" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mahira sakit
"Mas Danu!" ucap Mahira dengan matanya yang terbelalak karena bertemu kembali dengan sosok yang ia benci
Mahira buru-buru melepaskan tubuhnya dari pelukan Danu.
"Astaghfirullah Mas Danu, kau sudah berbuat kurang ajar, aku itu sudah bukan istrimu lagi! Jadi kau tidak bisa menyentuhku dengan seenaknya seperti ini!" protes Mahira sembari menjauh dari Danu.
Sedangkan Danu malah tersenyum puas dan tidak berkomentar apapun.
Kemudian Syifa buru-buru mendekat ke arah ibunya, di peluknya tubuh Mahira dengan sangat erat.
'Bunda aku takut, apakah Bunda akan menyerahkan aku sama Ayah lagi? Aku tidak mau Bun, lebih baik aku tinggal di kolong jembatan, ketimbang aku harus tinggal lagi dengan Ayah dan juga Tante Reva yang sangat kejam!' Jerit Syifa di dalam hati.
Mahira sendiri membalas pelukan Syifa, ia bisa merasakan tubuh putrinya sedang gemetar.
"Astaghfirullah Syifa, kenapa tubuhmu gemetar seperti ini? Apakah gara-gara kau bertemu dengan Ayahmu? apakah Mas Danu sudah membuat Syifa menjadi sangat trauma?' ucap Mahira di dalam hati.
"Hallo Syifa, kamu gak mau peluk Ayahmu nak? Ayah kangen sekali sama kamu, kemari lah Syifa! Ayah ingin sekali memelukmu!" pinta Danu sembari berjongkok dan merentangkan kedua tangannya.
Namun sayangnya Syifa malah menangis dengan tubuh semakin gemetar.
"Sudah cukup Mas Danu, Syifa sudah tidak membutuhkanmu lagi, kau lihat putri kita menjadi seperti ini, itu semua karena perbuatanmu dan istrimu yang sudah membuat Syifa menjadi trauma." sungut Mahira sedikit membentak, bagaimana tidak, Danu yang seharusnya bisa melindungi darah dagingnya sendiri justru malah membuat Syifa menjadi trauma atas perlakuan yang semena-mena. Hati ibu mana yang tidak merasakan betapa sakit hatinya saat melihat anaknya di perlakukan seperti itu, layaknya seekor binatang.
"Maafkan Aku Mahira, maafkan Ayahmu ini Syifa! Tapi Ayah benar-benar sangat menyesal atas perbuatan Ayah sama kamu selama ini, Ayah juga sudah mengakhiri hubungan Ayah dengan Tante Reva! Jadi Syifa mau kan memaafkan Ayah?" pinta Danu memohon, ia pun memasang wajah memelas nya.
"Sudah hentikanlah sandiwaramu itu Mas Danu, aku dan Syifa sudah tidak mempercayaimu lagi, sebaiknya kau pergi dari kehidupanku dan juga Syifa, ngerti kamu Mas!" tegas Mahira memperingatkan mantan suaminya.
Danu pun langsung terdiam.
'Cih, kau sudah mulai berani terhadapku Mahira, mentang-mentang sekarang kau telah menjadi seorang Nyonya besar, ingat ya Mahira jika bukan karena diriku kau tidak akan mungkin bisa menjadi istrinya Tuan Sadam, aku akan membalas semuanya, kau dan Tuan Sadam harus aku hancurkan!' Batin Danu sembari tersenyum licik.
Kini Mahira dan Syifa bergegas pergi menuju Apartemen.
Sembari memeluk tubuh Syifa yang masih gemetar, Mahira pun akhirnya tidak bisa membendung air matanya, ia merasa kasihan dengan nasib putri kecilnya, seandainya sedari awal Tuan Sadam memberikan ijin agar dirinya bisa merawat Syifa, mungkin Syifa tidak akan merasakan trauma seperti ini, mendadak di dalam lubuk hati Mahira timbul rasa benci serta kesal terhadap Suaminya saat ini.
'Syifa, Bunda janji akan selalu melindungi mu, nak. Apapun yang terjadi kita akan selalu bersama-sama, bagi Bunda, kau adalah harta yang tidak akan pernah ternilai oleh apapun, Bunda Sayang Syifa!' ucap Mahira dalam hati.
......................
Kalimantan Timur
"Tuan, Anda yakin ingin kembali ke Jakarta sekarang?" tanya Hans tidak percaya, karena setahu dirinya jika besok siang mereka baru akan pergi menuju Jakarta, namun Tuan Sadam malah mempercepat kepulangannya.
'Aku tahu kenapa Tuan tidak bisa menunggu sampai besok, anda pasti sudah tidak tahan ingin bertemu dengan Nyonya Mahira, Cinta memang bisa membuat manusia waras menjadi sinting!' ucap Hans dalam hati.
Padahal sore ini sampai besok pagi Hans berencana ingin beristirahat di kamar hotel, namun kini rencananya telah gagal total oleh ulah bosnya yang serba dadakan. Hans sendiri memang benar-benar merasa sangat kelelahan setelah tiga hari di gojlok oleh Sadam dengan pekerjaan yang begitu banyak. Namun yang membuat Hans heran, kenapa Tuannya ini samasekali tidak merasa kelelahan sedikitpun.
'Stamina Tuan memang ku acungi jempol, Pasti setelah ini anda akan mengajak lembur istri anda, arrkkkhhh enaknya kalau sudah punya istri, ada yang bisa di peluk. Lah ini setiap malam yang aku peluk hanya guling saja, sial!' umpat Hans di dalam hatinya.
Wajah Sadam pun kembali berseri-seri selama dalam perjalanan, rupanya sedari tadi dirinya sedang memandangi foto pernikahan nya bersama Mahira.
'Dulu saat pertama kalinya menikah dengan Alisa, aku tidak merasa segila ini, tapi dengan Mahira kenapa aku menjadi seperti ini?' batinnya merasa heran.
Sekitar pukul sembilan malam, kini Sadam telah tiba di Apartemen mewahnya, ia sendiri sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan pujaan hatinya.
Dengan segera Sadam menekan bel pintu Apartemen, kali ini yang membuka pintu adalah salah satu ART, Sadam yang semula memasang wajah bahagianya tiba-tiba saja berubah menjadi kecut.
"Bik Inah, dimana istriku?" tanya Sadam dengan suara bariton nya.
"Nyonya ada di kamarnya, Tuan! di temani sama Non Syifa!" jawab Bik Inah sedikit kaget dengan kedatangan Tuannya yang secara tiba-tiba
Kemudian Sadam bergegas menuju kamar tidurnya, ia benar-benar sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Mahira.
Ketika pintu kamar di buka, Sadam tampak terkejut saat melihat kondisi Mahira sudah mengenakan selimut tebal, Sadam pun mencoba semakin mendekati Mahira.
"Mahira, kau kenapa? Kok tubuhmu menggigil seperti itu, Kau sakit?" tanya Sadam sembari memeriksa kening istrinya dengan punggung tangannya, sedangkan Syifa, ia fokus memperhatikan Papah tirinya yang begitu menghawatirkan Bunda nya.
'Sepertinya Papah Sadam sangat menyayangi Bunda, dulu sewaktu Bunda masih bersama Ayah, sikap Ayah selalu saja cuek di kala Bunda sakit!' ucap Syifa dalam hati.
Syifa malah menatap kagum Papah sambungnya.
Kemudian Sadam melirik ke arah Syifa, ia pun sampai di buat bingung harus berkata apa dengan Putri sambungnya itu, karena pastinya Sadam tidak akan mengerti dengan jawaban dari Syifa.
"Kamu demam Mahira, dan kau harus segera di periksa oleh Dokter!" usul Sadam masih dengan raut wajah khawatirnya.
"Aku tidak apa-apa kok Tuan, paling hanya masuk angin saja!" sahut Mahira
Sadam pun menghiraukan perkataan dari Mahira, ia langsung menghubungi Dokter Andini, kebetulan hari ini Dokter Andini sedang libur tugas di rumah sakit, dan ketika Sadam memintanya untuk ke Apartemen, Dokter Andini pun bergegas pergi.
Setelah Sadam selesai menghubungi Dokter Andini, ia di kejutkan oleh sikap Syifa, dimana dengan telatennya ia mengompres kening ibunya dengan menggunakan handuk kecil, Sadam malah semakin kagum akan sosok Syifa, melihatnya seperti melihat Mahira.
Sekitar tiga puluh menit akhirnya Dokter Andini pun tiba, ia bergegas memeriksa kondisi Mahira yang masih Demam.
"Istrimu baik-baik saja Sadam, seperti nya istrimu melakukan banyak aktivitas sehingga antibodinya menurun dan mudah terserang virus, namun hanya virus flu biasa, dan tidak membahayakan ibu dan juga janinnya!" tukas Dokter Andini.
Mendengar diagnosa Dokter Andini seperti itu, perasaan Sadam pun menjadi lega.
"Ini saya resepkan obat untuk istrimu Sadam, semoga istrimu cepat pulih ya, dan ingat pesan dariku tempo hari, kau jangan terlalu sering melakukan hubungan suami istri di saat istrimu sedang hamil di trimester pertama!" ujar Dokter Andini mencoba memperingatkan Sadam.
"Tenang saja Dokter, kau tidak usah khawatir!" sungut Sadam sedikit kesal.
"aku tidak percaya padamu, buktinya istrimu sampai sakit seperti ini, kau apakan anak orang hah?"
"Kau jangan seenaknya menuduhku, sudahlah sebaiknya kau enyahlah dari hadapanku, lama-lama aku muak denganmu!" usir Sadam dengan cukup kasar.
"Terserah dirimu sajalah, kau sangat menyebalkan! Jangan lupa resep obatnya segera kau tebus di apotik, dan selalu ingat pesanku yang barusan!" cetus Dokter Andini, lalu kemudian ia bergegas pergi begitu saja
'Sangat merepotkan, cukup sekali saja kau memberitahuku aku sudah faham, dasar kau dokter yang sangat menyebalkan.' gerutu Sadam di dalam hatinya.
Keesokan harinya, setelah Mahira meminum obat yang di resep kan dari Dokter Andini, kini tubuhnya sudah berangsur membaik, ia cukup terkejut saat melihat suaminya sudah berada di depannya dengan posisi duduk di bawah tempat tidur sembari menopang dagunya dengan kedua tangannya yang sengaja ia letakan di atas tempat tidur dan tatapan kedua bola matanya fokus memandang ke arah istrinya.
Seketika Mahira langsung beranjak dari tempat tidurnya, melihat hal itu Sadam buru-buru bangkit dari duduknya dan segera membantu Mahira bangun dari tempat tidur dan menyandarkan bagian bahunya dan punggung di dashboard tempat tidur.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah sudah mendingan?" tanya Sadam sembari mengusap lembut rambut panjang Mahira yang berwarna hitam pekat dan sedikit bergelombang, baginya Mahira sangat cantik saat berpenampilan seperti itu, tidak bisa di pungkiri lagi jika saat ini Sadam sudah sangat menggilainya.
Di perlakukan seperti itu oleh Sadam, Mahira merasa sangat bahagia.
'Andaikan sikap baik anda ini tulus, dan bukan Karena ada benih darimu di dalam rahimku, mungkin aku akan merasa sangat bahagia, Tuan!' gumam Mahira dalam hati.
Tidak lama kemudian tiba-tiba saja Mahira ingin turun dari atas tempat tidur, Sadam pun buru-buru meraih tubuh Mahira dengan kedua tangannya.
"Kamu mau kemana? Jika butuh sesuatu bilang saja padaku, ayo cepat katakan!" bujuk Sadam sembari menggenggam kedua tangan Mahira begitu erat
"Aku kebelet pipis Tuan, dan ingin segera pergi ke kamar mandi!" sahut Mahira sembari meringis
Tanpa aba-aba, Sadam malah membopong tubuh Mahira.
"Kya...lepaskan saya Tuan, Saya masih bisa jalan sendiri ke kamar mandi!" pinta Mahira mencoba melepaskan tubuhnya namun tidak bisa karena tenaganya kalah kuat oleh tubuh Sadam yang kekar dan berotot.
"Sudah, kau diam saja jangan cerewet!" sungut Sadam sembari melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mandi. Lalu Sadam meletakan tubuh Mahira di atas kloset duduk.
"Apa perlu aku bantu membuka nya? Pasti kau sangat kerepotan!" usul Sadam sambil menaikkan kedua alisnya
Mendengar hal itu, wajah Mahira berubah bagaikan kepiting rebus, ia pun sangat geram atas sikap suaminya yang sangat berlebihan.
"Tubuhku masih normal Tuan, dan aku bukanlah wanita yang lumpuh dan tidak bisa apa-apa, sebaiknya anda segera keluar karena aku sudah kebelet ingin buang air kecil, Tuan!"pinta Mahira memohon
"Lagian apa salahnya aku membantumu membukanya, kau malu? ngapain mesti malu sih! Aku sudah tahu semuanya, bahkan kau memiliki banyak tahi lalat di sekujur tubuhmu aku tahu, apa perlu aku sebutkan satu persatu dimana letak tahi lalat mu itu?" cerocos Sadam yang terus saja mengoceh.
Mendengar hal itu, Mahira semakin geram di buatnya, ia sampai mengepalkan kedua tangannya, di tambah ia sudah kebelet ingin buang air kecil, tapi Suaminya malah mengatakan hal yang sangat tidak penting.
"Tuan, bisakah anda keluar sebentar, aku sudah tidak tahan ingin buang air kecil!" Sahut Mahira dengan raut wajah yang tidak sepeti biasanya.
"Kau kenapa Mahira?" tanya Sadam semakin membuat Mahira jengkel.
"KELUAR SEKARANG!" Bentak Mahira karena sudah sangat kesal
Seketika Sadam langsung terdiam.
"Hey, kenapa aku seperti melihat tanduk di kepalamu Mahira, bahkan aku melihat kau seperti mengeluarkan asap dari kedua lobang hidungmu, ck..ck..ck!" ledek Sadam yang kemudian dengan secepat kilat keluar dari dalam kamar mandi, ia pun tertawa terbahak-bahak bahkan sampai terpingkal-pingkal.
'Sumpah, kau begitu menggemaskan saat marah barusan, kalau kau sedang tidak sakit, sudah habis kau ku makan!' ucap Sadam dalam hati.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁