Terpaksa Menikah Dengan Guru Galak
Dari arah kamar utama sepasang suami istri sedang bercengkrama, membicarakan sebuah rencana untuk purti sulungnya.
"Pah Gimana ya, kita bicara sama Astrid... tetang rencana kita dan keluarga pak Baskara."
"Entahlah, papah juga bingung harus bicara gimana, papah takut Astrid ga suka... tapi kan ini perjanjian yang sudah lama, walaupun waktunya harus di percepat."
Deg...
Dari arah luar kamar seseorang lewat, dan mendengar pembicaaran tersebut. Si pendengar pun merasa terkejut dan heran tentang pembicaraan sepasang suami istri tersebut.
Si pendengar tersebut bernama Astrid Githa Ardana, orang-orang biasa memanggilnya Astrid. Astrid merupakan anak sulung dari pasangan yang bernama Johan dan Maya. Umur Astrid masih terbilang sangat muda, yaitu berumur 17 tahun. Astrid masih duduk di kelas XII, yang biasa kita sebut kelas 3 SMA. Astrid memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Arya, yang saat ini berumur 11 tahun dan duduk di bangku kelas 6 SD.
Seketika Astrid merasa cemas, setelah mendengar pembicaraan kedua orang tuanya. Meskipun Astrid tak mengerti maksud dari pembicaraan tersebut, namun perasaan Astrid merasa tak enak.
Astrid kembali ke kamar dengan perasaan yang penuh khawatir setelah mendengar pembicaraan kedua orang tuanya.
Astrid membaringkan tubuhnya di atas ranjang sembari melamuni dan memikirkan pembicaraan kedua orang tuanya.
"Mamah sama papah lagi bicarain apa ya... apa sesulit itu untuk bicara sama aku," gumam Astrid menatap lampu yang menyala di atas langit-langit kamarnya.
Astrid merasa resah sampai ia tak bisa tertidur, dan berulang kali melamun memikirkan pembicaraan kedua orang tuanya.
"Jangan-jangan aku bukan anak kandung mereka, makannya mamah sama papah ragu untuk berbicara," gumam Astrid sembari membayangkan.
Pikiran Astrid terus berkeliling, Astrid merasa penasaran dengan apa yang di bicarakan oleh kedua orang tuanya tadi.
"Kenapa perasaanku tak enak begini ya... aku bahkan tak bisa tidur lelap karena terus kepikiran," gumam Astrid kembali.
Jam terus berdetak, Astrid hanya terdiam sembari mendengar detakan jam di sebelah ranjangnya. Mungkin jika fokus mendengarkan suara detakan jam, Astrid akan mulai mengantuk. Satu jam telah berlalu, mata astrid perlahan mulai menutup dengan rapat. Pada akhirnya Astrid bisa tertidur dengan lelap.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ke esokan harinya, jam waker di kamar Astrid terus berbunyi. Namun Astrid tak kunjung juga bangun, mungkin karena semalam ia tak bisa tertidur dengan nyenyak. Saking lelapnya Astrid tertidur, suara keras dari alarm pun tak bisa membangunkannya. Lalu Maya ibunya Astrid datang ke kamar untuk membangunkan putri sulungnya tersebut.
"Kak bangun udah pagi... cepat bangun nanti telat sekolah," ucap maya membangunkan anak sulungnya sembari menepuk-nepuk tubuhnya.
"Masih ngantuk mah," ucap Astrid menggeliat tanpa membuka matanya.
"Ini udah jam setengah 7, nanti kamu telat masuk sekolah loh," ucap maya yang masih menepuk tubuh Astrid.
"Hah jam setengah 7," ucap Astrid terkejut dengan spontan berdiri dari tempat tidurnya itu.
Astrid pun terburu-buru mengambil handuk dan segera pergi ke arah kamar mandi. Namun ketika akan membuka pintu kamar mandi, pintu tersebut terkunci.
"Siapa di dalam, cepetan dong," ucap Astri mengeraskan suaranya.
"Kakek... bentar kakek belum selesai mandinya," teriak Kakek Astrid yang bernama Pratama.
"Cepetan dong kek ga usah lama-lama...ga bersih juga ga apa-apa, lagian ga bakal ada cewek yang suka," ucap Astrid menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Iya... iya kakek bentar lagi selesai," ucap kakek Astrid tersebut.
Tak lama kemudian, kakeknya pun akhirnya keluar dari kamar mandi.
"Lama banget sih kek," ucap Astrid dengan terburu-buru memasuki kamar mandi.
"Kakek kan harus bersih, tua-tua gini nenek-nenek banyak yang suka loh," sindir kakeknya mengeraskan suara.
Tak lama Astrid mandi, Astrid pun lalu kembali ke kamarnya untuk berpakaian. Setelah berpakaian rapih, Astrid segera pergi ke arah meja makan dengan terburu-buru. Lalu meminum habis segelas susu yang telah di sediakan ibunya di meja makan.
"Mah, pah, kakek, aku berangkat sekarang ya," ucap Astrid setelah meminum habis susu tersebut, lalu mencium tangan kedua orang tuanya dan kakeknya.
"Eh kenapa ga makan dulu," ucap Maya.
"Engga ah udah telat," ucap Astrid sembari melangkah pergi.
Seketika langkah Astrid terhenti di pintu rumahnya. Astrid teringat dengan perbincangan kedua orang tuanya tadi malam. Karena rasa penasaran terus menyelimuti pikirannya, Astrid pun kembali menghampiri kedua orang tuanya tersebut.
"Mah, pah, Astrid lupa mau nanya sesuatu," ucap Astrid dengan jantung yang berdegup kencang.
"Hah memangnya mau nanya apa, sampai balik lagi," ucap Maya yang heran dengan anak sulungnya itu.
Seketika Astrid menelan salivanya, ketika kegugupan terus menyelimuti sekujur tubuhnya tersebut.
"Hm... Astrid beneran a...nak kandung kalian kan?" tanya Astrid dengan nada yang terbata-bata.
"Hah, jelaslah kamu anak kandung kami... memangnya kamu ga ngaca apa, wajah kamu ga berbeda dari kami," jawab Johan yang terkejut dengan pertanyaan putri sulungnya.
"Syukurlah, kalau gitu Astrid pamit pergi sekarang ya," ucap Astrid sembari melangkah pergi.
Astrid pun merasa tenang karena pikiran yang semalam ia lamuni itu salah. Namun rasa penasaran tersebut masih menyelimuti pikirannya. Astrid memang masih ingin bertanya, namun waktu yang terus berjalan membuatnya tak bisa lebih lama lagi untuk bertanya kembali.
Astrid berlari ke arah jalan raya untuk menaiki angkutan umum. Dan ketika Astrid telah sampai di jalan raya, Astrid tak perlu lagi menunggu Angkot karena mobil tersebut sudah berada disana. Namun pada saat Astrid akan menyebrang, tiba-tiba saja sebuah mobil sport lewat dengan kecepatan tinggi hingga genangan air yang berada tepat di depan Astrid menciprat baju dan wajahnya.
"Hah, oh sialnya," ucap Astrid terkejut dengan mulut yang menganga.
Lalu tak jauh dari tempat Astrid berdiri, mobil tersebut terhenti. Si pengedara mobil tersebut pun turun dari mobil sportnya itu dan langsung menghampiri Astrid.
"Maaf tadi saya ga sengaja, soalnya saya lagi buru-buru," ucap Si pengendara mobil sport tersebut.
Seketika Astrid semakin terkejut, ketika pengendara mobil tersebut memiliki perawakan tinggi dengan wajah tampan yang tampak sempurna di mata Astrid. Astrid pun terus menatapnya tanpa mengedepikan mata sama sekali. Lalu seketika Astrid pun tersadar bahwa baju dan wajahnya tampak kotor.
"Anda bilang maaf, lihat nih baju dan wajah saya kotor," ucap Astrid kesal sembari membersihkan baju dengan telapak tanganya.
"Maaf ya, tapi saya buru-buru... saya berikan kartu nama saya saja, kamu bisa hubungi saya nanti untuk biaya laundrynya," ucap pengendara tersebut sembari memberikan kartu namanya, lalu terburu-buru masuk kembali ke dalam mobilnya.
"Dasar gila! aku belum puas memarahinya," gumam Astrid kesal.
Astrid pun lalu segera menyebrang, namun ketika Astrid akan hendak menaiki Angkot, kesialan Astrid semakin bertambah ketika kursi di dalam Angkot sudah terisi penuh.
"Hah sialan, gara-gara dia aku jadi semakin telat," gumam Astrid yang semakin kesal.
Astrid lalu membaca kartu nama yang di berikan si pengendara mobil sport tersebut. Dan tertera nama Janus Geo Sayuda.
"Janus sialan, ketemu lagi bakal ku jambak," gumam kembali Astrid sembari meremas kartu nama tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
IK
izin baca yaa say
2022-11-19
3
Vinanur
keren
2022-11-08
5
Yuli Yanti
,mm
2022-08-15
3