Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.
Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.
Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.
Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.
Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.
“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”
“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”
“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Olahraga pagi
...0o0__0o0...
...Ruang Gym – Pagi Hari...
...Naya berdiri canggung di tengah ruang gym pribadi milik Arya. Ruangan itu luas, lantainya bersih berkilat, dinding kaca bening, peralatan tertata rapi—terlalu rapi untuk ukuran tempat olahraga....
...Gadis mengenakan pakaian olahraga sederhana, celana legging pendek dan sport bra. Rambutnya di ikat tinggi—menampilkan leher jenjang putihnya....
...Penampilan Naya sungguh terlihat cantik dan menggoda bahkan tanpa usaha....
...Arya masuk beberapa detik kemudian....
...Pakaian-nya berbeda dari biasanya—bukan kemeja, bukan setelan. Kaos putih dan jogger gelap. Simpel, tapi justru membuat aura dingin-nya semakin menekan....
...Tatapan pertama Arya langsung tertuju ke Naya. Bukan ke peralatan olahraga. Bukan juga ke ruangan. Laki-laki itu mengamati penampilan gadis itu dengan tenang, mulai atas sampai bawah....
...Glek..!...
...Arya menelan ludahnya, jakunnya terlihat bergerak naik-turun dengan berat....
...Udara pagi yang seharus-nya terasa dingin dan segar, kini berubah jadi panas....
..."Sial, gadis itu terlihat sangat menggoda." Umpat Arya geram dalam hati. Ia merasa tangan-nya gatal untuk menyentuh dan menyelusuri tubuh Naya....
...Sedangkan Naya menelan ludah. menatap Arya sambil tersenyum tipis. "Selamat pagi, tuan Arya." Sapanya lembut....
...“Pagi,” ucap Arya datar sambil berjalan mendekat. “Kita mulai olahraga-nya.”...
...Naya mengangguk, apapun yang Arya lakukan tidak pernah membuatnya tidak tertarik. "Pesona duda kaya raya memang tidak kaleng-kaleng." Guman'nya membatin....
...0o0__0o0...
...Naya sudah siap pada posisinya, berdiri di depan. Sedangkan Arya berdiri tepat di belakang-nya sebagai pelatih....
...Di mulai dari Pemanasan....
...“Tangan di atas,” perintah Arya datar....
...Naya mengangkat tangan....
...Arya berdiri di belakang-nya, memperhatikan lekuk kecil di pinggang gadis itu....
...“Tarik napas. Dalam.” Arya menepuk punggung Naya perlahan. “Pundak-nya rileks.” intruksinya....
...Sentuhan sekecil itu cukup membuat Naya kaget. Meremang secara bersamaan....
...“Maaf, Tuan… saya cuma—”...
...“Diam.” Potong Arya tidak keras, tapi tegas. “Gerakkan tubuhmu. Ikuti saya.” Ia memutar sedikit tubuh Naya, membetulkan posisi kakinya tanpa banyak bicara....
...Naya hanya bisa mengangguk kecil. Mengikuti setiap instruksi yang di berikan Arya tanpa bantahan....
...0o0__0o0...
...Latihan Ringan – Plank...
...“Turun.” Arya menepuk matras....
...Naya berlutut, lalu bersiap mengambil posisi plank. Tapi sikunya terlalu jauh ke depan, pinggang-nya terlalu turun....
...Arya mendesah kecil, lalu jongkok di samping-nya. “Kalau kamu paksa posisi seperti itu, kamu bisa cedera.” Tangan-nya meraih pinggang Naya, menarik-nya naik sedikit. “Naikkan. Ya… segitu.”...
...Sentuhan-nya dingin tapi terkontrol. Namun meninggalkan sengatan listrik kecil pada tubuh keduanya....
...“Luruskan punggung.” Arya menyentuh punggung bawah Naya, menggeser-nya sedikit lagi. “Tahan.”...
...Naya mulai gemetar. Setiap sentuhan laki-laki itu membuat-nya justru tidak fokus....
...“Baru lima menit,” Arya mengingatkan, suaranya terdengar seperti ejekan halus. “Aku di sini. Fokus, Naya.”...
...Naya menggigit bibir, mencoba bertahan....
...Arya menunduk, matanya sejajar dengan wajah Naya. “Napas mu tidak stabil.” Bisik-nya datar....
...“Maaf tuan… Saya masih merasa kaku dan sedikit kesulitan.” Ucap Naya beralasan. Padahal sedari tadi ia gagal fokus, pikiran-nya berkelana liar....
...Siapa yang tidak tergoda di bimbing olahraga oleh duda hot dan kaya raya. Di tambah wajahnya sangat tampan dan bentuk tubuhnya kekar....
...“Aku tidak butuh kata maaf. Stabilkan napas mu jangan banyak alasan.” Balasnya datar, tegas....
...Nada suara Arya yang dingin membuat Naya otomatis menurut....
...0o0__0o0...
...Latihan Peregangan – Assisted Stretch...
...Arya duduk di belakang Naya, kakinya menjepit pinggang gadis itu agar posisi tidak bergeser....
...“Pegang kaki,” Instruksi Arya. Suaranya rendah, mirip bisikan kecil namun meng-goda secara bersamaan....
...Seketika tubuh Naya meremang. Nafas Arya menerpa tengkuknya, membuat tubuhnya bergetar halus....
..."Tahan Naya, duda memang menggoda, tapi kamu harus tetap main cantik." Batinnya meng-sugesti dirinya sendiri....
...Naya meng-hembuskan nafas'nya dalam-dalam, lalu berusaha meraih ujung sepatu, tapi tubuhnya kaku....
...“Saya bantu.” Katanya tiba-tiba....
...Arya meletakkan kedua tangan-nya di punggung Naya, mendorong-nya maju secara perlahan tapi mantap....
...“Pelan, Tuan… sakit rasanya…” Naya mendesis pelan....
...“Kalau sakitnya normal, tahan,” bisik Arya dekat telinga'nya. “Tubuh mu akan mulai belajar dari rasa itu.” Tekanan tangan-nya stabil—tidak menyakiti, tapi membuat Naya patuh....
...Wajah Naya memerah, di sertai degup jantung yang menggila. Gadis itu hanya bisa mengumpat dalam hati....
...Arya sepertinya sengaja menggoda dan menguji Babysitter putranya itu....
...“Bagus,” Arya memujinya, suaranya rendah. “Lebih lentur dari yang ku kira.” katanya ambigu....
...Pipi Naya semakin memerah tanpa ia sadari. Seringai tipis muncul di sudut bibirnya tanpa Arya ketahui....
...0o0__0o0...
...Kardio Ringan – Treadmill...
...Arya menyalakan treadmill dengan kecepatan sangat pelan....
...“Naik.” Titah-nya tegas....
...Naya melangkah, pelan. Bibirnya manyun sedikit. Ia sebal karena Arya selain dingin, membuat'nya berasa uji nyali dalam segala sisi....
...Arya berdiri di samping, tangan-nya di panel kontrol. “Kamu cuma jalan. Tidak usah pikir macam-macam.”...
...Naya berjalan pelan, tangan sesekali memegang palang....
...Arya memperhatikan dari samping—serius, intens, seperti menilai setiap gerakan-nya. Namun fokusnya bukan pada gerakan Naya. Melainkan pada lekuk tubuhnya yang tercetak jelas. ...
...Hening. ...
...Hanya ada suara hembusan nafas keduanya yang terasa berat di iringi detak jam dinding....
...“Tempo bagus,” katanya. “Nafas stabil. Tubuh mu merespons cepat.”...
...“Kalo begini terus… bisa kurus nggak, Tuan ?” tanya Naya polos....
...Arya berhenti menatap panel atau langkahnya—tatapan-nya pindah penuh ke wajah Naya....
...“Kurus bukan tujuan,” ujar Arya datar. “Sehat. Kuat. Itu tujuan ku.”...
...“Untuk saya ?” Tanya Naya cepat....
...“Untuk kita,” jawab Arya singkat. Kemudian ia menambahkan pelan, “Dan untuk Karan.”...
...Naya langsung terdiam. Matanya membulat. Bibir-nya terbuka mencoba berbicara namun suara-nya tertelan di tenggorokan....
...Hening....
...Arya mematikan treadmill. Naya turun, terlihat letih tapi lega....
...“Tuan… terima kasih. Saya—”...
...Arya menyentuh kepala Naya, mengacak rambutnya sedikit. Bukan lembut, tapi hangat dengan caranya sendiri....
...“Kamu melakukan dengan baik,” ucapnya. “Dan mulai sekarang, kita latihan begini setiap pagi.”...
...“M-Mulai sekarang… tiap hari ?” Naya tercengang....
...Arya menatapnya datar, seolah itu keputusan paling jelas di dunia. “Ya. Tubuh mu perlu di jaga, Naya. Itu artinya aku tidak akan biarkan kamu merawat diri dengan asal.”...
...Naya memandang Arya dengan pipi memerah. Ia tidak membantah....
...Arya hanya menambahkan satu kalimat lagi, pendek tapi berat. “Besok kita mulai lebih serius.”...
...Naya masih berdiri di dekat treadmill, napasnya belum sepenuh-nya kembali normal. Ia mengusap kening-nya dengan ujung handuk....
...Tubuh gadis itu terlihat kecil di tengah ruangan gym yang luas....
...Saat itulah Arya melangkah maju, mengambil remote kecil untuk peralatan gym....
...“Sekarang giliran ku yang olahraga,” katanya pendek....
...Naya menatap-nya heran. “Eh ? Tuan juga mau olahraga ?”...
...Arya mengangkat alis—gerakan sederhana, tapi cukup untuk membuat Naya merasa pertanyaan-nya konyol....
...“Aku yang atur program mu, Naya. Tidak adil kalau aku menyuruh mu kuat, sementara aku tidak menunjuk-kan caranya.”...
...Arya menatap-nya dari ujung kepala sampai kaki. “Dan aku tidak ingin kamu olahraga sendiri.” Nada itu… gelap, dalam, dan menguasai. Namun penuh maksud tersembunyi....
...Glek..!...
...Naya menelan ludah....
...0o0__0o0...
... ...