TAHAP REVISI PERBAIKAN MUNGKIN AKAN ADA BANYAK KATA YANG DI UBAH BIJAK LAH DALAM MEMBACA 🙏
Menceritakan kisah seorang gadis bernama Adinda Amaliya yang rela menggantikan kakaknya menikah karena kabur di hari pernikahan nya, karena belum mengenal calon suaminya bahkan bertemu saja tidak .
Farel Maherza Argadinata, itulah nama nya, pria yang terkenal Dingin dan Arogan, pria yang bahkan sangat membenci pernikahan, karena luka di masa lalu nya, dan karena desakan Papanya pun pria itu mau menikah, dengan gadis yang sangat mirip dengan masa lalu nya.
Apa kah Dinda sanggup menghadapi kemarahan pria itu, jika pria itu tahu kalau wanita yang akan menikah dengan nya kabur atau justru Dinda bisa merubah pria itu?
Dan bagaimana setelah kakaknya tahu jika pria yang di tinggalkannya adalah pria kaya dan sangat tampan? .
Di bumbui dengan kisah persahabatan dan konflik .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Kalista putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Lain Fikram
Clara pun masuk , tampak lah seorang pria paruh baya, yang sedang duduk dan menatap nya dengan tajam .
"Untuk apa? kau datang kemari!" suara Dingin itu terdengar sangat begitu menggelegar di ruangan itu.
"Tuan masih ingat dengan ku? Aku, ingin minta maaf Tuan. Dan Aku datang sekarang ingin menawarkan diri untuk menjadi menantu Tuan, karena waktu itu Aku di jebak oleh Dinda," ucap Clara panjang lebar dengan percaya dirinya, gadis itu terlihat menampilkan wajah sedih nya.
Fikram yang mendengar penuturan Clara langsung berdiri dan menatap tajam ke arah Clara, lalu mendekati gadis itu, membuat Clara yang melihat sorot mata tajam yang seakan ingin membunuh nya, segera mundur hingga mentok ke tembok. Sementara Fikram hanya tersenyum seringai dan mendekati Clara tanpa diduga langsung menjambak rambut Clara dan mencekik leher nya.
"Beraninya kau, macam-macam dengan ku, setelah apa yang Aku lakukan pada mu? Kau pikir aku bodoh, haaaah!" ucap Fikram dengan marah, semakin kuat mengeratkan tangan nya dari leher Clara.
"Uhuk uhuk" Clara terbatuk-batuk karena merasa cekikikan Fikram benar-benar kuat, membuat Fikram yang tersadar berusaha untuk melonggarkan cekikikan nya.
"Tuan, Saya tidak bersalah, yang salah itu Dinda," Kilah Clara saat merasa cekikikan di lehernya sedikit melonggar.
"Rupanya kau ingin mati sekarang ya? hentikan omong kosong mu, Clara!" sentak Fikram kembali mengeratkan cekikikannya dab satu tangan nya menjambak rambutnya .
Clara yang memegang tangan Fikram, berusaha melepaskan diri nya, namun Fikram mencekik nya semakin keras, sambil tersenyum seringai
Detik berikutnya, Clara yang sedari tadi berusaha untuk lepas akhirnya pun berhasil mendorong Fikram, untungnya Asisten Haris di belakang nya jadi Fikram tidak terjatuh .
"Tuan gila ya? ingin membunuh ku, ingat Tuan, Aku akan buktikan kalo omongan ku itu benar, dan Aku lah yang lebih pantas menjadi menantu Tuan?" seru Clara setelah mendorong Fikram, gadis itu masih saja dengan percaya dirinya berkata seperti itu.
"Dan Aku tidak sudi punya menantu ular seperti diri mu, ingat kau sudah meninggal putra ku, tanpa memperdulikan perasaan nya!" balas Fikram yang sudah mendekati Clara dan langsung mencengkram dagu nya .
"Tapi, Tuan Aku..."
"Pergi dari sini, sebelum Aku menghabisi mu!" tegas Fikram sambil mendorong Clara, tanpa sedikitpun ingin mendengar ucapan gadis itu.
"Baiklah, Aku akan pergi, tapi Aku tidak akan menyerah!" jawab Clara sambil berusaha berdiri, setelah mengatakan itu langsung keluar sambil menggebrak pintu, membuat Fikram semakin marah .
"Akkhh, kenapa Aku? bisa salah pilih begini?" pekik Fikram merasa frustasi sambil mengacak rambut nya kasar .
"Tuan, tenangkan diri Anda," ucap Asisten Haris yang sedari tadi diam sambil memberikan segelas air, membuat Fikram menerimanya.
Clara pun keluar dengan rambut acak-acakan, membuat seluruh karyawan yang melihat nya heran dengan apa yang terjadi dengan gadis itu.
"Apa kalian? lihat-lihat mau Aku lempar!" Hardik Clara sambil melepaskan sepatu hak tinggi nya, menatap semua karyawan dengan tatapan mata yang kesal.
"Tidak, Nona," semuanya menggeleng dengan cepat dan langsung saja menunduk merasa ketakutan .
Dan semua karyawan pun akhirnya memutuskan untuk kembali bekerja karena merasa tidak ingin kena masalah, meskipun masih heran dengan apa yang terjadi.
"Dasar sialan, udah dandan cantik begini, malah ingin membunuh ku!" umpat Clara saat sudah berada di luar dan segera masuk ke dalam mobilnya, membanting pintu dengan kerasnya.
DISISI LAIN
Dinda yang sudah keluar dari kelasnya setelah pelajaran selesai berjalan bersama kedua sahabatnya, seperti biasanya.
"Cit anterin Aku ya? Aku bingung ngga tahu bagaimana cara nya mencairkan ini?" tutur Dinda sambil berjalan dan menunjuk sebuah kartu berwarna hitam.
"Dinda-dinda, kamu itu pintar, tapi kenapa menggesek kartu saja tidak bisa?" sindir Citra sambil menahan tawa.
"Dinda, bukankah itu kartu tanpa batas? kamu dapat dari mana kartu itu? dan akhir-akhir ini tumben di antar supir?" Kini Daniel yang kepo akhirnya bertanya karena merasa sangat begitu penasaran.
Dinda tersenyum hanya tersenyum kikuk, gadis itu berusaha untuk mencari alasan apa yang akan dia jelaskan pada sahabat nya itu, Dia sudah merasa berbohong terlalu jauh, apakah dia akan berbohong lagi? untuk menutupi kebenaran nya atau justru dia akan jujur dengan sahabatnya itu .
"Aku ...."
Dinda hendak berbicara namun ucap nya terhenti saat ada seseorang yang tiba-tiba datang langsung mendorong Dinda tiba-tiba .
"Dasar gadis pembawa masalah, sudah ku bilang berapa kali, kenapa sih kamu itu ngga ngerti-ngerti!" ucap gadis itu yang tak lain adalah Angel, yang terlihat sangat begitu marah.
"Apa-apaan ini? berani nya kau mendorong sahabat ku? jangan mentang-mentang kau itu anak penyumbang dana paling besar di sekolah,kau bisa seenaknya menindas sahabat ku, yah!" seru Citra sambil mendorong Angel karena merasa tidak terima.
"Din, kamu ngga papa kan?" tanya Daniel sambil membantu Dinda untuk berdiri, Dinda hanya menanggapi nya dengan anggukan kepala.
"Kau itu beraninya? kau pikir kau siapa? berani membela nya!" sentak Angel dengan marah karena di dorong tiba-tiba.
"Aku sahabatnya, Aku tidak rela sahabatku, kau tuduh seenaknya," balas Citra dengan sengit, gadis itu tidak merasa takut sama sekali.
"Apa yang Aku katakan itu benar, dia sudah merebut Juan dari ku, dan gara-gara dia Juan tidak mau lagi berbicara dengan ku!" Jawab Angel sambil menunjuk ke arah Dinda .
"Hahahaha!" Citra yang mendengar penuturan gadis di hadapannya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
"Angel-Angel kau itu, lihat dirimu, dengan tampang seperti ini siapa yang mau dengan perempuan, judes, galak, suka menuduh dan sombong seperti mu. Aku sebagai wanita saja merasa tidak tertarik dengan mu, apa lagi Juan yang notabennya pria populer di sekolah, dia bisa saja mendapatkan seribu gadis yang lebih dari segala-galanya, bukan Dinda yang kau sebut kampung itu tidak ada apa-apanya kali." lanjut nya lagi berkata dengan sangat begitu pedas nya membuat Angel mengepalkan tangannya geram.
"Kau beraninya," geram Angel hendak menayangkan tamparan nya di wajah Citra namun tiba-tiba terhenti.
"Apa? Tampar Aku, Ayo jika kau ingin main kekerasan Aku tidak takut!" tantang Citra dengan beraninya gadis itu bersiap untuk mengajak bertengkar. Namun Citra yang hendak melayangkan tangan nya di wajah Angel, langsung saja di tarik oleh Dinda dan meninggal halaman sekolah itu.
"Hay, kampungan dan sial, Aku belum selesai bicara, awas yah!" teriak Angel sambil mengepalkan tangannya geram karena merasa di permainkan. Namun ketiga orang itu tak sedikit pun menghiraukan nya, kebetulan halaman sekolah memang sudah sepi .
"Dinda, kau apa-paan sih? Aku kan belum selesai bicara dengan perempuan ular itu, Aku ingin memberinya pelajaran!" gerut Citra merasa kesal pada sahabat nya itu.
"Citra, Aku suka dengan keberanian mu itu, saat sedang seperti ini, tapi yang Dinda lakukan memang sudah benar, jangan cari masalah dengan dia," bukan Dinda yang menjawab tapi Daniel yang berusaha menenangkan sahabatnya itu.
"Daniel, kenapa kau membelanya? dia yang mulai duluan?" balas Citra dengan kesal .
"Sudah -sudah jangan berantem, Aku ngga papa, mending bantu Aku saja, kita mencairkan ini, Aku juga ingin beli beberapa buku untuk di pelajari," ucap Dinda berusaha menenangkan keduanya, meski sebenarnya masih merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut .
Akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk ikut naik mobil bersama Dinda, dan Pa supir pun mengantarkan mereka bertiga ke sebuah Mall pusat perbelanjaan, meski sebenarnya Daniel masih penasaran, kenapa sahabatnya memiliki supir pribadi .
"Din, mending kau coba saja kartu itu untuk berbelanja," usul Citra saat sudah berada di dalam Mall .
"Sebenarnya itu kartu dari mana sih, Din? Aku penasaran?" sela Daniel yang masih penasaran.
"Tentu saja dari Bunda Yuni, dari siapa lagi memang nya?" jawab Citra dengan santai karena tahu sahabatnya pasti tidak akan tega untuk berbohong lagi.
"Kenapa kau yang jawab? Aku bertanya pada Dinda," protes Daniel dengan kesal .
"Daniel, yang di katakan Citra memang benar. Ayo kita belanja, kali ini Aku traktir deh, kau boleh membeli salah satu barang yang mahal yang ada di sini," ucap Dinda berusaha mengalihkan pembicaraan sambil menunjuk beberapa barang yang terlihat berjejer rapi di di sebuah rak.
Akhirnya Daniel pun hanya menurut saja mengikuti keduanya, mereka pun sedang memilih beberapa pakaian, namun tiba-tiba hp Daniel berdering membuat keduanya menoleh ke sahabatnya .
"Sebentar, Aku angkat telepon dulu," ucap Daniel sambil mengangkat panggilan tersebut .
Dinda dan citra pun hanya mengangguk dan memilih menunggu.
"Maaf ya Din, kayaknya Aku ngga bisa deh, lain kali aja ya, Aku harus jagain Baby Arnav," ucap Daniel sambil tersenyum kikuk kepada keduanya, setelah selesai menelpon.
"Oh, ya udah ngga papa ko, kan bisa lain waktu," jawab Dinda sambil tersenyum tipis .
Setelah mengatakan itu Daniel pun keluar dari Mall, kini kedua nya hanya menatap kepergian sahabatnya setelah menjauh, dengan mimik wajah yang terlihat sedih.
"Ayo masih ada Aku, kita belanja sepuasnya," ajak Citra berusaha menenangkan sahabatnya itu, yang terlihat sedih, lalu gadis itu segera menarik tangan sahabatnya untuk memilih-milih.
"Citra, ini mahal-mahal semua, mana mampu Aku beli ini semua ini," bisik Dinda meras takut dengan harga yang di lihatnya cukup mahal.
"Ya ampun Dinda, kau itu, lihat ini, kita bisa menggunakan ini," ucap citra sambil menunjuk kartu yang Dinda pegang membuat Dinda tercengir.
Akhirnya mereka berdua pun sudah memilih beberapa pakaian dan barang-barang, namun Dinda sama sekali tidak memilih untuk dirinya, melainkan untuk orang lain .
"Citra, Aku takut, kalau dia marah bagaimana?" ucap Dinda setelah keluar dari Mall sambil membawa paper bag di tangan nya .
"Dinda-dinda, dia itu kaya, bukan nya kau itu istrinya? ngga salah kan seorang istri menggunakan uang suaminya?" jawai Citra berusaha menyakinkan sahabatnya itu.
Akhirnya Dinda pun mengangguk saja dan masuk kedalam mobilnya, setelah itu mereka menyuruh supir untuk berhenti di toko buku. setelah ke toko buku mereka berdua pun membeli banyak makanan dan memberikan makanan tersebut pada anak jalanan dan juga pakaian yang tadi di beli, itu sudah kebiasaan mereka memberi dan berbagi sambil bercerita kadang sampai lupa waktu .
DISISI LAIN
"Ada apa?" tanya Farel saat melihat Asisten nya masuk ke dalam ruangannya.
"Nona Muda menggunakan kartu itu di sebuah Mall," jawab Devit menyodorkan bukti transaksi yang keluar .
"Ternyata semua wanita sama saja, sama -sama matre," ucap Farel dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan .
"Iya Tuan, Saya pikir Nona Muda berbeda," timpal Devit merasa tidak percaya.
"Kau atur jadwal ku hari ini, pastikan sore nanti Aku sudah pulang, Aku penasaran apa saja yang dia beli!" perintah Farel dengan tersenyum seringai .
"Baik, Tuan," jawab Devit mengangguk patuh sambil membungkukkan badannya, lalu segera keluar dari ruangan tuan nya .
SORE HARI NYA
Seperti yang di katakan tadi siang, Farel sudah berada di halaman rumah nya, Devit segera bergegas membukakan pintu untuk Tuanya dan mengikuti Tuanya sampai depan pintu, Pa Beni yang melihat dari kaca jendela sigap membuka pintu setelah tahu Tuan Mudanya sudah pulang .
"Selamat sore, Tuan Muda," sapa Pa Beni sambil membungkuk, meskipun merasa heran Tuan mudanya pulang lebih cepat dari biasanya, karena jam baru menunjuk kan pukul 15.30 .
Farel berjalan tanpa memperdulikan Pa Beni, dan menyuruh Devit untuk pulang saja, sementara Pa Beni hanya mengerutkan keningnya heran apa yang sebenarnya terjadi? Namun tidak berani bertanya.
Farel membuka pintu kamar nya, setelah sudah sampai di depan kamarnya, Pria itu berharap gadis itu sudah berada di kamar namun raut wajah nya terlihat kecewa saat melihat kamar nya sepi tidak ada siapapun.
Sementara di sisi lain, Dinda yang sedang asik bercengkrama pun di buat kaget saat supir memberi tahu kalo Farel sudah pulang. Dinda pun segera mengajak Citra untuk pulang dan menyuruh sahabatnya naik taxi, karena motor Citra masih di sekolahan .
Sepanjang perjalanan Dinda terus saja tegang dengan apa yang akan terjadi pada diri nya, hingga sampailah mobil sudah berada di halaman rumah, Dinda turun setelah supir membukakan kan pintu dan segera bergegas masuk ke dalam rumah setelah Pa Beni membuka kan pintu, gadis itu langsung berlari menaiki anak tangga tanpa memperdulikan sapaan Pa Beni membuat Pa beni heran dengan apa yang terjadi .
"Bagaimana ini? apa Aku akan mati? dia tidak akan melakukan hal buruk kan? karena Aku habis menggunakan uang nya?" gumam Dinda sambil mondar mandir di depan pintu .
Dengan berat hati, akhirnya Dinda mengetuk pintu dan membuka pintu tersebut setelah ada suara dari dalam, Dinda di buat kaget saat pria itu sudah berdiri di depan pintu .
BERSAMBUNG
maaf ya baru bisa update karena author habis mudik , terimakasih sudah mau baca karya saya yang seperti ini
Minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin 🙏