NovelToon NovelToon
TAWURAN

TAWURAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:17.7k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

Novel ini bercerita tentang Gita dan kawan-kawan yang merantau ke Ibu Kota untuk menempuh pendidikan. Siapa sangka? Gita yang sewaktu SD pernah membuli seorang pria culun, kini dipertemukan kembali dengan pria itu dalam situasi yang berbeda. Tawuran merupakan gerbang pertemuan mereka.

Sean, nama pria itu. Gita tak ingin membuka kisah lamanya, namun Sean terus mengganggu gadis tersebut. Hingga akhirnya Gita membuka suara mengenai kejadian di masa lalu. Gita mengakui bahwa Ia tertarik pada Sean di waktu kecil. Sayangnya, Gita yang sejak itu sedang menghadapi ketidakharmonisan keluarga, tidak mampu mengekspresikan rasa sukanya terhadap Sean. Sehingga, ia lebih memilih untuk membuli pria itu dan menciptakan trauma berat yang sulit disembuhkan untuk keluarga Sean sendiri.

Haruskah Sean memaafkan Gita? Ataukah cinta Gita akan bertepuk sebelah tangan selamanya?

Baca kisah lengkapnya di dalam cerita ini 😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

"Tapi dia nyia-nyiain lo kayak gini!" bantah Gita.

"Nggak! Dia masih ada sampai detik ini! Meskipun dia marah, dia ngomel, dia bilang benci sama gue. Dia tetap ada buat gue! Bahkan saat semua orang ngejauhin gue," bantah Ayu.

"Serah lo deh, Yu. Baca tulisan lo yang isinya cuma Wildan-Wildan gitu, bikin gue laper aja," ucap Gita dan beranjak ke dapur.

Ayu mengambil buku yang pernah Gita baca dan mendapati setitik basah di halaman saat Ayu menyebutkan ia memiliki seorang ibu.

"Pernikahan Mama sama Papa," ucap Ayu sambil tersenyum. "Apaan nih?" tanyanya saat terfokuskan pada titik basah tersebut.

"Kak Gita nangis?" gumam Ayu dan terdiam sejenak.

"Apa Kak Gita nggak suka ya Mama nikah sama Papa?" lanjutnya.

***

Sejak kejadian itu, Ayu memasang tabir di antara dirinya dan Ningsih. Ia tak ingin menyakiti hati Gita. Karena bagaimanapun Ningsih adalah ibu kandung yang Gita miliki. Sementara dirinya hanyalah seorang anak orang lain yang datang ke kehidupan mereka.

"Sarapan dulu, Sayang!" ucap Ningsih pada Ayu.

"Iya, Ma," jawab Ayu singkat dan mengambil sepotong sandwich yang Ningsih buatkan untuknya dan Gita.

"Aku berangkat dulu!" teriak Gita yang kalang kabut karena belum menyelesaikan PR-nya.

Ayu melihat gadis itu dan menambah asumsi. Bahkan Kak Gita nggak sudi sarapan bareng aku, ucap Ayu dalam hati.

Sepanjang hari, Ayu hanya berdiam diri di sekolah. Ia juga berbaring di kelas sepanjang jam istirahat. Wildan menyadari sesuatu yang salah telah terjadi pada Siluman Bebek itu.

"Lo kenapa?" tanya Wildan.

Ayu malah menoleh ke arah lain dan memejamkan matanya sambil menutupi wajah dengan rambut.

Wildan memberikan isyarat pada Teddy untuk bertanya pada Ayu.

"Gue?" Teddy menunjuk dirinya sendiri tanpa suara. "Males banget deh gue kalo berurusan sama cewek yang satu ini," gerutu Teddy sambil menghampiri Ayu.

"Lo kenapa, Yu?" tanya Teddy dengan malas.

Ayu menggeleng.

"Lo ditolak Hans?" tebak Teddy.

"Gue mau mati," ucap Ayu membuat Wildan dan Teddy terkejut.

"Kenapa lo mau mati?!" pekik Teddy.

Ayu kembali menggeleng.

***

Sepulamg sekolah, Wildan berdiri di balkon rumahnya yang menghadap ke rumah Ayu.

"Ngapain lo?!" teriak Sean yang memerhatikan Wildan sedari tadi memerhatikan rumah tersebut.

"Kalo cewek tiba-tiba bilang mau mati, itu maksudnya apa?" tanya Wildan.

"Ayu mau mati?!" tebak Sean yang ikut terkejut.

"Emangnya gue ada bilang nama Ayu?!" bantah Wildan.

"Kalo cewek bilang mau mati, itu artinya dia lagi depresi. Mungkin dia capek. Dia butuh temen," ucap Sean.

"Tau dari mana?" tanya Wildan.

"Gue lebih berpengalaman dari pada lo!" tegas Sean.

"Tapi apa yang bikin di capek dan depresi?" tanya Wildan lagi.

"Mungkin gegara lo tinggalin dan dia ngerasa sendirian." Sean asal menjawab saja dan kembali ke dalam kamar.

Mata Wildan membesar mendapatkan jawaban tersebut. Semua memorial tentang Ayu kembali bermain di otaknya. Ayu kecil yang selalu sendirian.

"Kalo Papa ke luar kota lagi, gimana?" tanya Ayu kecil.

"Kan bisa nginep di rumah Wildan. Kita bisa main setiap hari!" jawab Wildan dengan semangat di waktu itu.

"Kalo Wildan punya teman baru?" tanya Ayu lagi.

"Wildan nggak suka banyak teman," jawab Wildan lagi.

"Kalo—"

"Udah, jangan nangis! Jangan bilang kalo Ayu sendirian lagi. Wildan di sini kok!" Wildan memasangkan sebuah bunga di telinga gadis itu. "Selamat ulang tahun," lanjutnya.

Ayu malah semakin menangis setelah mendapatkan ucapan tersebut. Wildan adalah satu-satunya orang yang mengingat hari spesial tersebut.

Kini, Wildan kemnali menoleh pada rumah yang didiami oelh gadis itu. Jika Ayu kecil mampu berdiam diri di sekolah hingga sore hari tanpa rasa takut karena merasa terbiasa akan kesendirian. Apalagi jika gadis itu sudah sebesar ini. Begitu yang Wildan pikirkan.

Ayu berdiri di balkon rumahnya. Dengan cepat Wildan bersembunyi sambik terus memerhatikannya. Terlihat jelas bahwa Ayu mengukur ketinggian balkon rumahnya ke tanah dengan sebuah meteran.

"Beneran gila kayaknya dia nih!" umpat Wildan berlari secepat kilat ke luar kamar.

"Wil, tapi kayaknya .... Kenapa lagi dah tuh anak," ucap Sean yang tak dilanjutkan karena Wildan kalang kabut.

Sean berlari ke kediaman Ningsih dan Ade. "Selamat siang, Tante. Ada Ayu nggak?" ucap Wildan begitu Ningsih membukakan pintu untuknya.

"Ada, masuk aja, Wil. Dia di kamar. Kamu ke mana aja? Udah lama nggak ke sini," ucap Ningsih.

Wildan malah berlari menuju kamar Ayu tanpa menjawab pertanyaan tersebut.

Ayu dikejutkan akan kehadiran pria itu dan menbuatnya melepaskan meteran tanpa sengaja. Hingga meteran itu menggulung dengan cepat dan melukai jarinya.

"Aaaw!" pekik Ayu yang melihat luka di jarinya.

"Lo gila ya?!" umpat Wildan.

"Lo ngapain di sini?" tanya Ayu.

"Lo mau bunuh diri?!" tanya Wildan dengan emosi.

Ayu mengangguk sambil menahan perih di jarinya.

"Terus kenapa nggak lompat?! Buru! Mati sekalian! Lompat sana! Kalo menurut lo mati bisa kelarin masalah, buru bunuh diri! Gue liatin!" omel Wildan.

Ayu terdiam. Napasnya mulai menggebu dan melebur menjadi air mata. Tanpa sepatah kata Ayu memanjat pagar balkon kamarnya.

Wildan menarik tubuh gadis itu dengan cepat hingga terjatuh ke lantai bersamanya. "Lo kenapa sih, Yu?!" umpat Wildan lagi.

"Gue cuma nurutin apa yang lo mau," ucap Ayu dengan derai air mata. Ia mencoba tenang meski hatinya ingin menjerit sejadi-jadinya.

"Terus kalo gue nyuruh lo lompat, lo lompat dari sini?!" pekik Wildan.

Ayu menarik napasnya lebih dalam dan membuat sesak di dadanya semakin membara.

"Gue bakalan benci sama lo seumur hidup kalo lo kayak gini lagi!" tegas Wildan.

"Bukannya lo selalu benci sama gue?" tanya Ayu.

"Yu!" teriak Wildan dengan kesal.

"Apa?!" balas Ayu dengan cepat. "Kak Gita nangis pas dia baca diary gue. Dia liat gue nulis kalo gue seneng punya Mama. Tapi gue lupa kalo itu mamanya Kak Gita. Meskipun Papa udah nikah sama Mama, tapi kenyataannya gue tetap sendirian!" ucap Ayu sambil mengusap air matanya berkali-kali.

Gita mendengar kalimat itu. Ia hendak mengomel. Entah bagaimana Wildan bisa berada di kamar mereka. Namun, semua niatnya terhenti karena kalimat yang Ayu ucapkan.

1
JChennn
baru mulai udh bgs jdi pngn bca trsss
Nabila
makin menarik
Nabila
ceritanya menarik banyak tokohnya jadi gak bosan
Rina Juwita JuEr
aku baca ulang lagi ceritanya bagus Thor semangat 💪💪
Tara
kayaknya Wira suka Ama febi tapi malu utk ucapin tapi getahnya kena kesemua orang he3😱🤗🫢😅🤔🫣
Tara
ini siapa yg bucin sich..Gita or Sean🫣😱🤗🫢😅🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!