Novel Pertama
Hidup mandiri dalam kesendirian dan diacuhkan oleh keluarga karena berstatus anak haram, membuat Bella memilih menjalani takdirnya sendiri. Mengabaikan cibiran orang-orang, Bella berhasil mencapai puncak tertinggi.
Menghilang selama enam tahun lalu kembali menjadi sosok paling disegani dan dihormati. Lidah tajam dan mulut beracunnya membuat orang-orang hanya berani mencibir dari belakang.
"Terkadang, kepedihan harus dilalui sebelum tercapainya kebahagiaan. Tersenyumlah ketika bersedih, karena akan ada kebahagiaan setelah itu. Berjuanglah keras dalam kesunyian dan biarkan kesuksesan kita menggema ke seluruh dunia."
~ Qiara Arabelle ~
__________
Pria tampan nan arogan serta kekayaan dan kekuasaan berada ditangannya, tidak sengaja dipertemukan oleh gadis berpenampilan sederhana namun berhasil membuat sosoknya yang tak tersentuh mengharapkan cinta dari gadis acuh namun tak biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 | Party (2)
Setelah semua drama yang cukup membuat Bella meradang. Akhirnya semua kembali normal. Alfred, Clarissa dan Alex juga sudah berpencar untuk berbicara dengan yang lain, lebih tepatnya mereka yang ingin dekat dengan Ramona.
Monica dan yang lain juga sudah berpencar seperti yang lain. Bella yang memang tidak begitu menyukai pesta hanya duduk di mejanya dengan ditemani Sofia yang juga enggan untuk beranjak.
“Kau tidak bergabung dengan yang lain?” tanya Bella heran. Setahunya Sofia adalah pribadi yang ceria dan mudah bergaul. Ada banyak teman kampusnya disini.
Sofia menggeleng. “Kami tidak dekat.” Bella mengerjit. Sofia menghela nafas pelan.
“Kakak tahu kan jika aku mengaku dari keluarga sederhana.” Bella mengangguk paham. Lagi-lagi status seseorang menjadi alasan untuk menjauh.
“Jadi kau tidak memiliki teman?” Bella memang tidak mengetahui tentang orang terdekat Sofia. Setiap kali Bella ke kantor pun, dia hanya melihat Sofia bersama Vivi.
“Punya. Namanya Renata, dia berdiri disana.” Bella melihat arah pandang Sofia. Dia langsung ingat jika gadis itu juga magang di bagian pemasaran.
“Dia tidak tahu jika aku dari Keluarga Ramona. Setelah dia mengetahuinya, dia menjaga jarak denganku.”
“Why?”
“Dia hanya berasal dari keluarga biasa saja, Kak. Dia tidak ingin mempermalukanku karena berteman dengannya. Dia sendiri mau berteman denganku karena berpikir aku juga sama sepertinya. Aku bilang aku tidak peduli siapa dia. Karena dia sahabatku, tapi dia terlalu penakut!” Bella tersenyum, setidaknya Renata itu tulus. Bella bangun dari kursinya dan meraih tangan Sofia agar berdiri.
Jika bukan karena Sofia yang memaksa Renata datang, mungkin gadis itu masih di rumah. Bisa dikatakan sedikit mengancam karena Renata jelas menolak.
“Aku lapar.” Bella tersenyum malu.
“Sebenarnya aku juga sangat lapar. Hehe ...” Sofia menyengir, lalu memeluk lengan Bella menuju meja hidangan.
“Ajak temanmu juga, dia pasti sendirian. Aku akan tunggu disini!” Sofia mengangguk lalu beranjak mendekati Renata.
Bella sibuk melihat berbagai hidangan di atas meja. Dia bingung karena semua makanan terlihat enak. Rasanya dia ingin memasukkan semuanya kedalam piring, tapi tidak mungkin kan? Percaya atau tidak, Bella sebenarnya memiliki kebiasaan makan banyak dari porsi aslinya! Keluarga Ramona sudah tahu dan tidak mempermasalahkannya. Selama Bella sehat, tidak masalah.
“Qi ...” Pergerakan tangannya terhenti namun tidak menoleh. Quela hanya tersenyum miris melihatnya
“Bagaimana kabarmu?”
“Baik,” ucapnya singkat. Sebenarnya Bella tidak ingin seperti ini, namun entah kenapa hatinya berkata lain. Dia tidak ingin jika terlalu merespon justru membuat mulutnya tidak terkontrol dan menyakiti hati wanita tua ini.
“Grandma tidak akan memaksamu untuk memaafkan. Hatimu pasti sangat sakit, jadi wajar jika kau membenciku. Sungguh! Aku saat ini sangat membenci diri sendiri. Akj merasa tidak berguna dan menjadi manusia paling jahat! Grandma ....”
“Cukup!” Bella tidak sanggup mendengarnya. Selama ini dia memang kuat! tapi jika menyangkut perasaan, hatinya tidak sekuat itu.
“Aku tidak pernah membencimu. Grandma tahu seperti apa sifatku, kan. Aku tidak ingin menyakiti Grandma dengan kata-kataku. Meski begitu, hatiku juga butuh waktu,” ucap Bella pelan. Quela terhenyak, bahkan Bella masih memikirkan perasaannya. Bahkan dia tidak pernah memikirkan perasaan Bella.
“Terima kasih karena tidak membenciku. Aku akan selalu menunggumu siap dengan hatimu. Dan selamat atas pernikahanmu. Grandma sangat senang mendengarnya! Setidaknya kau bersama orang-orang yang baik.” Quela meninggalkan Bella yang masih tidak bergeming. Bella menatap sendu ke arah Quela. Jujur saja, dia masih sangat mencintai Grandma nya itu. Mungkin karena Quela satu-satunya Grandma yang dia miliki.
“Kakak!” Bella tersentak saat Sofia menepuk pelan bahunya. Rupanya dia sempat melamun.
“Kau ini! Bikin kaget saja.”
“Hehe ... Maaf.” Bella melihat kebelakang Sofia, dimana Renata tampak gugup hingga enggan untuk mengangkat kepalanya. Dia bahkan terus mencoba pergi jika saja Sofia tidak memegang tangannya.
“Coba saja jika kau ingin pergi! Jangan salahkan aku jika besok namamu sudah tidak ada di daftar magang!” ancam Bella.
Renata menegang ditempatnya. Sebenarnya dia sangat takut pada Bella. Tidak! Tapi semua orang-orangnya. Sofia terkekeh pelan. Dia tahu jika Bella hanya bermain-main.
“Ba ... a ... ik, Nona,” ucapnya gemetar. Bella menghela nafas. Apa dia sangat mengerikan sampai-sampai Renata begitu takut padanya?
“Kemari!” Bella menarik Renata kesisinya lalu merangkul kedua bahunya.
“Panggil aku Kakak seperti Sofia. Jangan takut padaku, aku tidak akan memakanmu!” Renata terkejut. Mana berani dia memanggil begitu!
“Ta ... tapi ...” Bella melotot garang. Renata menunduk takut. “Ba ... baik, Kak,” cicitnya pelan. Bella tersenyum puas, begitupun Sofia.
“Good Girl!”
Di sisi lain, Clarissa tengah berkumpul dengan para istri pengusaha. Seperti biasa, kebanyakan mereka sibuk membanggakan anak-anak mereka.
“Apa anda bosan?” ucap Eillen pelan pada Clarissa.
“Tidak juga.” Clarissa tersenyum. Dia tahu jika Eillen adalah Ibu kandung Bella yang kehilangan ingatannya. Tapi Bella sudah memintanya agar bersikap biasa karena mau bagaimanapun, wanita disampingnya ini sekarang adalah seorang Eillen Englert! Bukan lagi Kim Hyurin.
Clarissa sangat nyaman berbicara dengan Hyurin. Sangat mirip dengan Bella saat mengobrol. Dia juga melihat jika Bella memang sangat mirip dengan Aillen. Hampir 95 persen!
Keluarga Victor sendiri sudah melihat Eillen. Awalanya mereka menatap tidak percaya, tapi segera ditepis jauh-jauh. Lagipula wajah Eillen sedikit berbeda dengan Hyurin. Mungkin hanya kebetulan mirip! Clarissa dan Eillen terhanyut dalam obrolan sehingga tidak menyadari jika Kyle sudah tidak ada bersama mereka.
-
-
Di meja Bella. Mereka bertiga dikejutkan dengan kedatangan seorang anak kecil yang langsung naik kepangkuan Bella. Bella menatap Sofia dan Renata dan dijawab hanya dijawab gelengan oleh mereka.
Tapi begitu melihat wajahnya, Bella langsung mengetahui jika ini adalah adik tirinya. Bella memperbaiki duduk Kyle agar nyaman dipangkuannya.
“You want?” Bella menyodorkan kue coklat. Kyle mengangguk dan langsung disuapi oleh Bella.
"Kak Sam bilang kau adalah kakaknya. Jadi aku akan menjadi adikmu juga." Kyle menikmati suapan Bella dengan santai. Tidak peduli dengan raut wajah ketiganya yang sudah terperangah.
"Kau sangat pandai bicara. Padahal kau masih sangat kecil." Bella sedikit mencibir.
"Karena aku gadis pintar." Bella mendelik.
Sofia dan Renata hanya menyaksikan interaksi antara Kyle dan Bella yang secara tidak langsung memiliki hubungan darah ini. Tak lama, Alex datang dan duduk disamping Bella. dia tidak bertanya karena sudah mengetahui siapa anak ini.
Alex yang melihat interaksi mereka tersenyum lembut sembari mengelus pelan punggung Bella. Mereka sudah terlihat seperti keluarga bahagia. Sofia dan Renata akhirnya memutuskan pergi dan membiarkan mereka bertiga
“Kau terlihat cocok menjadi seorang ibu.” Bella merona lalu memukul tangan Alex yang sudah mengelus pahanya. Alex terkekeh pelan.
“Jangan macam-macam!”
“Hanya satu macam.” Bella mendelik lalu kembali menyuapi Kyle. Alex yang melihat itu merasa iri dengan Kyle.
"Halo, Kakak ipar." Kyle menyapa. Anak ini memang sangat santai meski berada ditengah-tengah pasangan pemilik bumi.
"Hm. Kau sama saja seperti anak itu," jawab Alex menanggapi.
"Thanks, Kak. Tapi kami berbeda. Dia itu bodoh sedangkan aku pintar." Dia tahu jika yang dimaksud Alex adalah kakaknya, Sam.
Anak ini terlalu percaya diri ....
“Bebe ... aku juga lapar,” rengeknya pelan sambil menggesekkan kepalanya nya di bahu Bella. Kyle mendelik.
Bella tertegun. Bukan karena tingkah Alex, tapi semua tatapan syok yang melihat ke arah mereka. Bahkan Leo dan Mike menganga tak percaya melihat tingkah Alex yang sangat diluar ekspetasi mereka. Bella segera mengangkat kepala Alex dan melototinya. Alex menyadari tatapan orang-orang hanya menampilkan wajah acuh. Membuat Bella sangat ingin mencekik lehernya.
“Apa kalian tidak punya urusan lain!” ucap Alex dingin. semua orang langsung tersadar dan dengan cepat melanjutkan kegiatan mereka.
Bella melongo tidak percaya. Dia berbicara kepada semua orang sudah seperti berbicara dengan Bean! Alex kembali melihatnya dengan tatapan memelas, membuat Bella menghela nafas pelan.
“Aaa ...” Alex dengan senang hati membuka mulutnya. Begitu seterusnya, bergantian dengan Kyle. Semua orang hanya bisa memandang iri keduanya. Berbeda lagi dengan yang belum memiliki pasangan.
“Sialan mereka berdua!” Leo menatap kesal kedua sejoli itu.
“Sejak kapan manusia es itu menjadi begitu manja.” Mike mencibir.
“Kau iri? Cari pasangan sana!” Kris tersenyum remeh menatap keduanya.
“Tidak perlu mencari! Mereka akan datang sendiri,” bangga Leo.
“Cih! Siapa yang mau denganmu?” cibirnya.
“Sialan kau!” Leo mengapit kepala Kris diketiaknya.
“Bella punya banyak,” ucap Jung. Ya, mereka berempat memilih duduk bersama. Menambah teman tidak masalah bukan?
“Maksudmu Direktur dan para Asisten itu. Ck, belum juga mendekat sudah diberi tatapan garang!” Mike cemberut. Dia ini Manajer Pemasaran di QA! Sangat tahu sifat orang-orang itu.
“Mereka terlihat ramah saat bersama Bella.” ucap Leo heran.
“Mereka memang seperti itu saat bersamanya. Tapi jika sudah berpisah ... liat saja sendiri” Mike menunjuk ke arah Monica dan yang lain. Leo mengangguk percaya.
“Lalu kau menyerah! Cinta tidak memandang apapun, you know!” Kris yang mendengar penuturan Jung langsung memasang senyum jahil.
“Biar kutebak. Kau belum berhasil kan,” tutur Kris menyeringai
“Jangan bilang ...” Leo dan Mike memandang Jung.
“Bukan mereka! Dia tidak ada disini,” ucap Jung Cepat. Kris hanya tertawa lucu.
“Tap ...” ucapan Leo terpotong saat Jung tiba—tiba berdiri dari kursinya.
Pandangan semua orang ternyata sudah mengarah kearah wanita cantik bergaun merah yang baru saja masuk bersama sekretarisnya. Wanita itu tersenyum manis membuat sebagian orang terpesona olehnya.
“Soo-Jin ....”
...****************...
...Berdoa ajalah itu bukan calon plakor😂...
...Jangan Lupa Like dan Vote nya reader. See you...
...Gamsahabnida❤...