(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Sebuah Rahasia Kecil
Setelah mengantarkan Luc sampai rumah utama. Arion kembali ke rumah sakit karena hasil dari lab sudah keluar. Selain itu ia ingin menunggu putrinya yang masih koma di ruang ICU.
"Sersan, sesuai dengan dugaanmu, kalau obat yang dikonsumsi putrimu mengandung racun. Ini adalah jenis racun Degoxin. Racun ini terbuat dari bunga foxglove," jelas petugas laboratorium kepada Arion sekaligus menunjukkan hasil Lab.
"Bunga foxglove?"
"Iya, bunga itu tumbuh liar dengan ciri khas seperti lonceng dan mempunyai warna yang mencolok. Racun dari bunga ini bisa mematikan korbannya dalam sekali minum dengan dosis banyak, tapi sepertinya istrimu memberikannya pada putrimu dengan dosis rendah, maka dari itu racun tersebut bekerja melambat, namun mampu melumpuhkan sel saraf korbannya," jelas petugas laboratorium itu dengan detail.
"Istrimu sangat kejam sampai ke tulang! Dia tega berbuat seperti ini pada darah dagingnya sendiri!" lanjutnya turut emosi dengan kekejaman Vicky.
Arion mengeraskan rahangnya dengan kuat, kedua matanya tampak memerah bertanda ia sangat marah pada Vicky. Ia tidak menyangka kalau istrinya lebih kejam dari para mafia yang membunuh korbannya.
"Terima kasih atas kerja samanya, Prof. Aku akan menemui Vicky di penjara," ucap Arion
"Tunggu dulu! Aku belum selesai bicara!" tegas Profesor pada Arion. "Racun Degoxin tidak diperjual belikan, dan aku rasa istrimu membuatnya sendiri menggunakan bunga foxglove," jelasnya lagi pada Arion.
"Shiit!" umpat Arion kemudian keluar dari ruangan tersebut menuju kantor polisi terlebih dahulu. Rasanya ia ingin menembak kepala istrinya sampai pecah.
*
*
"Bagaimana keadaan putri Arion?" tanya Dom saat anak dan istrinya berkumpul di ruang makan untuk makan malam bersama.
"Buruk!" jawab Luc serius, kemudian menjelaskan kronologis istri Arion di amankan polisi karena telah meracuni anaknya sendiri.
Dom dan Lily dengan kompak menyentuh dada, tak habis pikir pada istri Arion yang sangat kejam pada darah dagingnya sendiri.
"Apakah dia depresi?!" tanya Lily geram dan juga turut emosi setelah mendengar ucapan putrinya.
"Aku rasa begitu," sahut Dom ikut geram. "Harimau dan singa saja tidak tega membunuh anaknya sendiri, tapi ini ..." Dom sampai kehabisan kata-kata, karena saking kejamnya perbuatan Vicky.
*
*
"Ha ha ha haaa." Vicky tertawa terbahak-bahak saat berhadapan Arion di kantor polisi. "Kenapa wajahmu terlihat menggemaskan sekali sayang? Kau kelihatan bahagia sekali," ucap Vicky di sela tawanya yang terdengar sangat mengerikan.
"Aku tidak menyangka selama 14 tahun telah menikahi wanita psikopat sepertimu!" desis Arion penuh emosi, menatap tajam Vicky dengan pandangan hancur.
"Yap! Itu karena kau bodoh, hi hi hi hi," balas Vicky sambil tertawa cekikikan. "Dan asal kau tahu, aku lelah dengan anak sialan itu yang selalu menyusahkan aku!" lanjut Vicky, emosi, menatap tajam suaminya.
"Aha! Satu rahasia yang sama sekali tidak kau ketahui adalah Vittoria bukanlah putri kandungmu. Ck ck ck,. Kasihan sekali hidupmu Arion."
Arion semakin mengeraskan rahangnya, kemudian mengeluarkan senjata apinya dan menodongkannya ke arah Vicky.
"Sersan, tahan emosimu!" tegas Ella yang mengawasi dari sudut ruangan tersebut. "Jangan dengarkan ucapan wanita gila itu. Vitt adalah putrimu, Sersan, tahan emosimu, jangan sampai menghabisi dia dengan tanganmu itu." Ella berusaha meredam emosi Arion yang sudah memuncak.
Arion menurunkan senjata apinya dengan terpaksa, kedua matanya mengembun, untuk pertama kalinya ia merasa tak berdaya dan kecewa yang begitu dalam.
"Arghhh!!!!!" teriak Arion penuh emosi, dan rasa sesak yang begitu menyakitkan di dalam dada.
Arti Bunga Foxglove, Bunga yang Melambangkan Ketidaktulusan, kesedihan, dan ambisi.