Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Setelah selesai makan malam, Naina dan Arsen akhirnya mengikuti permintaan sang Ayah untuk bermalam disana.
Arsen menatap kamar Naina dengan alis yang berkerut. Iya, Naina paham apa itu artinya. Apalagi sih, kalau bukan karena dia merasa tidak nyaman dengan kamar Naina. Selain minimalis, kamar Naina terlalu banyak barang. Membuatnya menjadi semakin sempit.
" Kau bisa tidur di lubang tikus ini? " Tanya Arsen dengan wajah kesalnya.
Naina mendesah sebal. Ya mau tidak mau, ini adalah kamar miliknya. Kamar yang jauh lebih kecil dari kamarnya terdahulu.
" Kalau kau tidak nyaman, kita pindah ke kamar tamu saja bagaimana? " Usul Naina sembari berjalan mendekati Arsen.
" Tidak perlu! khusus untuk hari ini, aku akan menahannya untuk mu. " Ucap Arsen sembari meraih pinggang Naina lalu memeluknya.
" Baiklah, sudah cukup. Ayo kita tidur sekarang. " Ajak Naina sembari berjalan menuju tempat tidur.
Arsen mengikuti Naina dan juga ikut merebahkan tubuhnya disamping Naina. Sungguh, Arsen ingin sekali menggerutu lagi. Tempat tidurnya benar-benar sempit batinnya.
" Apa AC kamar mu juga rusak? " Tanya Arsen yang merasa suhu udara dikamar Naina masih terasa panas.
" Tidak. Kenapa? " Tanya Naina yang masih belum paham.
" Kenapa panas sekali? " Gerutu Arsen.
" Mungkin, karena disini terlalu banyak barang. " Naina meraih remote AC nya dan menambah suhu ruangannya.
" Bagaimana? " Tanya Naina.
" Hem..
Naina meletakkan remote nya dan bersiap untuk tidur.
" Istriku, ayo kita berolah raga malam. " Ajak Arsen sembari merengkuh tubuh Naina.
Orang ini benar-benar selalu mesum pikirannya. Tapi, baiklah. Aku tidak akan menolak mu lagi.
" Jadi ini tujuanmu menambah suhu ruangan? " Tanya Naina dengan wajah datarnya.
" Iya. Kalau panas tidak asik kan? " Jawab Arsen yang sudah mulai melakukan aksinya.
Sementara di depan pintu kamar Naina. Riana ya g tadinya hendak mengetuk pintu, kini hanya bisa terdiam sembari menahan kekesalan yang mendalam.
Niatnya untuk mengajak Arsen bicara dan merayunya untuk tidur bersama, kini sudah tidak ada lagi kesempatan.
Dasar tidak tahu malu! kalian berani-beraninya melakukan itu dirumah ini! ini semua karena kau, Naina. Andai saja, aku tidak pergi keluar negeri, maka akulah yang akan berada di posisimu saat ini. Tapi, aku sangat tahu bagaimana Arsen. Dia, tidak akan sulit dirayu. Dia sangat menyukai tubuh perempuan. Kita lihat saja, setelah aku berhasil merayunya, aku akan menghancurkan mu, Naina.
" Apa kau betah tinggal di kamar ini? " Tanya Arsen setelah kegiatan suami istrinya itu selesai. Kini, Naina berada di Arsen dengan tenangnya.
" Hem.. " Jawabnya singkat. Dia benar-benar sudah kehilangan banyak energi hari ini. Untuk memaki Naina, bekerja, dan untuk melayani suami mesumnya itu.
" Kau ini bodoh sekali. Kenapa kau memberikan kamar mu begitu saja? kalau aku jadi kau, bahkan sampai matipun, aku tidak akan menyerahkan milikku. " Ujar Arsen yamg mulai kesal saat ini. Di mengingat, bagaimana penuturan Naina tadi. Jujur saja, dia merasa sangat sakit saat mendengarnya.
" Aku memang bodoh. Itulah kenapa aku mau menikah dengan mu. " Jawan Naina yang sudah diambang kesadaran. Dia benar-benar mengantuk hingga tak lagi konsentrasi dengan ucapan Arsen.
" Kurang ajar! mulut kurang ajar mu masih saja melekat pada dirimu ya? " Arsen menatap istrinya itu. Dia tersenyum lalu mengecup pucuk kepala Naina.
" Bodoh! baiklah, aku memaafkan mu untuk ucapan mu barusan. Selamat tidur, istriku. Mimpilah yang indah. Jangan lupa, mimpikan aku.
Arsen perlahan menggeser tubuh Naina. Dia tidak juga bisa tidur. Arsen bangkit dan melihat-lihat beberapa barang milik Naina. Dia membuka laci di bawah meja riasnya. Dia melihat ada sebuah album photo. Perlahan, Arsen mulai membuka album photo itu. Dia tersenyum di setiap lembar photo yang ia lihat.
" Kau benar-benar cantik. Matamu sangat besar saat kau balita. " Arsen kembali membuka lembar demi lembar di album itu. Hingga, satu photo saat Naina remaja membuat jantungnya berdebar hebat.
Gadis ini, adalah Naina? gadis kecil yang waktu itu, adalah istriku?
Arsen mengambil photo itu lalu berjalan untuk mengambil jasnya. Dia menyimpan photo Naina disana.
" Istriku, tanpa sengaja, aku menepati janjiku padamu. " Arsen kembali menyimpan album photo itu ke dalam laci dan bergegas menyusul istrinya untuk tidur.
Dia tersenyum lalu menciumi dahi, pipi, mata, hidung, dan bibir tentunya. " Aku menepati janjiku, gadis cerewet. " Ucapnya sembari mengelus pipi Naina.
" Tapi, bagaiman kau bisa kehilangan memori mu sedari kecil hingga remaja? " Arsen kini menatap wajah itu dengan tatapan menyelidik.
" Aku, akan mencari tahu secepatnya.
Pagi hari.
Naina dan Arsen berjalan menuju ke meja makan. Tentu saja, tangan mereka saling menggenggam erat.
" Hati-hati. " Ucap Arsen menuntun Naina saat akan menuruni anak tangga.
" Aku tidak buta, suamiku! " Jawab Naina sebal. Tentu saja dia tahu kalau harus berhati-hati. Tapi, tentulah Naina merasa aneh dengan perhatian yang Arsen berikan. Semakin hari, Arsen semakin memperlakukannya bagai tuan putri rasanya.
Di meja makan, Riana mencengkram kuat sendok dan garpu yang tengah ia pegang. Marah? tentu saja.
Jika saja, aku tidak berada di luar negeri, maka akulah yang akan mendapatkan perhatian dari Arsen. Arsen begitu memanjakan Naina, karena Naina adalah istrinya. Maka, aku hanya tinggal mengganti posisinya kan? Arsen, tunggu aku. Aku akan menjadi istrimu. Istri yang sempurna untukmu, tentunya.
" Silahkan, Nak arsen dan Naina. " Ucap Ayah sembari tersenyum menyambut anak dan menantunya itu. Sungguh, dia benar-benar merasa bahagia. Dia tidak menyangka, jika Arsen begitu memperhatikan anaknya. Bahkan Naina, dia tidak segan menunjukkan apa yang dia rasakan di hadapan suaminya itu. Sungguh, Ayah semakin tidak bisa melihat mereka berpisah.
Berbahagialah, Nak. Ayah tidak memiliki apapun lagi selain tubuh yang renta ini. Ayah hanya bisa mendoakan dengan tubuh renta ini, agar kau selalu bahagia.
Naina dan Arsen mengambil posisi duduk bersebelahan. Tak ada minat untuk menoleh ke arah dan Ibu. Baik Naina ataupun Arsen.
" Morning? " Sapa Naila. Adik kandung Naina.
" Pagi. " Jawab Ayah.
Naila menatap Naina dan Arsen bergantian. Terkejut dengan adanya Naina dan suaminya.
" Morning, kakak cantikku? " Naila lebih memilih untuk menyapa Riana dibanding Naina.
" Morning, juga Naila. " Jawab Riana ramah.
Iya, Naila adalah adik kandung Naina. Tapi, kedekatannya dengan Riana melebihi saudara kandungnya sendiri. Bukan Naina tidak mau akrab dengan adiknya, hanya saja, adiknya lebih merasa percaya diri mengakui Riana sebagai kakaknya. Riana adalah gadis cantik dengan tubuh bak model. Banyak sekali pria yang mengaguminya. Itulah alasan Riana menjadi kakak favoritnya. Dan menyembunyikan fakta bahwa Naina adalah kakak kandung yang sebenarnya.
" Naila, kenapa kau tidak menyapa kakak dan kakak ipar mu? " Tegur Ayah yang merasa kurang nyaman dengan polah anak bungsunya itu.
" Oh iya. Hai kakak dan kakak Ipar? " Sapa Naila yang sengaja menunjukkan ekspresi tak senengnya.
" Iya. " Jawab Naina singkat tanpa menatap lawan bicaranya.
Sementara Arsen, dia justru tersenyum mengejek.
" Istriku sayang, aku tidak bernafsu sarapan. " Ujar Arsen sembari menjauhkan piringnya yang bahkan belum ia sentuh sedikitpun sebelumnya.
Naina menatap Arsen bingung. " Kenapa?
" Aku tidak biasa makan dengan banyak orang asing. Aku kan biasa sarapan hanya dengan mu. Disini juga berisik. Aku sungguh tidak suka. " Ujar Arsen sembari menatap Naina dengan ekspresi yang tak bisa Naina baca.
" Baiklah, minum saja susunya. " Naina mengambil segelas susu untuk Arsen.
" Minumlah. " Titah Naina sembari mendekatkan gelas itu di dekat bibir Arsen.
Arsen terdiam sesaat lalu menjauhkan perlahan gelas itu. " Aku takut, Istriku.
Naina mengerutkan dahinya bingung. " Apa yang kau takutkan?
" Disini banyak sekali orang yang tidak menyukai mu. Aku takut, makanan dan minuman yang disediakan untukmu dan untukku mengandung racun.
....................