Rania, seorang barista pecicilan dengan ambisi membuka kafe sendiri, bertemu dengan Bintang, seorang penulis sinis yang selalu nongkrong di kafenya untuk “mencari inspirasi.” Awalnya, mereka sering cekcok karena selera kopi yang beda tipis dengan perang dingin. Tapi, di balik candaan dan sarkasme, perlahan muncul benih-benih perasaan yang tak terduga. Dengan bumbu humor sehari-hari dan obrolan absurd, kisah mereka berkembang menjadi petualangan cinta yang manis dan kocak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah Baru
Bab 20: Langkah Baru
Rania merasakan kedamaian yang luar biasa ketika kembali ke kafe setelah perjalanannya. Segalanya terasa berbeda—lebih tenang, lebih bermakna. Ia tidak lagi merasa terburu-buru atau terperangkap dalam rutinitas yang kerap membuatnya merasa seperti seorang pelari di trek yang tak pernah berakhir. Kini, kafe bukan sekadar tempat untuk mencari kesuksesan atau perhatian; tempat ini telah menjadi ruang untuk berbagi, berkembang, dan menemukan arti hidup.
Bintang melihat perubahan yang jelas dalam diri Rania. "Gue lihat lo lebih santai, Rania. Lo merasa lebih baik, ya?" tanyanya dengan senyum tipis.
Rania mengangguk, matanya penuh dengan kebahagiaan yang tulus. "Iya, gue merasa lebih ringan. Gue rasa gue sudah menemukan cara untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Ini bukan soal hasil atau tujuan yang harus dicapai, tapi tentang menikmati perjalanan itu sendiri."
Bintang tertawa, merasa bahagia untuk sahabatnya. "Wah, kalau lo udah ngomong kayak gitu, artinya lo udah jauh berkembang. Gue yakin kafe ini akan semakin sukses, bukan cuma karena minumannya, tapi karena energi positif yang lo bawa."
Rania tersenyum, merasa terharu. "Gue nggak tahu kenapa, Bintang, tapi gue merasa kita nggak cuma menciptakan tempat yang nyaman untuk orang lain, tapi kita juga membuat ruang untuk diri kita sendiri. Kita memberi ruang untuk orang datang, berbagi cerita, dan mungkin juga menemukan diri mereka sendiri."
Bintang mengangguk setuju. "Itu dia. Ini lebih dari sekadar kafe. Ini tentang membangun hubungan, tentang berbagi momen berharga."
Namun, meskipun perasaan Rania lebih ringan, ia tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Kini, dengan pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, ia merasa ada banyak hal yang perlu mereka capai bersama. Kafe ini bisa menjadi lebih dari sekadar tempat untuk menikmati secangkir kopi, tetapi juga sebagai tempat di mana orang-orang bisa menemukan kedamaian dan menjalin hubungan yang lebih manusiawi.
---
Hari itu, mereka memutuskan untuk mengadakan acara baru di kafe—sesuatu yang lebih intim dan mendalam, yang bisa membantu orang untuk merasa lebih terhubung dengan diri mereka sendiri.
“Gimana kalau kita buat acara yang bisa menginspirasi orang untuk menemukan kedamaian dalam diri mereka?” usul Rania pada Bintang, yang langsung tertarik dengan ide itu.
"Maksud lo, seperti workshop atau diskusi santai?" tanya Bintang.
Rania berpikir sejenak, sebelum tersenyum. “Iya, lebih ke berbagi pengalaman. Mungkin kita bisa mengundang orang-orang yang punya cerita inspiratif tentang bagaimana mereka menemukan kedamaian dalam hidup mereka. Jadi, bukan cuma fokus pada hasil, tapi pada perjalanan mereka.”
Bintang menyetujui ide itu, dan mereka pun mulai merencanakan acara tersebut dengan penuh semangat. Mereka menghubungi beberapa orang yang mereka kenal, termasuk beberapa pengunjung setia kafe yang pernah berbagi kisah hidup mereka. Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana yang penuh makna, bukan hanya untuk mencari keuntungan atau popularitas, tetapi untuk menciptakan tempat di mana orang bisa menemukan diri mereka.
---
Beberapa minggu kemudian, acara "Kedamaian dalam Perjalanan" digelar. Hari itu, suasana di kafe terasa berbeda. Tidak hanya karena banyak orang yang hadir, tetapi juga karena energi yang mereka bawa. Rania dan Bintang melihat para peserta berkumpul dengan semangat dan antusiasme yang tinggi. Beberapa dari mereka berbagi cerita tentang pencarian mereka untuk menemukan kedamaian dalam hidup, sementara yang lainnya datang hanya untuk mendengarkan dan belajar.
Salah satu pembicara, seorang wanita muda bernama Clara, menceritakan tentang perjalanan spiritualnya yang membawa dia ke tempat-tempat terpencil di dunia untuk mencari makna hidup. “Saya belajar bahwa kedamaian sejati bukan datang dari tempat-tempat yang tenang, tetapi dari dalam diri kita sendiri,” ujar Clara dengan penuh keyakinan.
Rania merasa terhubung dengan kata-kata Clara. Ia juga pernah merasa seperti mencari kedamaian di luar diri, padahal jawabannya selalu ada di dalam hati. Acara tersebut berlangsung dengan lancar, penuh tawa, air mata, dan cerita yang menyentuh hati.
Setelah acara selesai, beberapa orang mendekati Rania dan Bintang untuk mengucapkan terima kasih. “Saya merasa sangat terinspirasi hari ini. Saya rasa, sekarang saya tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya,” kata salah seorang peserta yang terlihat lebih cerah.
Rania hanya tersenyum mendengar hal itu. “Terima kasih sudah datang dan berbagi. Ini bukan hanya tentang acara, tapi tentang kita semua yang saling mendukung untuk menemukan kedamaian dalam hidup masing-masing.”
---
Hari berikutnya, suasana kafe kembali normal, tetapi Rania merasa lebih kuat dari sebelumnya. Ia tahu bahwa perjalanan ini, baik di kafe maupun dalam hidupnya, adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dengan pemahaman yang lebih dalam, ia merasa bahwa perannya lebih dari sekadar pemilik kafe; ia adalah bagian dari sebuah komunitas yang saling mendukung, memberi, dan tumbuh bersama.
Kafe ini telah menjadi lebih dari sekadar tempat berkumpul. Ia telah menjadi rumah bagi orang-orang yang mencari kenyamanan, tempat untuk menemukan kedamaian, dan ruang untuk berbagi kisah hidup yang penuh makna. Bintang juga merasa hal yang sama. Kini mereka tidak hanya bekerja bersama, tetapi juga menjalani hidup bersama, dengan lebih banyak kebijaksanaan dan kesabaran.
“Gue senang kita bisa bikin sesuatu yang lebih dari sekadar bisnis, Rania,” kata Bintang suatu malam ketika mereka sedang merencanakan acara selanjutnya.
Rania tersenyum, matanya berbinar. “Iya, gue juga. Ini bukan cuma tentang kafe. Ini tentang perjalanan kita dan orang-orang yang kita temui di sepanjang jalan.”
---
Namun, meskipun semua berjalan dengan baik, Rania tetap merasa bahwa perjalanan dirinya belum berakhir. Ia tahu bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian, dan mungkin suatu hari nanti ia akan kembali bertemu dengan tantangan baru. Namun, dengan ketenangan hati yang ia rasakan saat ini, Rania merasa siap untuk menghadapi apapun yang akan datang. Karena ia tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil adalah bagian dari proses untuk menjadi diri yang lebih baik.
Di tengah kesibukan kafe dan dunia luar yang tak pernah berhenti bergerak, Rania akhirnya menyadari satu hal yang penting—kedamaian sejati bukan hanya ditemukan di tempat yang tenang, tetapi di dalam diri seseorang yang benar-benar siap menerima perjalanan hidupnya dengan lapang dada.
---
To be continued...