Untuk membalaskan dendam Hansel memilih Aileen menjadi istri.
Dan Aileen yang tidak tahu apa-apa menganggap Hansel sebagai dewa penolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOC BAB 32 - Tertawa Lepas
Beberapa saat setelah Hansel pergi bekerja, Aileen dan Havana pun pergi bersama Denis untuk mendaftarkan diri ke universitas.
Mereka sudah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di universitas ternama di kota ini, Imperial College University (ICU).
Aileen yang merasa belum melengkapi syarat apapun merasa heran, bagaimana bisa-bisa Denis mengajaknya pergi.
Karena merasa canggung bertanya pada Denis, akhirnya Aileen memutuskan untuk bertanya pada Havana saja. Kini kedua gadis itu duduk di kursi tengah sementara Denis yang mengemudikan mobil.
"Hav?"
"Hem."
"Aku tidak membawa apa-apa, bagaimana bisa aku mendaftar kuliah?" tanya Aileen dengan berbisik, namun telinga tajam Denis mampu mendengarnya meski samar.
"Semuanya sudah di urus oleh Denis, tenang saja."
"Semudah itu?"
Havana mengangguk dengan bibir mengulum senyum, asisten pribadi kakaknya ini memang serba bisa. Karena itulah membuat Havana suka, tapi Denis jauh lebih kaku dari sang kakak.
Semua yang dia lakukan Denis hanya atas perintah Hansel, tidak lebih.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit. Mereka akhirnya sampai di ICU.
Saat itu juga mereka langsung mengambil Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) di sana, membuat Aileen benar-benar terperangah merasa heran, bagaimana bisa semuanya semudah itu berjalan.
Mereka juga bahkan sudah mendapatkan jadwal kelas dan Denis hanya menunjukan dimana nanti gedung mereka saat melakukan kegiatan perkuliahan.
Aileen terus terperangah, sementara Havana sudah biasa dengan hal ini.
Dia tahu sang kakak sudah mengeluarkan banyak uang untuk dia dan Aileen membeli kursi, jadi tanpa banyak ini dan itu mereka berdua langsung bisa melakukan perkuliahan.
Nanti Aileen akan masuk sebagai mahasiswa baru mulai dari semester 1. Sementara Havana akan langsung masuk di semester 5. Tempat kuliah mereka 1 gedung, namun tidak akan sama di jam kuliahnya.
Tepat jam 3 sore mereka berdua akhirnya pulang ke apartemen. Sama-sama lelah, mereka menjatuhkan diri di sofa ruang tengah.
"Aileen."
"Apa Hav?"
"2 hari lagi kita mulai kuliah, disana kita akan sering berpisah. Jadi kamu harus lebih berani, jangan takut-takut lagi meski sendirian. Jika ada yang menyudutkanmu, tatap tajam saja jangan menunduk," ucap Havana dan Aileen yang mendengar itu malah mengerucutkan bibir.
Havana dan Hansel seperti sudah bersepakat untuk membuatnya jadi lebih berani.
"Baiklah," jawab Aileen lesu.
"Jangan gampang menangis lagi."
"Aku tidak gampang menangis ya."
"Ah masa?" ledek Havana pula, membuat Aileen kesal dan mencubit lengan sang sahabat. Havana tidak tinggal diam, dia membalas dengan memukul mengunakan bantal sofa.
Dan akhirnya terjadilah pertempuran di antara kedua gadis ini. Sampai tanoa sadar terdengar suara tawa Aileen yang cukup keras.
Untuk pertama kalinya Aileen tertawa lepas, seolah melupakan semua kenangan buruk yang dia punya. Seolah hidupnya sudah benar-benar terlepas dari belenggu Helda.
Lelah berkelahi kedua gadis ini kembali duduk dengan nafas yang terengah.
"Pukulan mu sakit sekali," keluh Havana, niatnya pura-pura kalah ternyata kalah sungguhan.
"Benarkah? maafkan aku!" Aileen memeriksa tubuh Havana yang rambut panjangnya sedikit berantakan.
"Jangan meminta maaf, harusnya kamu menertawakan aku."
"Issh ajaran mu tidak ada yang bagus, nanti paman marah."
"Berhenti memanggil kak Hansel paman, aku geli mendengarnya." balas Havana dengan tertawa pula.
"Panggilah dia kak juga, sama seperti aku."
Aileen mencebik, malah terasa aneh ketika membayangkan memanggil Hansel dengan sebutan itu.
"Pokoknya nanti kalau kak Hansel pulang kamu harus panggil dia Kak!"
Bibir Aileen makin mengerucut.