Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Kejadian Di Tepi Danau
Bab 12
Hari ini Reyhan kembali menjalani pemeriksaan. Kedua tangan dan kakinya sudah berfungsi dengan baik, walau belum diizinkan mengangkat beban berat dan berlari.
"Bagaimana dengan pelihatan Anda?" tanya Dokter Andre.
"Hanya terlihat berupa bayang-bayang," jawab Reyhan.
"Ada bisa melihat cahaya?" Dokter Andre mengarahkan sinar lampu senter kecil ke arah mata sang pasien.
"Iya, bisa melihat sedikit," balas Reyhan.
"Mungkin ada bagian syaraf yang mengalami gangguan. Semoga bisa secepatnya pulih," ucap dokter paruh baya itu sambil tersenyum tipis.
"Berarti aku masih bisa kemungkinan melihat lagi, tanpa operasi, Dok?" tanya Reyhan.
"Iya, bisa. Karena ada beberapa pasien yang mengalami kebutaan untuk sementara waktu dan bisa melihat normal kembali," jawab Dokter Andre.
Arumi mengetuk pintu ruang pemeriksaan. Dia barusan kembali ke mobil untuk mengambil tasnya yang ketinggalan. Ada dompet dan handphone milik Reyhan di dalam sana.
"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Arumi.
"Perkembangan Pak Reyhan sangat bagus. Rajin-rajinlah ajak jalan-jalan pagi untuk memperkuat otot kakinya. Olahraga ringan untuk memperkuat otot tangan, tidak perlu yang angkat beban dulu, ya," jawab Dokter Andre.
"Alhamdulillah. Semoga Mas Reyhan bisa segera pulih lagi," ucap Arumi senang.
"Dengar itu, Pak Reyhan. Istri Anda sudah tidak sabar untuk pergi honeymoon. Makanya cepat-cepat sehat kembali," kata Dokter Andre menggoda pasangan pengantin baru itu. Dia merupakan salah satu dokter yang ikut menyaksikan pernikahan mereka, tempo hari.
Arumi hanya tersenyum tipis. Dia tersipu malu karena digoda seperti itu oleh Dokter Andre.
"Mas, mau langsung pulang atau pergi jalan-jalan dulu?" tanya Arumi ketika mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit.
"Kita jalan-jalan ke Danau Nawang Wulan. Udara di sana segar meski hari sudah beranjak siang. Daripada kita di rumah, bosan," jawab Reyhan.
Arumi pun membelokkan laju kendaraan itu ke kanan menuju danau buatan yang ada di tengah kota. Selain danau di sana juga ada hutan kota yang tidak terlalu luas. Tempat yang enak untuk menyepi sambil menikmati suasana yang bisa menyenangkan hati dan pikiran.
Karena hari merupakan hari kerja, jadi tidak banyak orang di sana. Hanya bisa dihitung sama jari tangan.
Arumi menggelar sebuah kain lebar untuk dijadikan alas duduk. Dia dan Reyhan duduk di sana sambil menikmati cemilan berupa rujak buah.
"Kamu bawa laptop atau tablet milikmu, Arumi?" tanya Reyhan.
"Untuk apa?" tanya Arumi balik.
"Ya, kerjalah! Kamu kan punya banyak pekerjaan. Jadi, sekarang kerjakan semua pekerjaan kamu itu. Aku akan tidur," ucap Reyhan sambil berbaring.
Arumi melongo melihat kelakuan suaminya. Dia memang tidak tahu apa-apa tentang Reyhan. Bagaimana sifat sebenarnya dia, apa yang disukai dan tidak disukai olehnya. Yang dia tahu kalau sudah menyuruh sesuatu tidak suka dibantah.
"Mas ...." Arumi menatap Reyhan yang seperti orang sedang tertidur pulas, diam tak bergerak.
"Dia tidur beneran? Atau cuma pura-pura saja?" batin Arumi.
Untuk membuktikan apa suaminya tidur atau tidak, Arumi mendekatkan wajahnya memeriksa muka Reyhan. Lalu, dia melambaikan tangan sekitar lima sentimeter di depan wajah laki-laki itu.
Karena tidak ada reaksi apa-apa dari Reyhan, Arumi kemudian menjulurkan jari telunjuknya untuk menyentuh bulu mata laki-laki itu. Tiba-tiba terdengar suara bersin dari arah belakang, sehingga jari wanita itu mencolok mata suaminya.
"Aaaaa!" teriak Reyhan. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa mencolok mata aku, hah?"
"Maaf, Mas! Maaf, tidak sengaja." Arumi ketakutan setengah mati karena sudah melukai suaminya.
"Kau mau membunuh aku, ya?" bentak Reyhan.
"Mana ada mau membunuh suamiku sendiri. Aku tidak mau jadi janda!" balas Arumi tanpa spontan dengan nada tinggi.
Menyadari ada yang salah dengan ucapannya, Arumi langsung terdiam. Dia memukul bibirnya sendiri. "Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa malah bicara seperti itu kepada Reyhan?" batin Arumi.
"Barusan dia bilang tidak mau jadi janda. Berarti dia sudah cinta, ya, sama aku," batin Reyhan dengan penuh rasa percaya diri karena sudah bisa membuat Arumi jatuh cinta kepadanya, padahal mereka menikah belum ada sebulan.
"Baguslah, kalau begitu. Kalau aku mati, kamu pasti akan menjadi janda kesepian," ucap Reyhan dengan nada sombong.
"Hah?" Arumi melongo tidak paham dengan maksud ucapan suaminya.
"Iya. Kalau aku mati dibunuh sama kamu, berarti nanti kamu akan masuk penjara dan merasa kesepian di sana," jelas Reyhan berkilah, jauh dari apa yang tadi ada di dalam pikirannya.
"Oh. Lagian siapa yang mau jadi penjahat," balas Arumi. "Tapi, kalau aku jadi janda ditinggal mati, maka secepatnya aku akan menikah lagi. Seperti kata Mas tadi, biar tidak kesepian."
Arumi ingin tertawa ngakak ketika melihat ekspresi wajah Reyhan yang kini terlihat lucu di matanya. Laki-laki itu seperti terkejut sekaligus kesal dan marah dengan ucapan sang istri.
"Awas saja kalau kamu sampai menikah lagi setelah aku mati, maka aku akan menghantui kamu di malam pengantin kalian!" balas Reyhan dengan nada tegas seolah-olah hal itu bisa terjadi.
Membicarakan hantu di tempat sepi begini, membuat Arumi merinding. Dia memang penakut dengan hal-hal yang horor.
"Sudah, jangan membicarakan hantu lagi. Sebaiknya kita pulang. Aku lebih suka bekerja di kantor atau di rumah, dibandingkan di tempat umum begini," kata Arumi.
"Sekarang jam berapa?" tanya Reyhan.
"Jam sebelas," jawab Arumi.
Akhirnya mereka pun pulang. Reyhan sebenarnya kasihan kepada Arumi yang sering begadang untuk mengerjakan pekerjaannya. Dia baru tahu kalau istrinya itu termasuk orang yang sangat bertanggung jawab atas apa yang diembankan kepadanya. Dengan mengajak ke tempat seperti ini, dia mengira sang istri bisa bekerja dengan tenang dan nanti malam biar full untuk beristirahat.
***
"Loh, Jeng Rosalina, katanya Ryan sudah putus dari pacarnya. Kenapa wanita itu masih datang ke rumah ini?" tanya seorang wanita paruh baya ketika melihat Arumi turun dari mobil, lewat jendela kaca.
Semua orang yang kenal dengan Mami Rosalina tahu tentang pertentangan hubungan antara Ryan dengan Arumi. Mereka juga tahu siapa gadis itu karena laki-laki itu sering mengajaknya ke mana pun dia pergi tau menghadiri suatu acara.
Mami Rosalina menatap Arumi dengan penuh kebencian. Sejak dahulu dia berharap Ryan bisa mendapatkan istri dari kalangan atas. Namun, putranya itu malah jatuh cinta kepada wanita biasa saja yang kekayaannya jauh di bawah keluarga mereka.
Ketika Ryan masuk kuliah, Mami Rosalina sering memintanya untuk mengantarkan ke berbagai acara bersama teman-teman sosialitanya agar bisa kenalan juga dengan putri-putri temannya. Banyak dari gadis-gadis yang dikenalkan langsung jatuh hati kepada laki-laki itu, tetapi tidak ada yang bisa membuatnya jatuh hati. Hanya Arumi yang bisa membuat hatinya bergetar.
"E, wanita itu datang sama anak tirimu, Jeng Rosalina! Kenapa bisa?" Wanita lainnya ikut menimpali, ketika melihat Arumi berjalan menggandeng tangan Reyhan.
"Hei, jangan bilang kamu menjebak anak tirimu dengan wanita miskin itu!" lanjut wanita yang duduk di samping Mami Rosalina.
Kini para ibu-ibu sosialita itu melihat ke arah Mami Rosalina. Mereka penasaran apa yang sedang terjadi di rumahnya.
dia sudah menyakiti Arumi padahal Arumi tulus banget sama Reyhan