"Lupakan status kita sebagai saudara tiri, kau yang menggagalkan ku bermain dengan para wanita maka kau sendiri yang menggantikan posisi mereka." (Ares Leonardgo).
1 Tahun tinggal sendirian Naomy Laura Gilbert biasa dipanggil Nao terpaksa harus meninggalkan dunia bebasnya demi keinginan sang mama untuk tinggal bersama keluarga barunya..
Di rumah baru itu Nao bertemu dengan kakak tirinya pria tampan blasteran France (Ares Leonardgo) yang tanpa sepengetahuan Nao jika keduanya pernah satu ranjang menghabiskan waktu dalam satu selimut.
.
.
Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka berdua? simak kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
"Bukankah kau pernah bilang sama sekali tidak bernafsu padaku?." Lirih Nao sengaja saat mengingat ucapan Ares kala itu.
"Itu bohong, sangat bodoh jika kau mempercayainya, kau dapat merasakan perubahan sikapku saat bersamamu. Right?." Balas Ares menempelkan hidung mancung mereka.
Nao tersenyum dengan kesan mengejek. "Kau memang menyebalkan."
Mata keduanya saling tatap, Nao seolah tahu apa yang diinginkan Ares saat ini. "Boleh, tapi jangan lebih kita sedang di kantor bagaimana jika ada yang melihat."
Tangan kekar Ares menyingkirkan rambut panjang Nao yang menutupi lehernya, dengan perlahan Ares mencium leher jenjang itu membuka bibirnya untuk mengh*sap dalam.
Nao memejamkan mata akan sensasi yang diberikan Ares. "Apa aku salah mengijinkannya?." Batin Nao mulai tegang akan posisi mereka saat ini juga.
"Ahh pelan-pelan.. Kenapa menggigitnya? kau vampir?." Bisik Nao dengan pipi merona.
Ares tersenyum seraya kembali menciuminya. "Candu, hanya sedikit saja."
"Oke hanya sedikit."
"Nao.." Ujar Ares yang masih membenamkan wajahnya pada leher sang kekasih.
"Hmmm?."
"Apa saat itu kau tidak hamil?."
Nao kembali mengingat kejadian yang dimana kesuciannya terenggut, ia tahu waktu itu Ares tak menggunakan pengaman. "Tidak, mungkin Tuhan masih mengasihani ku karena identitas mu sama sekali tak ku ketahui."
Gigi Ares melepas kancing kemeja Nao.
"Aku tak akan melakukan lebih jika kau tak memintanya sendiri, kau kini kekasihku aku menghargai-mu." Lirih Ares dengan lidah yang mulai lihai meninggalkan jejak pada area dada Nao.
"Emmh!..." Nao tak bisa menahan diri untuk tak meloloskannya.
Nao membuka mata ia sedikit panik juga tegang saat merasakan sesuatu yang keras mengenai pinggulnya. "Apa itu?."
"Kau merasakannya?." Bisik Ares yang membuat Nao tersipu.
Mendapati Ben yang berjalan ke arah mobil Ares, Nao langsung merubah posisi duduk kembali seperti semula. Merapikan penampilan yang diacak-acak oleh Ares.
Tok tok tok!
Ben mengetuk pintu mobil.
Ares membuka kacanya. "Ada apa?."
Mata Ben tertuju pada Nao, Nao menyapa sahabat dari sang kakak. "Hallo kak."
"Hai Nao."
"Jangan menatapnya lama!." Kesal Ares yang bertanya malah di kacangin Ben.
"Oke-oke, om Agam menyuruhmu untuk memasuki ruangannya sekarang juga."
"Apa Tessa masih ada di sana?."
"Ya."
Ares menoleh pada Nao. "Kau percaya padaku itik?."
"Hmm lakukan saja aku percaya, ini demi pekerjaan." Balas Nao mau tak mau.
Nao dan Ares kini keluar dari dalam mobil.
"Aku juga harus pulang." Lanjut wanita cantik itu.
Ares melihat sekeliling.
Cup!
Ia mengecup bibir Nao sekilas setelahnya Ares meninggalkan kekasihnya.
Nao sendiri berjalan menuju mobilnya dan masuk, menancap gas untuk pulang. "Lihatlah bekas merah ini ya ampun! bukankah dia bilang hanya sedikit?."
Dari pantulan kaca mobil Nao dapat melihat leher jenjangnya hingga area dada atas dipenuhi tanda cinta.
Sebelum sampai rumah Nao kalang kabut menutupi bekas itu dengan foundition.
"Hai non." Sapa si bibi saat putri majikannya pulang, ia sedang menyapu halaman.
"Hai bi, ini mobil mama kemana apa bepergian?." Tanya Nao melihat parkiran mobil kosong hanya tersisa yang lain.
"Iya non tadi kelihatannya buru-buru, katanya mau menemui tuan Andrew."
"Tumben tak mengabari dulu." Batin Nao seraya melangkah masuk rumah namun ia tak mempermasalahkan itu.
Setelah mendapati keluarga baru, Nao kini jarang menghabiskan waktu dengan ibunya, Sarah ikut sibuk menemani Agam sebagai direktur juga membagikan kasih sayang dengan kedua kakaknya. Walaupun banyak uang juga kuasa rasanya hal itu tidak bisa membeli semuanya.
Mengingat Ares cukup membuatnya melupakan semua yang terjadi, Nao mengembangkan senyum seolah tak menyangka akan sejauh ini melangkah. "Ternyata aku tak bisa lepas dari pria itu."
Sesampainya di kamar Nao duduk di tepi ranjang, ditatapnya sebuah foto yang berada di atas nakas. Foto yang terdapat Nao bersama ayahnya Ishak. "I miss you dad."