapak pasti akan banyak bertanya. Sedang pernikahan mereka memang sedang tidak baik-baik saja.

"Bu Nahla, belum pulang?" sapa Pak Agam yang sore itu belum pulang juga. Padahal seharusnya sudah boleh pulang setelah proses belajar mengajar usai.

"Ini mau pulang Pak, mari duluan," sahut Nahla bergegas. Beranjak seraya mengangguk sopan.

Setelah berpikir beberapa menit, perempuan itu melajukan motornya ke suatu tempat. Ia sesungguhnya galau untuk pulang ke rumah, bingung cara membagi cerita pada kedua orang tuanya. Bapak dan ibunya pasti akan bertanya banyak hal.

"Ya Tuhan ... aku harus ke mana?" batin Nahla menepikan motornya sejenak di halaman masjid. Mampir menunaikan sholat ashar, setelah cukup lama berdiam diri merenungi risalah hatinya dan mengadukan pada pemilik kehidupan alam ini. Nahla kembali melajukan motornya.

Sementara Icha siang ini dijemput oleh ayahnya. Pria itu sengaja tidak ke kantor dan ingin menyempatkan waktunya untuk putri tercinta. Sembari menunggu Nahla pulang, keduanya melakukan banyak hal di rumah.

"Pa, kok mama sudah sore gini belum pulang-pulang?" tanya Icha mulai merasa ada yang tidak benar. Suasana hampir petang tetapi ibunya tak kunjung muncul. Hanan pun mulai merasa ada sesuatu dan apakah itu kelanjutannya semalam.

"Mungkin sebentar lagi pulang, biar papa telpon dulu," ujar pria itu mulai tak nyaman. Niat hati ingin meluruskan semuanya, tetapi malah sampai petang begini belum pulang.

Beberapa panggilan darinya tidak ada jawaban, membuat Hanan berpikir bahwa istrinya benar-benar melanjutkan aksi protesnya semalam. Apakah perempuan itu pulang ke rumah orang tuanya?

Hati Hanan mendadak memanas dan kesal mendapati istrinya benar-benar tidak pulang. Ditambah mengabaikan panggilan darinya. Apakah benar-benar ingin mengakhiri hubungan yang sudah berjalan.

"Pa, mama ke mana? Apa mama baik-baik saja, ayo kita susul mama Pa, kenapa mama belum pulang?" Icha yang biasa dengan Nahla jelas kelabakan mendapati ibunya tak kunjung pulang tanpa kabar.

"Mama ...." Mendadak ia kebingungan cara menjawabnya, karena dirinya juga tidak tahu apakah Nahla benar-benar pulang tanpa pamit.

"Icha bobok dulu ya, mama sebentar lagi pasti pulang, mama ada urusan di luar, Icha tidak usah khawatir, sebentar lagi mama juga pasti pulang."

Belum sehari putrinya ditinggal ibunya, sudah membuat anak itu uring-uringan dan rewel. Ia terus menanyakan kenapa mamanya belum juga pulang. Sementara Hanan membujuk Icha untuk tidur, sembari berusaha terus menghubunginya.

[Di mana? Pulanglah ini sudah malam ... kita perlu bicara!]~ Ayah Icha.

Nahla sengaja mengabaikan panggilan dari suaminya, ia juga hanya menatap deretan baris huruf yang terkirim padanya tanpa niat membalas sama sekali. Hatinya kadung kecewa dan sakit, memilih menepi adalah pilihan terbaik saat ini.

1
Nova Angel
🤣🤣🤣🤣
Nova Angel
🤣🤣🤣🤣🤣
scala sora
orang Jawa bilang mbangkak'i
scala sora
lidah berlibur? susah ngebayanginnya ...
Syra Aini
Luar biasa
scala sora
hemmmm...
scala sora
aamiin paling serius
scala sora
seminar?
scala sora
handuknya = jilbabnya (?)
Mawar🌹
izin mampir kk
rina Rismayanti
Luar biasa
Fitri Irmawati
please Thor q jg prnah di pcc kyk gini,nyesek😭😭😭tp endingx sama..berkhir prcraian😭
Zana Putri Zakhira
Lumayan
Dwi Firza
Luar biasa
Rasya Athaya Athaya
pantabg mundur mas duda
Lina Warlina
jadi sedih
Lina Warlina
pacaran setelah halal
Lina Warlina
suka bacanya
Rhenii RA
Jungkir balik ngomongnya
Rhenii RA
Silent
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!