Terpaksa Menikah Dengan Guru Galak

Pria yang di harapkannya akan menjadi sumber kebahagia, kini telah menjadi salah satu penyebab penderitaannya. Seorang Ayah yang selalu di banggakannya, kini bagaikan orang asing di kehidupannya. Walaupun ia tinggal serumah, Janus dan Adit tak pernah sekalipun berbincang layaknya seorang ayah dan anak. Bahkan untuk bertegur sapa pun tak mereka lakukan. Entah apa yang membuat Adit menjadi seorang ayah yang dingin. Setiap kali Adit berpapasan dengan Janus di rumah, Adit selalu saja menghindar. Raut wajahnya nampak sedih tiap kali ia berpapasan dengan putra keduanya itu.

Empat tahun sudah Janus tinggal di negara yang memiliki beribu-beribu pulau. Tanpa kehadiran Kim Yu Na di sampingnya, Janus tumbuh menjadi anak yang memiliki sifat yang dingin dan tak banyak berbicara. Janus lebih banyak membaca buku dan menghabiskan waktunya untuk belajar hanya sekedar untuk menghilangkan rasa sedih yang di rasanya setiap saat. Terlampau banyak ia merindukan sosok ibu di sampingnya. Air matanya terus mengalir tiap kali ia teringat dengan ibunya. Namun, perasaan benci terhadap ibunya juga perlahan terus tumbuh. Rasa benci itu tumbuh, tiap kali ia teringat ketika Kim Yu Na pergi meninggalkannya.

Kini Janus sudah menginjak usia yang ke sebelas tahun. Janus yang pintar, di usianya yang ke 5 tahun ia sudah duduk di bangku sekolah dasar. Oleh sebab itu, di usianya yang sekarang Janus sudah memasuki kelas tujuh. Janus cukup populer di sekolah, sebutan pria tampan yang pintar dan anak dari pemilik perusahaan terkemuka menjadi sebuah perbicangan di kalangan murid sekolah. Dan di bangku SMP ini, Janus di pertemukan dengan kedua sahabatnya Wandi dan Rio, seorang sahabat yang bagaikan keluarga di hidupnya.

Dan semejak ia tinggal di Indonesia, Janus memiliki gangguan tidur dan gangguan kecemasan yang berlebih. Setiap malam Janus lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar di bandingkan tidur. Tak hanya gangguan tidur dan kecemasan saja, Janus juga memiliki ketakutan berlebih dengan ruangan yang gelap gulita. Ia sering kali merasa sesak tiap kali ia berada di tempat yang sangat gelap.

Behari-hari gangguan tidur dan gangguan kecemasannya semakin parah, Janus pun memutuskan untuk melakukan pemerikasaan mengenai kondisinya tanpa sepengetahuan dari keluarganya. Sebagai anak di bawah umur, Janus mana mungkin bisa pergi ke psikiater seorang diri. Karena tak ingin keluarganya tahu, ia sering kali meminta sopir pribadi keluarganya untuk pergi mengantarnya. Tiap bulan ia melakukan pemeriksaan dan terapi, tetapi tak membuahkan hasil. Agar bisa tertidur Janus sering kali meminum obat yang di anjurkan oleh dokter. Sudah sangat bosan dengan obat yang di konsumsinya setiap hari.

Tiga tahun berlalu, kini Janus sudah memasuki bangku SMA. Dan tepat di tahun ini, Janus masih melakukan pemeriksaan rutin ke psikiater maupun ke psikolog.

Di bangku SMA Janus masih sama memiliki peran sebagai pria populer di sekolahnya. Suatu ketika di semester 2 di kelasnya yang masih duduk di bangku kelas sepuluh. Seorang perempuan cantik yang bernama Luna datang sebagai murid pindahan. Ia di tempatkan duduk bersebelahan dengan Janus, yang membuat semua murid perempuan di kelasnya iri.

Luna lalu menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Janus. "Perkenalkan namaku Luna, boleh tahu nama kamu siapa?"

"Janus."

Sikap dingin Janus tak membuatnya untuk berniat berjabat tangan dengan Luna, ia hanya fokus menatap ke arah depan tanpa melirik sedikit pun kepada perempuan yang duduk di sampingnya itu. Sikapnya sangat dingin terhadap Luna, jangankan kepada Luna. Janus juga bersikap dingin kepada semua perempuan di sekolahnya. Sikap Janus membuat Luna semakin penasaran dan ingin menjadi lebih dekat dengan pria yang sulit di dekati itu.

Berulang kali Luna mendekatkan diri kepada Janus dan berung kali pula Janus menghindarinya. Lalu suatu ketika, Janus bertemu Luna di klinik tempatnya melakukan pemeriksaan rutin. Janus seketika merasa gelisah, saat tahu Luna juga ada disana.

"Sedang apa kamu disini?" tanya Luna.

"Bukan urusanmu, untuk tahu apa yang ku lakukan disini."

Sebuah kondisi yang di sembunyikannya, kini harus di ketahui oleh seseorang. Membuat Janus cemas, jika Luna akan menyebarkan tentang kondisinya. Lalu tiba-tiba saja dokter psikiater datang menghampiri Janus dan Luna yang tengah berdiri di lorong itu.

"Kalian saling kenal?" tanya dokter psikiater tersebut.

"Iya, kita satu kelas," jawab Luna.

Janus yang nampak gugup itu, melakukan pertanyaan yang membuatnya merasa penasaran dengan keberadaan Luna di klinik.

"Apa kamu juga melakukan pemeriksaan?"

"Tidak, aku habis mengantarkan makan siang untuk ibuku," jawab Luna tersenyum

"Hah ibu kamu yang mana? tanya kembali Janus.

Seorang psikiater yang berdiri di sampingnya itu seketika tersenyum menatap Janus. "Saya ibunya Luna."

Janus pun di buat kaget, saat tahu Luna adalah anak dari dokter psikiater sekaligus pemiliki klinik tempatnya melakukan pemerikasaan rutin. Dan semejak pertemuannya itu, kini Janus mulai dekat dengan Luna.

Sebagai anak dari psikiater, Luna juga sering kali memberi saran untuk Janus mengenai kondisinya. Selain Rio dan Wandi, kini Luna menjadi tempat Janus mengeluarkan semua isi hatinya. Untuk pertama kalinya seorang perempuan datang memberikan sebuah kebahagian di hati Janus. Setiap malam, Luna selalu menghubungi Janus lewat ponselnya. Hanya sekedar berbincang lewat telepon saja itu sudah membuat Janus merasa nyaman. Dan setiap selesai bertelponan dengan Luna, anehnya Janus bisa tertidur dengan nyenyak tanpa harus meminum obat terlebih dahulu.

Semenjak kedekatannya dengan Luna, perlahan kondisi Janus mulai membaik. Dan perlahan Janus sudah tak mengonsumsi obat, bahkan Janus juga sudah tak melakukan pemeriksaan.

Setiap detik dan setiap saat perasaan Janus mulai tumbuh terhadap Luna. Kini Janus sudah mulai jatuh cinta kepada perempuan yang sudah menjadi obat untuknya.

Ketika Janus duduk di bangku kelas sebelas, Janus mulai mengungkapkan perasaannya kepada Luna.

"Aku mencitaimu. Kepada perempuan yang telah membuatku bangkit dari keterpurukan. Kepada perempuan yang telah mengobati luka di hatiku. Maukah kau menjadi kekasihku."

Saat tahu bahwa pria yang menyatakan perasaannya juga menaruh hati. Luna sampai menitikan air matanya.

"Iya aku mau," ucapnya yang kemudian mendekap erat pria yang sedang berlutut menyatakan perasaanya.

Janus pun tersenyum bahagia, saat Luna menerimanya sebagai kekasih. Kini Janus dan Luna telah menjadi sepasang kekasih yang membuat iri semua orang di sekolah.

Kini hari-hari Janus di penuhi dengan senyuman, perempuan itu kini telah menjadi sumber kebahagian bagi Janus.

Dua tahun sudah Luna menjadi kekasih Janus Geo Sayuda. Suatu ketika pertemuan keluarga dengan rekan bisnis di adakan di rumah Baskara Sayuda. Pertemuan tersebut di sambut dengan acara makan malam.

Tiba-tiba Janus di buat kaget, saat tahu bahwa Luna merupakan putri tunggal dari rekan bisnis yang di undang Baskara dan Adit.

Walaupun Janus dan Luna memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih. Akan tetapi di acara makan malam itu, Janus menyembunyikan hubungannya dengan Luna. Ia hanya mengakui Luna sebagai teman sekolahnya.

Bertahun-tahun sudah Janus menyembunyikan hubungannya dari semua anggota keluarganya. Dan di tahun ketiga ia menjalin hubungannya dengan Luna, tiba-tiba Luna menghubunginya lewat telepon. Nada bicaranya seperti sedang menangis, suara sengau di barengi dengan segukan terdengar dari ponsel.

"Kita akhiri saja hubungan ini," ucap Luna.