Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Marlon di hajar
Di lain pihak, Reiner saat ini tampak duduk bersama Leon. Mereka menunggu sebuah lelang terbesar dimana di infokan bila ada seorang perempuan yang akan mereka lelang.
Reiner sejak tadi tak tertarik untuk membeli barang-barang seperti cincin dan kalung, sebab harganya terbilang sangat tidak bersaing. Ia hanya ingin orang-orang mengakui kekuatannya.
Dan saat sebuah kurungan raksasa terbuka, semua orang berteriak sembari bertepuk tangan.
"Baik, harga di buka mulai dari seratus juta!" ucap seorang pemandu acara.
Seorang pria berpakaian parlente di ujung kiri mengangkat tangannya. "Dua ratus juta!"
Kemudian di sahut dengan pria tuan lainnya. "Tiga ratus juta!"
"Wah, silahkan. Yang lain?"
"Lima ratus juta!"
"Tujuh ratus juta!"
Sementara Leon dan Reiner terlihat mengamati perempuan yang terduduk layu dengan tatapan kosong, seolah kehilangan harapan.
Reiner melirik Leon yang sedari tadi terlihat mengepalkan tangannya. Ia lalu tersenyum. "Angkat tanganmu jika kau mau, berapapun akan ku bayar!"
Leon terkejut sebab tak mengira jika Reiner tahu yang ada di pikirannya. Leon bukannya tergiur untuk urusan hasrat, tapi ia selalu tak suka jika ada lelang yang memperdagangkan manusia.
"Sembilan ratus juta!" ucap salah pria bertopi.
Tangan Leon semakin mengerat karena tak mengira bila harganya bisa sampai semahal ini. Dan Reiner hanya tersenyum sebab angka yang di perebutkan makin tinggi. Jelas membuatnya tertarik.
"Satu milyar!"
Kesemua orang menoleh ketika Bryan mengucapkan hal itu. Reiner yang tersinggung langsung mengangkat tangannya. "Dua miliyar!"
"Wow, tuan Reiner dari grup Tiger sampai menawar dengan harga fantastis!" ucap sang pemandu acara terlihat takjub.
Sementara si wanita kian tertunduk. Ia seperti kehilangan harapan akan hidupnya. Di pertontonkan dan di perdagangkan seperti ini. Leon semakin tampak gusar.
"Tiga milyar!" Bryan melirik tajam Reiner. Seolah-olah ia tak ingin di kalahkan.
"Enam milyar!"
semua orang bersorak sebab angka sampai menyentuh nominal yang diluar sangkaan. Bryan mengeraskan rahangnya, ia akhirnya melampaui batas. "Tujuh milyar!"
Keadaan makin seru dan membuat Reiner seolah terbakar. Ia tentu tak mau ada orang yang mengalahkannya, tidak akan pernah!
"Sepuluh Milyar!" ucap Reiner sembari berdiri.
Tepuk tangan yang riuh seketika memenuhi ruangan itu. Bryan yang merasa tak akan bisa lagi melampaui Reiner hanya bisa berdecak kesal. Reiner puas, sementara Leon tampak tak tenang.
"Tuan, seharusnya anda tidak perlu..."
"Bukan masalah uang. Tetapi harga diri. Ambil lah, terserah mau aku apakan!"
Reiner lalu berjalan usai mengatakan hal itu kepada Leon yang masih larut dalam keterkejutan. Akhirnya, Leon mengutus orang untuk membawa budak perempuan itu untuk di masukkan ke mobil yang berbeda.
Setibanya di mansion, Reiner mendapat laporan jika ada sekelompok orang yang barusaja menyerang mansion mereka.
"Dimana Marlon?" tanya Reiner kepada anak buahnya.
"Tuan Marlon sedang membawa seorang wanita ke rumah sakit tuan. Dia tadi kemari membantu kami namun terkena senjata!"
Reiner yang rahangnya mengeras langsung bergegas masuk ke ruang kontrol dan meminta di putarkan rekaman CCTV. Di sana ia sempat kesal karena melihat Rachel menemui seorang wanita tanpa seizinnya.
Tapi begitu video di putar di menit akhir, ia tertegun saat melihat seorang perempuan membantu anak buahnya melawan kelompok saingan mereka.
Ia terdiam saat melihat Marlon mengangkat tubuh gadis itu lalu pergi menggunakan mobil. Reiner sebenarnya ingin memarahi Rachel, tapi lebih penting baginya untuk membalas penyerangan itu sekarang juga.
Ia tak menunggu Marlon maupun Leon. Ia memilih tancap gas sendiri bersama pasukannya yang lain.
Sementara di rumah sakit, Marlon dengan agak cemasnya menunggu Gina yang kakinya di jahit. Memilih membawa Gina ke rumah sakit sebab tak mungkin ia membawa masuk Gina ke mansion.
Hingga beberapa saat kemudian,
"Bagaimana keadaannya?" ia bertanya kepada dokter yang keluar ruangan.
"Sudah selesai di jahit. Bisa pulang setelah menyelesaikan administrasi!"
Marlon mengangguk. Ia lalu masuk untuk menemui Gina.
"Bagiamana keadaan mu?"
"Kau bisa lihat sendiri kan?" Gina terlihat sewot sebab pasti setelah ini ia tak dapat bekerja untuk sementara waktu gara-gara hal ini.
Marlon tak membahas lagi. Ia lalu membuka sebuah dompet sembari mengeluarkan sesuatu.
"Aku harus segera pergi. Ini cek untukmu, anggap saja ganti rugi. Aku pergi!"
"Apa kau bilang, hey! Aku pulangnya bagiamana? Motorku masih di sana, woy!" Gina berteriak tapi pria itu terlihat pergi dengan buru-buru.
Marlon harus segera pulang. Takut kalau-kalau Reiner sudah kembali. Dan begitu tiba di sana, kepala Marlon seolah berdenyut ketika di lapori oleh anak buahnya bila tuan Reiner barusaja pergi dengan sangat marah.
Marlon langsung menyusul. Ia tahu bila bosnya pasti mendatangi markas grup rajawali.
Dan benar saja, Reiner kini sudah tiba di sana. Ia langsung menabrak pagar pembatas dan membuat penjaga di sana kocar-kacir.
"Mana bos kalian?"
Tapi tanpa menunggu lama, pria brewok dengan wajah penuh luka keluar menemui Reiner.
"Ada apa?"
"Beraninya kau!"
Tanpa basa-basi lagi, Reiner langsung menyerang namun pria itu berhasil menghindar.
"Kenapa kau marah?"
"Hanya pengecut yang berani menyerang kandang tanpa penghuni!" sengit Reiner tak suka dengan cara pria itu.
Reiner yang marah langsung maju dan akhirnya perkelahian tak terhindarkan. Ketua rajawali berkali-kali melakukan serangan namun Reiner berhasil menangkis.
Melihat peluang, Reiner langsung mengunci pergerakan pria itu lalu menarik tangannya ke belakang hingga membuat pria itu kesakitan.
"Arghhh!"
Di sana, ia berhasil membuat tangan pria itu patah. Reiner juga mencekik leher pria itu sampai wajahnya memerah.
"Ampun, to-olong hentikan!" pinta pria itu yang merasa akan segera mati.
"Tuan!" Marlon datang dengan napas terengah-engah. Membuat Reiner langsung melepaskan cekikan nya dan membuat pria itu terbatuk-batuk.
Reiner yang melihat Marlon datang tampak murka. Ia lalu meninggalkan tempat itu tanpa berkata-kata lagi lalu kembali masuk ke mobil. Sadar adanya ketidakberesan, Marlon langsung ikut kembali.
Dan setibanya di mansion.
BUG!
BUG!
Rachel sampai membeku saat melihat Marlon di hajar oleh Reiner. Leon yang juga baru datang turut terkejut demi melihat pemandangan di depannya.
"Beraninya kau membawa orang masuk tanpa seizin ku!" Reiner berteriak dan teriakannya menggema di seluruh pengurus mansion. Semua orang ketakutan, bahkan sekelas Marlon saja bisa di hajar ketika membuat kesalahan.
Marlon hanya diam sembari memegangi perutnya yang sakit. Ia terima semua hal itu.
BUG
Lagi, wajah Marlon sampai terlempar ke arah kanan begitu mukanya kembali di tonjok. Leon yang melihat hal itu tak bisa melakukan apapun sebab Reiner marah pasti karena satu alasan.
Saat hendak melayangkan tinju lagi, Rachel yang tak kuat menyaksikan adegan itu langsung berlari dan merentangkan tangannya.
"Jangan tuan!"
Reiner menatap tajam Rachel yang mati-matian memberanikan dirinya.
"Anda pasti marah karena tuan mengizinkan temanku masuk. Tolong jangan hukum tuan Marlon!"
Reiner yang mendengar hal itu malah semakin mendidih. "Sedang apa kau minggir!"
"Nona, tolong menyingkir lah. Ini memang salah saya!" seru Marlon yang terlihat khawatir.
Rachel menggeleng dengan air mata meleleh.
"Minggir!" Reiner mendorong tubuh Rachel hingga terjerembab ke lantai. Membuat Leon tegang.
Ia kemudian menghajar Marlon sampai buku-buku tangannya memutih. Ia akhirnya berhenti setelah napasnya memburu dan merasa tertekan.
Reiner akhirnya memilih kembali ke kamar, dan Rachel mengejarnya. Sementara Leon langsung membantu temannya untuk bangunan.
"Apa yang terjadi, kenapa tuan sampai marah besar?"
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir