NovelToon NovelToon
Bukan Istri Bayangan

Bukan Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dokter
Popularitas:1.2M
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.

Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.

Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.

Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.

Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.

.

.

"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31 - Hak dan Kewajiban (Suami-Istri)

Aliya terdiam. Mulutnya masih terbuka, ingin membela diri, tapi kata-kata itu tidak jadi keluar. Pandangan mereka bertemu beberapa detik, Bagaskara dengan tatapan seriusnya, Aliya dengan wajah memerah antara malu dan panik.

Akhirnya, ia hanya mengangguk kecil. “Baik … aku mandi dulu,” ucapnya lirih, sebelum segera berjalan ke kamar mandi, berusaha menyembunyikan wajah yang terasa panas setengah mati.

Di dalam kamar mandi, suara gemericik air mengisi ruangan, berpadu dengan aroma sabun yang segar. Aliya berdiri cukup lama di depan pancuran, membiarkan air mengalir melewati wajah dan tubuhnya.

Meski tubuhnya ingin segera menyelesaikan ritual mandi, pikirannya justru melayang pada noda merah yang sempat ia tinggalkan di seprai tadi.

“Astaga, gimana bisa sederes itu? Malu banget,” bisiknya dalam hati, menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

Bayangan Bagaskara yang tadi menatapnya dengan ekspresi setengah bingung setengah serius membuatnya semakin panas. Hatinya berdebar campur gugup, seakan-akan kejadian kecil itu adalah dosa besar yang sulit dimaafkan.

Alhasil, mandi yang biasanya singkat, kali ini terasa lebih lama. Aliya berusaha menenangkan dirinya, seolah air yang mengalir bisa mencuci bersih rasa malunya.

Hingga, selang beberapa menit kemudian, ia akhirnya mematikan pancuran dan melilitkan handuk ke tubuhnya. Setelah berpakaian seadanya di dalam kamar mandi, barulah ia memberanikan diri membuka pintu dan keluar.

Langkahnya terhenti. Pandangannya langsung jatuh pada ranjang. Tempat tidur itu kini sudah rapi sempurna. Seprai putih diganti dengan yang baru, licin tanpa kerut, bantal-bantal tersusun rapi di atasnya. Seolah noda memalukan tadi sama sekali tidak pernah ada.

“Kak Bagas ganti seprainya?” gumam Aliya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

Tidak ada siapapun di kamar saat ini, tetapi ia bisa menebak hanya satu orang yang cukup sigap dan telaten melakukan itu, suaminya.

Aliya menggigit bibir bawahnya, hatinya kembali hangat bercampur malu. Dia bahkan tidak membiarkanku membereskan sendiri.

Tidak ingin terlalu lama hanyut dalam pikiran itu, ia buru-buru bergerak ke lemari, memilih pakaian formalnya.

Sebagaimana seorang dokter yang harus tampil sopan dan rapi, ia mengenakan atasan putih sederhana dengan celana kain.

Tidak ada waktu untuk merias wajah hari ini, ia hanya sempat mengoleskan lip balm tipis agar bibirnya tidak pucat. Rambut panjangnya ia ikat sederhana, memberi kesan segar meski tanpa polesan make-up.

Dengan sedikit tergesa, ia turun dari kamar. Suara langkahnya terdengar ringan, namun hatinya berdebar karena ia tahu Bagaskara pasti sudah menunggu.

Benar saja. Di ruang makan, pria itu duduk tenang di kursi, sudah berpakaian rapi dengan kemeja dan jas. Di atas meja, dua piring sandwich tertata manis, lengkap dengan segelas jus jeruk yang masih tampak segar.

Aliya sempat terdiam di ambang pintu, menatap pemandangan itu. Ada sesuatu yang menohok dadanya, bagaimana pria itu, meski keras dan penuh gengsi, tetap menyiapkan semuanya untuknya.

“Ayo,” ucapnya buru-buru, khawatir Bagaskara terlambat menghadiri rapat.

Namun, pria itu hanya melirik sekilas, lalu menggeleng tipis. “Sarapan dulu.”

“Oh okay,” sahut Aliya agak salah tingkah, kemudian segera menarik kursi dan duduk di hadapan suaminya.

Mereka menikmati sarapan dalam diam. Sandwich buatan Bagaskara sederhana saja, roti panggang, telur, sayuran, dan sedikit saus, tetapi rasanya hangat, apalagi dimakan bersama. Aliya tidak berani banyak komentar, takut suasana canggung itu berubah jadi tegang.

Usai sarapan, keduanya bersiap berangkat. Bagaskara mengambil kunci mobil, sedangkan Aliya buru-buru merapikan tas kerja dan tentu saja menyiapkan air minum yang sempat menarik perhatian Bagas kemarin.

Begitu di dalam mobil, suasana awalnya hanya diisi oleh suara mesin dan deru angin dari jendela. Aliya duduk tenang, namun perasaannya tidak karuan.

Dari semalam hingga pagi ini, ia merasa terus-menerus merepotkan Bagaskara. Mulai dari drama emosionalnya di ruang tengah, kemudian harus dibopong ke kamar, lalu noda seprai yang menyebalkan itu, hingga sekarang masih harus diantar ke tempat kerja.

Ia menoleh sedikit, memperhatikan wajah suaminya dari samping. Rahang tegas itu tetap terfokus pada jalan, tangan besar menggenggam kemudi dengan mantap.

Tatapannya serius, seperti biasa, namun entah kenapa kali ini Aliya justru merasa ada ketenangan yang menular hanya dengan melihatnya.

“Ehem, Kak Bagas.”

Suara lirih Aliya memecah hening. Bagaskara sempat melirik sekilas, alisnya sedikit terangkat, sebelum kembali fokus ke jalan. “Hem?”

Aliya menggigit bibir bawah, mengumpulkan keberanian. “Terima kasih ya.”

“Untuk?” Nada suara Bagaskara datar, tapi jelas mengandung rasa ingin tahu.

Aliya menarik napas pelan. “Untuk semua jasanya. Dari kemarin aku ngerepotin banget. Maaf ya, Kak.” Ia menunduk, jari-jarinya saling meremas di pangkuan.

Bagaskara tidak langsung menjawab. Matanya tetap lurus ke depan, tetapi sesaat kemudian bibirnya bergerak, mengeluarkan kalimat yang membuat Aliya tertegun.

“Tidak perlu berterima kasih. Itu kewajibanku sebagai suami.”

Aliya spontan menoleh, matanya membesar. Ia tidak pernah menduga pria itu akan menjawab dengan kata-kata sehangat itu, meski ucapannya disampaikan dengan tenang dan tanpa ekspresi berlebihan.

“Dan ....” Bagaskara menambahkan, kali ini matanya sekilas melirik Aliya, “hakmu sebagai istriku, Aliya.”

Deg

Hati Aliya bergetar hebat. Kata-kata sederhana itu menembus dirinya lebih dalam dari yang ia duga. Senyum tipis muncul di wajahnya, pipinya memanas. Ia bahkan sampai menunduk, takut kalau Bagaskara melihat rona merah yang mulai menyebar di wajahnya.

Namun, senyum itu mendadak terhenti ketika Bagaskara kembali membuka mulut. Suaranya tetap datar, tapi tegas, menembus udara hening dalam mobil.

“Dan aku harap, setelah ini kamu juga tahu kewajibanmu sebagai istri.” Ia memberi jeda, sengaja menoleh sekilas ke arah Aliya yang menegang. “Dan memberikan hak-ku sebagai suami, paham?”

.

.

- To Be Continued -

1
Ita rahmawati
aliya jan jan 🤦‍♀️🤣🤣
Sugiharti Rusli
waduh apa nih maksud dari mertua Aliya bicara begitu ke sang menantunya, tapi mungkin juga si Aliya sekarang sedang hamil,,,
Sugiharti Rusli
diantara empat sekawan ini yang suka berbicara paling frontal memang Anjani dan Aliya yah kan selama ini, jadi kalo mereka bertemu yah terkadang seru tapi juga saling sindir juga sih, beruntung sekarang Anjani sudah lebih bersikap dewasa yah🤭🤭🤭
Mutia
eh ..beneran tu suami Anjani udah 50 th ...yg benar
Sugiharti Rusli
kalo ga ada tingkah Aliya yang menggemaskan bukan dia namanya, tapi memang kalo salah satu pasangan pendiam, yang lain sebaiknya memang aktif sih, biar ga flat rumahtangganya yah kan Al😝😝😝
Sugiharti Rusli
sepertinya sifat nyeleneh si Aliya gen dari sang mama mertua yah Gas😅😅😅
Sari Sindanglaya
mertua adalah maut🤣🤣hindari al... kabuuurrr
novel destiny
nah lohh..
bisa jadi pas aliyah ngintip pas pake lingerie itu keliatan ama itu aki2 tua bangka 😤
plisss bagas pulang. mending ada asisten rumah tangga sama satpam deh. biar lebih aman dari orang ga waras gtu
novel destiny
aliyah durhakim banget dah ama emaknya 🤣🤣🤣
" mamah jangan sering2 kemari! " 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Mamah Nisa
waah ga bener nih mertuanya....
nuraeinieni
cari masalah aja nih papa mertua bau tanah.
Nana zweety
lagian cuma papa tiri... ga usah di baikin deh Bagas kan dia dulu sangat jahat sama kamu
mamaqe
diihhh emang mo cari perkara ni orang tua
Nunung Sutiah
Teu insaf" nya, eta aki"....
Layla 🌹
lo looo itu mertua knp pke ngomong seksi ga sopan bngt 😤
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
idihhhh si karyo ga tobat2. diamuk bagas dan jendra mampus loe
Esther Lestari
ngomong apa papa mertua....seksi😱.
Itu menantu mu ya pa, gak sopan ngomong gitu😡.
Curiga nih apa maunya papa tiri Bagas, hati-hati Al jangan boleh masuk rumah
n4th4n14e4
dih
Ratih Komala
waduuuuh racuuun ni si bapak...
dyah EkaPratiwi
wah g beres ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!