Unwanted Bride (Pengantin yang tak diinginkan)
Nazila Faradisa adalah seorang gadis dari keluarga broken home. Karena itulah ia menutup hatinya rapat dan bertekad takkan pernah membuka hatinya untuk siapapun apalagi menjalani biduk pernikahan. Hingga suatu hari, ia terlibat one night stand dengan atasannya yang seminggu lagi akan menyelenggarakan pesta pernikahannya. Atas desakan orang tua, Noran Malik Ashauqi pun terpaksa menikahi Nazila sebagai bentuk pertanggungjawaban. Pesta pernikahan yang seharusnya dilangsungkannya dengan sang kekasih justru kini harus berganti pengantin dengan Nazila sebagai pengantinnya.
Bagaimanakah kehidupan Nazila sang pengantin yang tidak diinginkan selanjutnya?
Akankah Noran benar-benar menerima Nazila sebagai seorang istri dan melepaskan kekasihnya ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.7
Brakkk ...
Noran melemparkan sebuah map berwarna biru ke hadapan Nazila dengan sorot mata kebencian.
"Baca itu dan segera tanda tangani!" tegas Noran membuat alis Nazila berkerut dalam.
"Surat kontrak pernikahan?" lirih Nazila saat membaca halaman pertama dari isi map itu. Nazila tersenyum getir, sesuatu yang paling ditakutinya sepertinya akan benar-benar terjadi.
'i hate marriage.' gumam Nazila pelan dengan senyum pahit getir di bibirnya.
Lalu Nazila pun membaca satu persatu poin yang tertera di dalam kontrak pernikahan itu. Isinya hanya berupa berapa lama masa pernikahan mereka juga kompensasi yang akan didapatkan setelah mereka bercerai. Lama pernikahan mereka hanya selama 6 bulan dan bila ia sampai mengandung maka lama pernikahan mereka akan diperpanjang selama 1 tahun hingga ia selesai melahirkan. Pihak kedua juga bebas bila ingin membawa bayinya. Pihak pertama takkan mencegah. Nazila tersenyum getir, ia belum hamil saja anaknya sudah ditolak mentah-mentah.
Lalu di poin terakhir, terdapat penjelasan mengenai kompensasi yang akan ia terima setelah bercerai. Nazila tak pernah mengharapkan apa-apa dari atasannya itu. Seandainya bisa, ia bahkan tak pernah mau terikat dengan yang namanya pernikahan. Baginya, pernikahan adalah sumber luka dan penderitaan karena itu ia berniat takkan pernah menikah seumur hidupnya, tapi kini, ia justru terjebak dalam pernikahan berduri ini. Tak ada jalan keluar lain. Ia hanya bisa pasrah menjalaninya.
Tanpa ragu, Nazila mencoret poin terakhir dalam surat kontrak pernikahan tersebut dan menuliskan sesuatu lalu menandatanganinya. Kemudian ia kembali meletakkan map itu ke tempatnya semula. Setelah itu, ia sedikit membungkukkan tubuhnya dan keluar dari ruangan itu.
Noran tampak menatap lekat setiap pergerakan Nazila saat membuka lembar demi lembar surat perjanjian itu. Walau samar, ia nampak tersenyum. Tapi senyuman itu tampak janggal. Bukan senyum kebahagiaan, tapi lebih seperti sebuah ... luka. Apalagi saat Nazila meletakkan kembali map itu. Netranya tampak berkaca. Entah apa yang ada dipikirannya. Atau kompensasinya terlalu sedikit baginya? Atau dia berharap bisa menjadi istrinya selamanya? No way! Noran takkan pernah membiarkan hal itu terjadi. Yang pantas menjadi istrinya hanya Sarah. Yang pantas menjadi pendamping hidupnya hanyalah Sarah. Dan yang pantas mendapatkan cintanya hanyalah Sarah. Ya, hanya Sarah seorang.
Setelah Nazila keluar dari ruangan itu, Noran mengambil map perjanjian itu kembali dan ia reflek membelalakkan matanya saat melihat poin terakhir telah dicoret dari daftar. Lalu terdapat sebuah catatan.
Note : Aku nggak butuh uangmu.
Noran mengepalkan tangannya erat. Sebenarnya apa yang diinginkan gadis itu pikir Noran.
...***...
Hari sudah cukup larut, ibu Nazila telah tertidur pulas di kamarnya. Nazila bergegas pergi ke rumah bi Arum yang tepat berada di sebelah rumahnya. Nazila mengetuk pintu kemudian masuk setelah dipersilahkan.
"Mau minum apa, La?" tanya Bi Arum saat Nazila telah mendudukkan bokongnya di lantai yang beralaskan karpet tipis.
"Nggak usah repot-repot, bi. Ila ke sini mau ngomong sesuatu sama Mang Giman dan bi Arum. Ada hal penting." tukas Nazila membuat mang Giman dan bi Arum lantas mengerutkan keningnya.
Mereka pun bergegas duduk di dekat Nazila. Tidak biasanya Nazila mengajak mereka bicara seperti ini. Pasti hal itu sangatlah penting sehingga Nazila sampai rela mendatangi mereka di saat hari sudah cukup larut seperti ini.
"Ada apa, La? Kamu ada masalah? Cerita aja siapa tau kami bisa bantu." tukas mang Giman. Nazila tersenyum sendu. Ia bersyukur, ia masih memiliki orang-orang yang menyayanginya dengan tulus seperti bi Arum dan mang Giman. Bi Arum dan Mang Giman sudah seperti orang tua pengganti bagi Nazila karena itu ia begitu menyayangi kedua orang tuanya
"Mang, bi, Ila mau ngasi tau sekaligus minta izin, kalau Minggu nanti Ila ... Ila akan ... nikah sama atasan Ila." ujar Nazila seraya tertunduk lesu.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
Bahkan 30 detik telah berlalu, tapi bi Arum dan Mang Giman masih saja mematung. Mereka mencoba mencerna apa yang baru saja Nazila katakan. Mungkinkah mereka salah pendengaran? Tidak ... Mereka merasa tidak salah dengar.
"La, yang Mamang sama bibi dengar tadi serius? Bukan prank kayak yang ada di acara-acara TV itu kan?" tanya bi Arum penasaran.
Nazila tersenyum getir lalu mengangguk pelan membuat bi Arum dan Mang Giman melotot tak percaya.
"Astaga ... astaga, kok bisa mendadak gini sih, La! Terus kata kamu Minggu nanti itu, tinggal beberapa hari lagi dong? Kok mendadak banget. Nggak ada acara lamar-lamaran atau gimana dulu nih? Kok ambil keputusan sepihak tanpa meminta persetujuan kita lagi, La. Apa kamu udah nggak anggap kami keluarga kamu lagi jadi kami nggak dianggap penting?" cetus BI Arum dengan mata berkaca-kaca. Tadi awalnya ia berseru girang tapi saat ingat waktu yang sudah begitu mepet, ia baru sadar, bahkan orang tua laki-laki saja belum ada itikad baik untuk menemui mereka, tapi mereka justru sudah menentukan waktunya terlebih dahulu.
"Bi, bukan begitu. Andai bisa, Nazila nggak pernah mau menikah. Tapi, Nazila terpaksa." jawab Nazila sendi dengan wajah tertunduk lesu. BI Arum dan Mang Giman diam, mereka hanya menyimak. Menunggu Nazila mengungkapkan segala hal yang membuat mereka bingung.
"Bi, Minggu tadi, saat Nazila mengikuti gathering, nggak tau bagaimana caranya dan apa yang sebenarnya apa yang terjadi, tau-tau pas Nazila bangun, Nazila ... Nazila udah ... hiks ... hiks ... kehilangan kesucian Nazila. Nazila udah kotor, bi. Pelakunya atasan Nazila sendiri, tapi ia nggak merasa melakukannya. Dia ... dia ... " Lalu Nazila pun menceritakan segala yang terjadi mulai dari awal. Bi Arum tersedu mendengar penuturan Nazila. Bagaimana gadis baik, lembut, dan rapuh ini mendapatkan cobaan yang begitu bertubi. Dari diabaikan dan ditinggalkan ayahnya selingkuh sejak kecil, lalu sang ibu yang depresi hingga akhirnya terkena stroke, lalu kini ia diperkosa oleh atasannya sendiri. Seakan penderitaan yang ia pukul belum cukup, ia harus menjalani pernikahan tanpa cinta. Tapi Nazila tidak menceritakan perihal kontrak pernikahan yang diajukan Noran. Biarlah pahit getir itu ia telan sendiri. Ia tidak ingin membawa-bawa BI Arum dan Mang Giman yang sudah begitu berjasa membantu mengurus ibunya dan dirinya selama ini. Ia tak mau menambah beban kedua orang tua penggantinya itu.
"Karena itu, Nazila sengaja minta mereka tidak melakukan pertemuan atau lamaran sama sekali, bi. Nazila nggak mau sampai warga sini heboh. Biarkan saja semuanya mengalir apa adanya. Di luar Nazila memang sudah menikah, tapi di sini, Nazila tetaplah Nazila. Karena memang begitulah adanya. Andai bisa menghindari pernikahan ini, Nazila lebih baik nggak pernah sama sekali menikah sebab Nazila tau bagaimana akhirnya. Pasti nggak bakalan jauh seperti kisah ibu. Tapi semuanya telah telanjur terjadi jadi Nazila hanya bisa menjalani dengan atau tanpa adanya cinta. Karena mencintai seseorang itu, hanya akan membuat kita sakit." lirih Nazila dengan mata berkaca-kaca.
"La, kamu nggak boleh putus asa. Siapa tau, dia memang jodoh kamu. Kalau bisa, seharusnya kamu buat dia jatuh hati sama kamu, jangan patah semangat seperti ini." nasihat bi Arum.
"Apa kata bibi kamu benar, La. Rejeki, jodoh, maut itu semua di tangan Allah. Siapa tau, ini jalan untuk jodohmu sebenarnya. Apalagi sebelumnya kamu udah memproklamirkan nggak akan menikah sampai kapanpun. Kalau nggak ada peristiwa ini kan pasti kamu nggak akan pernah menikah sama sekali. Jadi jalanin aja seraya berdoa kepada Allah. Minta petunjuk semoga hati calon suami kamu terbuka dan bisa menerima kamu apa adanya." nasihat mang Giman membuat Nazila terdiam dengan pikiran yang berkecamuk.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...