Namanya adalah Zhang Yu. Dia anak seorang tetua klan di Kota Qian Gu yang memiliki cukup pengaruh. Akan tetapi karena dirinya terlahir berbeda, semua orang menganggapnya sebagai sampah.
Namun, tanpa diketahui banyak orang ternyata Zhang Yu memiliki tubuh spesial. Beruntung dia bertemu dengan seorang guru yang tahu bagaimana cara membangkitkan kekuatannya. Mengubah dirinya dari seorang sampah menjadi genius berbakat mengerikan.
Ini adalah perjalanan Zhang Yu dalam membuktikan diri sebagai petarung terhebat. Mengemban nama kaisar petarung, mengguncang dunia dan membangun pondasi mencapai puncak keabadian.
Simak kisah lengkapnya dan jadilah saksi sebuah legenda tercipta. Kaisar Petarung!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 18 : Mengalahkan Zhang Feng
"Kurang ajar!"
Setelah terdorong mundur oleh serangan Zhang Yu, Zhang Feng dengan cepat menegakkan tubuhnya lalu berkelebat cepat sambil mengayunkan pedang.
Dia mengincar Zhang Yu dan memaksanya dalam pertarungan jarak dekat.
Namun sangat disayangkan, setiap serangan selalu dapat dipatahkan dengan mudah. Bahkan Zhang Yu yang tampak pasif, sekali mengayunkan pedang langsung memberi satu goresan memanjang di lengan Zhang Feng.
Zhang Feng meringis, dan wajahnya memerah. Sambil melompat menjaga jarak, dia mengusap darah yang menetes dari lengannya. "Aku tak percaya dapat dikalahkan oleh nya. Tidak, aku tidak percaya!"
Meski dalam pertarungan jarak jauh ia kalah, pertarungan jarak dekat ia juga kalah, tapi mustahil baginya mengakui Zhang Yu lebih baik darinya.
Dalam pandangannya, Zhang Yu tetap adalah sampah yang tidak dapat dibandingkan dengannya. Zhang Yu adalah orang yang ada di tingkat dasar, sementara dirinya ada jauh di atas.
"Feng'er! Gunakan teknik yang baru kau pelajari!"
Satu suara datang dari tempat duduk tetua. Zhang Feng spontan menoleh, kemudian melihat sang ayah yang berdiri dari tempat duduknya.
"Gunakan sekarang! Kau harus memenangkan pertarungan ini."
Zhang Feng sejenak merenung mendengar ucapan ayahnya, tapi tak lama kemudian dia mulai mengukir senyum di wajahnya.
"Aku hampir lupa tentang teknik ini ...." Tidak berlama-lama, Zhang Feng kembali menodongkan pedangnya.
Bersama dengan itu, bayangan cakar berwarna merah muncul di atas kepalanya. Cakar dengan kuku-kuku yang runcing dan mengeluarkan energi kekuatan yang menekan.
"Apa aku tidak salah lihat?! Itu adalah teknik pedang pembunuh!"
"Benar! Itu adalah teknik pedang pembunuh. Satu dari tiga teknik utama klan Zhang. Benar-benar tidak menyangka Zhang Feng telah menguasainya!"
Orang-orang heboh sendiri melihat teknik pedang pembunuh yang dikeluarkan oleh Zhang Feng. Sampai tidak menyadari ternyata Zhang Yu juga telah mengeluarkan teknik yang sama.
"Lihat! Ternyata Zhang Yu juga menguasainya."
Seruan datang dari salah satu penonton. Seketika semua orang menengadahkan kepala memandang ke tempat Zhang Yu dan benar-benar dibuat terkejut melihat teknik pedang pembunuh. Bukan hanya penonton, tapi juga Zhang Lei, bahkan Zhang Long dan Zhang Bing yang ada di tempat duduk tetua.
"Kakak, sejak kapan Zhang Yu mempelajari teknik pedang pembunuh?" tanya Zhang Bing masih tak percaya.
"Aku juga tidak tahu. Anak ini benar-benar memberiku kejutan!" jawab Zhang Long yang tak bisa lepas dari sang putra.
Zhang Feng, dengan matanya yang penuh kebencian menatap Zhang Yu kesal.
Cih!
"Aku mempelajari teknik ini sudah berbulan-bulan, kau tidak akan bisa mengalahkanku. Terima ini!"
Di waktu yang sama Zhang Yu juga melesatkan teknik pedang pembunuhnya. Dua bayangan cakar raksasa, meluncur dengan cepat seperti anak panah yang menungkik tajam ke bawah.
Tekanan udara berubah. Luapan energi menyebar ke seluruh penjuru. Beberapa orang yang berjaga di sekitar panggung segera bersiap menghadapi guncangan. Dan ....
Booomm!
Ledakan hebat terjadi ketika dua teknik yang sama itu bertemu. Terlalu kuat, hingga pondasi panggung pertarungan retak.
Namun, naas bagi Zhang Feng. Serangan teknik pedang pembunuhnya tidak sekuat milik Zhang Yu. Tubuhnya terpelanting puluhan langkah hingga ia memuntahkan seteguk darah.
Seluruh penonton menahan nafas. Tidak ada yang bicara seolah telah kehilangan kata. Begitu pula dengan Zhang Xu yang tidak lagi melihat harapan bagi sangat putra untuk menenangkan tempat pertama.
Sial!
Pria tua itu memukul pegangan kursi dengan keras. Dia bangkit dari tempat duduknya ingin melompat ke atas panggung pertarungan dan menjemput Zhang Feng. Tapi pada detik yang sama, perhatiannya tanpa sengaja mengarah pada Zhang Yu.
Putra Tetua Kedua itu masih tidak menarik kekuatannya. Tatapannya tertuju pada Zhang Feng dan tampak kelam.
"Apa yang akan ...."
Belum juga Zhang Xu menyelesaikan kalimatnya, Zhang Yu telah berkelebat cepat mengincar putranya yang berlutut dalam kondisi lemah.
Tentu saja Zhang Feng tidak bisa menghindar. Satu tinju yang kuat tepat mendarat di perutnya.
Blam!
Tidak main-main. Tubuh Zhang Feng terlempar keluar dan menghantam tanah sangat keras.
Mata Zhang Xu membulat sempurna. Berangsur itu menjadi merah dan gelap. Dia bergegas meninggalkan tempat duduknya melihat keadaan sang putra.
"Feng'er!" Dia sangat cemas dan berusaha membangunkan putranya yang tak sadarkan diri.
Namun upayanya tak membuahkan hasil. Zhang Feng tak merespon dan dari mulutnya masih mengeluarkan darah.
"Kurang ajar! Aku akan membunuhmu!" Zhang Xu mengambil pedangnya yang tergeletak tak jauh dari tempat Zhang Feng. Dengan kekuatannya yang ada di tingkat senior bintang satu dia berniat membunuh Zhang Yu.
Tapi satu suara membuat pedangnya tertahan di udara.
"Tetua Zhang Xu, bukankah yang kau lakukan ini tidak benar? Sebagai senior, kau malah menindas junior. Ini sedikit keterlaluan."
Zhang Xu menyipitkan mata dan perlahan memutar badan memandang pada sosok yang berbicara. "Seharusnya Pangeran Ketujuh juga melihat apa yang dilakukannya pada putraku. Sudah jelas dia sudah menang, tapi masih menyerang dengan kekuatan seperti itu. Sangat jelas jika dia berniat membunuh!"
Xuan Yin tidak langsung menjawab. Dia bertanya pada Zhang Yu. "Tetua Zhang Xu berpikir kau berniat membunuh putranya, apa benar begitu?"
Zhang Yu mengangkat kedua tangannya. "Ada peraturan dilarang membunuh, bagaimana mungkin aku berniat membunuhnya. Ini benar-benar tidak sengaja. Aku berpikir Zhang Feng masih bisa bertarung, jadi menyerang seperti biasa. Mohon Pangeran Ketujuh memberi keadilan."
Xuan Yin mendengus dalam hati ketika mendengar jawaban Zhang Yu. Namun dia mencoba untuk mengabaikannya kali ini.
"Tetua Zhang Xu, kau sudah mendengar penjelasannya, bukan? Dia tidak berniat membunuh. Selain itu, dibandingkan memperpanjang masalah ini, kau harusnya memikirkan keselamatan putramu."
"Bagaimana menurut Patriark Zhang?" tanya Xuan Yin pada pria di ujung samping tempat duduk.
"Emn-yah ... Pangeran Ketujuh sangat benar. Pada saat itu Zhang Feng belum menyerah dan masih berada di atas panggung pertarungan. Jadi pertarungan tidak bisa dikatakan selesai, sementara Zhang Yu hanya melakukan tugasnya untuk bertarung." Zhang Lei tahu keputusannya ini akan menyinggung perasaan Tetua Pertama. Tapi di sini ada Pangeran Ketujuh yang sudah angkat bicara. Mau tidak mau dia harus setuju dengan ucapannya.
Zhang Xu tidak bisa melakukan apapun pada saat ini. Selain Patriark, juga ada Pangeran Ketujuh yang membela Zhang Yu. Terlebih sebagian penonton pun tampak mendukung Zhang Yu. Jika dia tetap bersikeras, hanya akan mempermalukan diri sendiri.
"Tetua Kelima, tolong periksa bagaimana keadaan putraku." Zhang Xu melirik Zhang Lou yang baru saja kembali setelah mengobati Zhang Hou.
Zhang Lou mengangguk samar, kemudian memeriksa dengan keahliannya.
"Tetua Pertama, sepertinya ini hanya luka dalam biasa. Mungkin satu-dua hari Zhang Feng akan pulih sepenuhnya. Sekarang kau cukup membawanya kembali dan nanti aku akan mengantar obat ke kediamanmu."
"Baiklah, terima kasih!" Zhang Xu mengelap darah di sudut bibir putranya dan membopongnya. Saat akan kembali ke kediaman, tatapan matanya tertuju pada pasangan ayah dan anak yang ada di atas panggung pertarungan.
"Zhang Long! Jika sampai terjadi sesuatu pada putraku, kau dan putramu akan menerima akibatnya. Camkan itu!"