Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CUEK
Saat bangun dari tidurnya, Bagas tidak menemukan Raya di sampingnya. Semalam, untuk pertama kalinya dia dipunggungi oleh sang istri. Padahal biasanya Raya selalu berusaha menggoda hingga dia susah tidur, tetapi semalam Bagas bahkan susah tidur memikirkan perubahan sikap istrinya itu.
Bagas segera bangun, meregangkan tubuhnya, sebelum memutuskan untuk membersihkan diri. Setelah memastikan dirinya rapi, Bagas segera turun, menuju ke ruang makan untuk sarapan. Di sana sudah terhidang beberapa menu masakan, dan juga tersedia kopi. Bagas juga mendapati kotak bekal yang biasa diisi Raya ada di sana.
"Mbok, Raya mana?" tanya Bagas saat mbok Siti menuangkan air putih untuknya.
"Tadi pagi-pagi sekali, setelah selesai menyiapkan semuanya, nyonya Raya pergi. Katanya beliau mau menjemput sahabatnya dulu sebelum ke kampus, Tuan. Nyonya berpesan untuk membuatkan Tuan kopi, terus itu kotak bekalnya sudah diisi sama nyonya Raya. Katanya Tuan boleh bawa kalau mau." mbok Siti menjelaskan.
Tatapan Bagas tertuju pada kotak makan itu. Dia tahu kenapa Raya berpesan seperti itu pada mbok Siti, kemungkinan besarnya, wanita itu tidak ingin bersaing bekal dengan Kinan.
Bagas merogoh saku celananya, dia mengeluarkan ponsel, berniat menghubungi Raya. Kali ini tersambung, tetapi Raya tidak merespon. Bagas mengulanginya beberapa kali, dan hasilnya masih sama. Raya tidak menggubris panggilan telepon yang dilakukannya.
Lelaki itu akhirnya berinisiatif mengirimkan pesan. Hal yang biasanya dilakukan oleh Raya. Bagas semula ragu, tetapi dia pada akhirnya tetap mengetikkan pesan untuk istri kecilnya.
"Raya, kamu di mana sekarang? Apa kamu sudah sarapan? Terima kasih untuk bekalnya. Saya akan bawa nanti."
Bagas menatap layar ponselnya dengan gelisah. Dia menunggu balasan dari Raya. Hingga puluhan menit berlalu, balasan itu tidak kunjung datang. Akhirnya dia mengerang frustrasi. Akhirnya dia merasakan apa yang Raya dulu rasakan. Bagas dulu kerapkali menunda untuk membalas pesan dari wanita itu.
Sementara itu, di rumah Tasya, Raya tengah menyantap nasi goreng yang dibuatnya sendiri. Orang tua Tasya jarang di rumah, itulah sebabnya Raya, dan Tasya lebih suka masak berdua kalau mereka tengah bersama.
"Hape Lo tuh bunyi terus. Nggak ada niat buat angkat telepon apa? Kasian pak Bagas. Dia pasti pengen tau Lo pergi ke mana, Ra." Tasya mengingatkan.
"Biarin ajalah, Sya. Biasanya dia juga nggak peduli gue mau ngapain. Biar aja dia rasain sekarang, enak nggak jadi gue yang selalu dicuekin? Tadinya gue niat mau nginep di rumah mama beberapa malem, tapi gue nggak mau mama tau keadaan rumah tangga gue sekarang kayak gimana. Belum lagi, gue pasti diwawancarai karena pulang sendiri nggak sama pak Bagas."
"Ya emang sebaiknya Lo nggak usah nginep di rumah orang tua Lo. Gimanapun Lo udah nikah. Selesein urusan kalian berdua tanpa melibatkan orang tua. Lagian Lo juga kan yang mau nikah cepet-cepet sama pak Bagas. Lucu kalo sekarang Lo mendadak bilang nggak cocok sama dia ke orang tua Lo."
"Kayaknya gue emang terlalu berambisi, deh. Harusnya gue nggak buru-buru nikah sama pak Bagas. Nggak ada pacarnya aja gue susah luluhin hati dia, apalagi sekarang. Lo malu nggak sih, punya sahabat yang nantinya bakalan nyandang status janda muda?"
Raya kehilangan kepercayaan diri. Lebih tepatnya dia berada di titik jenuh. Perasaannya terbagi dua. Dia bingung harus tetap mengejar cinta Bagas, atau memilih perlahan meninggalkan lelaki itu demi kewarasannya sendiri.
"Lo emang udah yakin banget pak Bagas bakalan milih wanita itu? Lo tadi cerita katanya mereka udah berpisah bertahun-tahun, kan? Perasaan orang itu bisa berubah, Ra. Dulu, pacarnya pak Bagas memang pemilik hatinya pak Bagas, tapi nggak nutup kemungkinan, sekarang dia udah berpaling ke Lo, cuma dianya aja yang nggak nyadar."
Raya tersenyum tipis. Menurutnya, kalau ada dua kemungkinan itu, artinya ada kemungkinan ketiga, dimana hati Bagas masih terpaut pada wanita itu.
"Gue nggak tau isi hatinya, Sya. Secara logika aja, dia bilang risih sama gue, nggak suka cewek agresif kayak gue, terus ujug-ujug cintanya dateng. Bisa jadi dia bakalan lanjut lagi sama wanita itu. Mereka belum putus, Sya. Gue orang ketiganya di sini. Apalagi gue cuma cinta sendirian."
Tasya terdiam sejenak. Dia mengerti kekhawatiran yang dirasakan oleh sahabatnya itu. Sebagai sahabat, Tasya tidak bisa berdiam diri mengetahui semua ini. Dia harus mendorong Raya untuk tetap bersemangat mendapatkan hati Bagas.
"Kata gue sih mending Lo gas lagi aja. Lo harus tetap ugal-ugalan ngejar cintanya pak Bagas. Lo istri sahnya, Ra. Lo berhak mempertahankan laki Lo. Jangan mau kalah sama pacarnya. Bodo amat, dah. Lo posisinya tetap unggul di sini."
Benar, bukan? Raya tidak boleh menyerah. Kalau dia memilih menghindar seperti sekarang, bisa jadi Bagas akan membuka kesempatan untuk pacarnya itu kembali.
"Dibilang gue lagi capek, Ra. Gue capek terus mepetin dia. Gue butuh waktu buat nenangin diri, sambil gue liat gimana perkembangan hubungan dia sama wanita itu. Penasaran gue, secantik apa pacarnya pak Bagas."
"Kemana rasa percaya diri Lo? Masa Lo mau insecure kalo dia lebih cantik daripada Lo? Ra, Lo itu mahasiswi populer. Fans Lo hampir satu kampus. Lo nggak usah insecure. Pak Bagas aja yang belum buka matanya lebar-lebar. Dia tuh semestinya bangga punya istri Lo."
"Gimana mau bangga, gue cuma mahasiswi biasa. Pacarnya kan dosen. Apalagi dia bilang sendiri kalo itu emang keinginan dia. Dia yang minta pacarnya buat jadi dosen. Eh, betewe gue belum cerita, pak Bagas abis beli mobil baru. Jangan-jangan mobil itu dia beli buat pacarnya. Gue baru kepikiran, Sya."
"Wah, parah sih kalo sampe itu mobil baru dia beli buat pacarnya. Mendingan Lo tanyain gih ke dia, buat mastiin. Lo berhak nuntut kalo pak Bagas kasih-kasih hadiah ke pacarnya gitu, Ra. Apalagi ini nilainya gede, kan?"
"Ya kali gue nanya. Gue kan lagi males ngomong sama dia. Lucu aja kalo tiba-tiba gue nanya soal mobil itu. Terserah, lah. Dia mau ngasih tuh mobil ke pacarnya juga duit-duit dia. Mending gue makan kenyang, terus ngampus sekarang."
Raya kembali fokus ke nasi goreng yang ada di hadapannya.
"Ini Lo yakin mau ke kampus pake baju kebuka lagi? Bukannya pak Bagas udah larang Lo buat nggak pakek baju seksi lagi?"
"Kalo dia bisa semaunya, kenapa gue nggak? Lagian di kampus nggak ada yang tau gue istrinya pak Bagas selain Lo. Jadi dia sebenarnya nggak mendasar nyuruh gue pakek pakaian tertutup gitu."
"Raya ..."
"Udah nggak usah bawel. Lo sahabat gue, apa sahabatnya pak Bagas, sih?" Raya mulai kesal.
"Iya ... iya. Maaf. Pokoknya Lo sama pak Bagas harus cepet baikan, ya. Gue nggak mau kalian berdua cere. Kalian couple goal tau. Gue fans kalian."
"Doain aja. Semoga gue cepet balik mood-nya buat ngejar dia lagi."
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd
jujur klo suami yg menghargai pernikahn pasti klo niaty mo nolong wanita ln aplg mlm2 hrsy ajk istriy.agr tdk ad kesalh pahaman.nah ini...org emang egois d maruk.maunya dptin semuany demi nama baik diriny sendiri