Aleta seorang gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Gadis ini memiliki wajah yang cantik, dengan sepasang mata yang bening dan indah. Nasib mempertemukannya dengan seorang kakek yang sedang tertabrak mobil.
Karena sifat penolongnya, Aleta dibawa kakek ke kota Bandung dan dinikahkan dengan cucunya yang memiliki tabiat keras. Dengan kelembutan hatinya, pada akhirnya Aleta bisa meluluhkan hati suaminya.
Intrik-intrik yang muncul dalam pernikahannya, akhirnya menjadikan mereka untuk saling menguatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah AllRey.., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngambek
Devan mengamati istrinya yang tertidur dengan pulas. Wajahnya bersih, polos seperti bayi tanpa ada polesan make up di atasnya. Hatinya selalu bergetar dan merasa damai jika melihat wajah Aleta dalam tidurnya.
"Apakah saat ini tandanya aku sudah mulai membuka hatiku kembali." bisik Devan pada dirinya sendiri.
Dengan lembut dia memberikan kecupan pada kening istrinya, kemudian merebahkan tubuhnya di samping Aleta. Devan membalikkan badan menghadap ke arah istrinya, kemudian memeluknya dan tertidur dalam damai.
*****
Pagi hari berikutnya, tampak kesibukan di rumah keluarga Cokro.
"Kakak ipar..., hari ini kakak mau pergi tidak?" tanya Rolland sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.
"Belum ada rencana sih, tapi nanti jam 10 ada kelas make up di tempat Joni." jawab Aleta sambil menyendokkan nasi ke piring untuk Devan.
Mendengar Aleta menyebut Joni, Cokro menatap mata Devan, dan sepertinya Devan juga tanggap akan isyarat yang diberikan kakeknya.
"Sayang..., kalau capai, tidak usah gabung kelas make up tidak apa-apa. Mas lihat, ketrampilan make up mu sudah bagus, halus hasilnya. Mas suka." kata Devan melarang halus Aleta untuk pergi.
"Tapi hari ini materinya bagus, tata cara make up flawless, yang hasilnya bisa bold tetapi tidak terkesan menor. Aleta kan juga ingin bisa make up cantik kayak artis ."
"Istriku sudah yang tercantik di mata mas Devan,"
"Halah..., kalau tercantik kok setiap hari hanya dikurung sendiri di apartemen. Balik ke Klaten, mau lanjut kuliah juga ga boleh. Apa-apa ga boleh." kata Aleta tiba-tiba sewot dan cemberut.
"Aleta pingin kembali kuliah," tanya Cokro.
"Iya kek, kan kakek pernah janji. Meskipun menikah, Aleta tetap bisa lanjutkan kuliah."
"Kalo begitu kuliahnya pindah kesini saja. Lebih dekat, dan juga tidak ninggal Devan." saran Cokro.
"Iya kak, bisa pindah ke kampus Tata sepupuku yang kemarin kesini itu lho. Nanti Rolland bantu ngurus administrasi kepindahannya." sahut Rolland.
"Kek..., Aleta sudah semester empat, semester besok tinggal magang, buat laporan karya tulis selesai deh. Kalau pindah, harus banyak penyesuaian."
"Sudah, ayo makan dulu. Nanti kita bicarakan lagi ya sayang."
"Ya, dan Aleta juga sudah tahu endingnya." kata Aleta tetap merajuk.
Devan dan Cokro tersenyum melihat Aleta seperti anak kecil minta permen tidak dikabulkan. Kemudian mereka menyelesaikan sarapan paginya.
"Mas berangkat dulu ya sayang," kata Devan pamitan sama Aleta.
"Aleta ikut, mau ke apartemen ganti baju. Nanti siang setelah dari Joni mau diajak jalan kulineran sama teman."
"Teman, memang kamu punya teman disini." pancing Devan.
"Ada donk, mau diajak jalan lagi sama om Ariel. Mau diajak kulineran di tempat yang Instagram able."
"Kok lagi, berarti sebelumnya sudah pernah jalan bareng." dengan hati sakit dan kesal, Devan berusaha menguji kejujuran istrinya.
"Sudah donk, kemaren siang kan kita jalan ke Dago. Aleta dianterin pak Asep, kita ketemuan disana." dengan polosnya Aleta bercerita tanpa ada yang ditutupi, dan sama sekali tidak menyadari jika Devan menahan emosinya.
"Hari ini mas Devan larang Aleta pergi sama Ariel KW, kamu di rumah kakek saja biar ada temannya."
"Ga mau, temannya cuman Bibi Puji."
"Nanti Tata tak mintanya kesini kak, kalau mau jalan biar ditemani Tata saja." kata Rolland memberi saran.
Aleta diam tidak menjawab, senyumnya mendadak lenyap. Hatinya masih merasa dongkol dengan larangan suaminya. Tapi teringat nasehat ibu asuhnya di panti agar menurut sama suami, dengan terpaksa Aleta menerima. Tiba-tiba Aleta sangat merindukan Bu Rosna.
Aleta mengantarkan Devan sampai ke depan mobil.
"Mas berangkat ya," pamit Devan.
Aleta diam tidak menjawab, tapi tetap mencium tangan suaminya. Devan memeluk erat tubuh Aleta, kemudian memberikan kecupan sekilas di bibirnya. Setelah Devan masuk mobil, Aleta bergegas masuk ke dalam rumah, kemudian mengunci diri di dalam kamar.
******
Aleta mengeluarkan laptop dari backpack, kemudian menyalakannya. Setelah menyambungkan koneksi internet melalui hotspot pribadi dari ponselnya, Aleta segera masuk ke G**gle Classroom, dan e learning. Dia masih rajin mengerjakan tugas-tugas yang diunggah dosennya, dengan harapan masih memiliki kesempatan untuk melanjutkan kuliahnya sampai lulus.
Dua jam Aleta betul-betul fokus menghabiskan waktu di depan laptop untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Tiba-tiba ponselnya berdering. Tanpa melihat siapa yang melakukan panggilan, Aleta mengangkatnya.
"Assalamualaikum," sapa Aleta.
"Wa Alaikum salam, lagi dimana," dengan lembut suara Devan terdengar dari seberang telepon.
"Lagi di kamar ngerjakan tugas-tugas kuliah, siapa tahu ada yang hatinya tergerak. Kok bisa tahu nomor ponselku." jawab Aleta tanpa ada manis-manisnya.
"Ya harus ngerti, kan nomor istriku. Sebentar lagi Tata akan da
tang ke rumah, tadi Rolland sudah menghubunginya."
Aleta tetap diam tidak menjawab.
"Kalau mau jalan-jalan, kamu bisa minta Tata untuk menemani. Atau sekalian lihat-lihat kampus, siapa tahu kamu ada yang tertarik. Nanti segera aku urus kepindahanmu."
"Maaf mas, Aleta tidak tertarik untuk pindah kuliah di kota ini. Mendingan menganggur di rumah." sahut Aleta.
"Ya sudah, terserah kamu saja. Sudah ya. Wassalamualaikum."
"Wa Alaikum salam,"
"Tok..tok..tok..., non Aleta, ada non Tata di ruang tamu non..," terdengar ketukan pintu dan teriakan Bi Puji dari luar kamar.
"Ya Bi..., diminta nunggu bentar. Aleta baru nutup laptop." seru Aleta.
"Ya non."
Aleta segera save file, dan melakukan shut down laptop nya. Setelah memastikan semua file dan aplikasi tertutup dengan baik, Aleta menemui Tata di ruang tamu.
"Hai Aleta..., kita ketemu lagi," sapa Tata saudara sepupu jauh Devan dan Rolland.
"Hai Ta, maaf ya harus nunggu. Baru tengok-tengok GC barusan." sahut Aleta.
"Ga kok, aku juga barusan nyampe. Rajin amat sih,"
"Ditelpon Rolland ya buat kesini. Sorry ngrepotin, aku tadi rencana mau main sendiri janjian sama teman, karena laki-laki pada dilarang ga boleh.
"Lha ya jelas ga boleh, kamu sudah ada gandengan. Memangnya aku lajang, he..he..he..,"
"Kan kita cuman berteman, ngobrol, makan, di tempat umum lagi. Ga bakalan kita aneh-aneh."
"Itu kan pikiran kita, beda dengan pikiran orang. Apalagi di tempat umum, ada yang lihat. Itu istri Devan lagi gandengan sama siapa tuh. Gosip dong jadinya."
Aleta terdiam sejenak.
"Iya juga ya."
"Ya pasti iya dong. Udah daripada bete, ikutan aku yuk sekarang. Aku jamin deh, pasti diijinkan, dibolehkan, kalau ga boleh ntar aku yang ngomong."
"Mau kemana emangnya."
"Ke T*ans Hotel, aku ada undangan jam 11, lihatin pameran temanku."
"Beneran"
"Iya, ntar aku yang nelpon Rolland atau Devan. Pasti diijinkan kalau jalannya sama aku."
"Ok ok. Trus kita mau berangkat jam berapa."
"Ya sekarang dong. Ini sudah jam 10.25, Ayuk ganti baju, agak formal dikit ya."
"Yup, tunggu sebentar ya." kata Aleta segera bergegas ke kamar untuk ganti baju.
Aleta mengenakan baju terusan batik panjang selutut, lengan pendek dan mengenakan sneaker putih. Dengan make up ringan dan tas selempang melengkapi outfit of the day Aleta. Mereka menuju T*ans Hotel menggunakan mobil online, krena malas terjebak kemacetan di jalan.
*****
lanjut Thor