Aluna mencintai Erik pada pandangan pertama. Pada pria yang berprofesi sebagai asisten pribadi kakak iparnya tanpa peduli pria itu sudah memiliki seorang tunangan. Terlebih tunangan Erik adalah wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan mantan tunangannya dulu yang bernama, Nick.
Rasa cinta dan dendam yang dirasakan Aluna, membuat wanita itu bertekad untuk merebut Erik.
Dengan kecerdikan dan sifat manipulatifnya ia berhasil merebut Erik, dan menjadikan pria itu sebagai suami sekaligus asisten pribadinya.
Bagaimana kisah rumah tangga Aluna dan Erik? Apakah akan berlangsung selamanya ataukah kandas?
Erik yang masih mencintai tunangannya, akankah bertekuk lutut pada Aluna? Atau sebaliknya, Aluna akan lelah berjuang dan melepaskan Erik?
Follow
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Setelah sampai ditempat yang dituju, Aluna masuk ke dalam apartemen milik Erik. Apartemen dengan dekorasi minimalis modern itu terbilang kecil bagi dirinya yang terbiasa hidup ditempat yang luas.
Dapat ia lihat di dalam apartemen tersebut hanya berisi satu kamar tidur, ruang tengah, dapur, dan kamar mandi. Seperti tipe studio tapi lebih luas sedikit. Dan semua itu semakin diperjelas oleh Erik, saat pria itu menyebut semua ruangan yang ada di apartemen.
"Kamarnya hanya satu? Lalu pelayan tidur dimana?" tanya Aluna sembari menelisik isi ruangan.
Hanya ada sofa di ruang tengah, dengan meja dan sebuah televisi. Tidak ada lukisan atau pajangan di atas dinding, seakan menggambarkan sang pemilik apartemen yang begitu simple dan selalu berwajah datar tanpa ekspresi.
"Disini tidak ada pelayan."
"Tidak ada pelayan? Lalu yang membersihkan, mencuci, dan memasak siapa?" tanya Aluna dengan terkejut.
Tidak mungkin jika Erik yang melakukannya, mengingat dia seorang pria.
"Biasanya ada pelayan yang datang tiga kali dalam satu Minggu, berhubung sekarang ada kau. Maka semua pekerjaan rumah tangga aku serahkan padamu."
"Apa?" pekik Aluna dengan terkejut sampai rahang bawahnya terjatuh, membuat mulutnya mengangga lebar.
Oh ayolah, Aluna tidak pernah dan tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Ia sudah terbiasa selalu dilayani oleh pelayan yang jumlahnya banyak. Bahkan saat ia tinggal di apartemen sendiri, akan ada pelayan yang selalu datang untuk mengerjakan semuanya.
"Kau pasti bercanda?" tanya Aluna dengan tak percaya.
"Apa aku terlihat sedang bercanda?"
Aluna menggelengkan kepala sembari menelan salivanya susah payah.
"Tapi kenapa aku?"
"Karena kau istriku."
Lagi-lagi Aluna harus menelan salivanya dengan susah payah. Entah ia harus senang atau bersedih, karena statusnya sebagai seorang istri diakui Erik, bersamaan dengan perintah pria itu untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.
Tidak mau tinggal diam, Aluna pun memutar otaknya agar ia tidak mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tersebut.
"Ah, aku akan..."
"Kau tidak boleh membawa pelayan pribadi dari mansion Ricardo, atau mengerjakan seorang pelayan meskipun menggunakan uang pribadimu!" ucap Erik dengan tegas.
Ya, Erik mulai menjalankan misi untuk membuat Aluna tidak nyaman hidup bersamanya. Agar wanita itu pergi secara sukarela, hingga ia bisa terbebas dari jeratan Aluna Ricardo.
"Sial, kenapa dia bisa tahu apa yang sedang kupikirkan?" umpat Aluna dalam hati.
Karena baru saja ia merencanakan untuk membawa satu orang pelayan dari mansion Ricardo. Tapi rencana itu harus terkubur begitu saja karena larangan sang suami.
"Kau dengar?" tanya Erik. Karena Aluna diam saja dengan wajah yang ditekuk.
"Iya," jawab Aluna dengan setengah hati.
Dari pada memusingkan bagaimana caranya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, Aluna memilih beranjak dari ruangan tersebut menuju tempat yang sejak tadi ingin ia masuki.
Tempat itu tidak lain dan tidak bukan kamar tidur mereka, kamar yang akan menjadi saksi percintaan panasnya dengan sang suami.
"Eh, mau kemana kau?"
Erik menahan langkah Aluna yang berjalan sembari membawa koper wanita tersebut.
"Aku ingin melihat, sekaligus menaruh semua pakaianku dikamar kita," tunjuk Aluna pada pintu yang tadi dijelaskan Erik sebagai ruangan kamar.
"Itu kamarku, bukan kamar kita."
"Iya, kamarmu. Bukankah kamarmu kamarku juga?" tanya Aluna dengan bingung.
"Aku bilang itu kamarku, dan kau dilarang keras masuk ke dalam!"
Erik memperjelas perkataannya dengan tegas, hingga membuat Aluna menarik napas dengan panjang.
Pada hal dlm cerita kamu cantik kaya lagi , ckckckckkck