“Aku bukan barang yang bisa diperjualbelikan.” —Zea
Zea Callista kehilangan orangtuanya dalam sebuah pembantaian brutal yang mengubah hidupnya selamanya. Diasuh oleh paman dan bibinya yang kejam, ia diperlakukan layaknya pembantu dan diperlakukan dengan penuh hinaan oleh sepupunya, Celine. Harapannya untuk kebebasan pupus ketika keluarganya yang serakah menjualnya kepada seorang mafia sebagai bayaran hutang.
Namun, sosok yang selama ini dikira pria tua berbadan buncit ternyata adalah Giovanni Alteza—seorang CEO muda yang kaya raya, berkarisma, dan tanpa ampun. Dunia mengaguminya sebagai pengusaha sukses, tetapi di balik layar, ia adalah pemimpin organisasi mafia paling berbahaya.
“Kau milikku, Zea. Selamanya milikku, dan kau harus menandatangani surat pernikahan kita, tanpa penolakan,”ucap Gio dengan suara serak, sedikit terengah-engah setelah berhasil membuat Zea tercengang dengan ciuman panas yang diberikan lelaki itu.
Apa yang akan dilakukan Zea selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BEEXY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 - Ledakan
Setelah menyelesaikan rutinitas pagi, Zea kembali keluar dari kamarnya dan mengamati Bodyguard yang tadi berbicara ramah padanya.
"Kau yang tadi pagi bicara padaku kan?"tanya Zea pada Bodyguard itu.
Tapi, sang Bodyguard tidak menjawab pertanyaan Zea dan hanya menatap datar ke arah depan, bahkan tidak memandang gadis itu sama sekali.
"Hei, aku bicara padamu!!" Zea berjinjit, tangan kanannya melambai di depan sang Bodyguard yang tetap berwajah datar tanpa menggubris Zea.
Hingga langkah kaki terdengar mendekat, Federico yang melihat tingkah konyol Zea untuk berusaha bicara dengan bodyguard Alteza lantas menggelengkan kepalanya. Segera lelaki itu kembali melangkahkan kaki semakin dekat dengan Zea.
"Sudah dibilang, bodyguard itu tidak akan bicara denganmu tanpa perintah Tuan Alteza,"ucap Federico dengan wajah datar.
Zea yang melihat Federico berdiri di sampingnya lalu memutar tubuhnya menghadap lelaki itu. "Tapi tadi pagi dia bicara padaku."
"Bicara padamu? Itu konyol. Mungkin kau berhalusinasi."
Kedua alis Zea menukik tajam ke bawah. Tidak terima dengan tuduhan Federico yang mengatainya berhalusinasi. "Aku tidak berhalusinasi, dia tadi benar-benar bicara padaku."
Sementara Federico hanya menggelengkan kepalanya, tetap tidak percaya. Sorot mata Lelaki itu bahkan tidak menunjukkan emosi.
Zea kembali bicara, "hei percayalah."
"Tidak."
"Justru karena tadi pagi dia bicara padaku. Makanya aku ingin bertanya padamu, apakah Giovanni telah mengizinkannya bicara dengan orang lain. Tapi saat aku ingin bertanya, kau malah menjawab telepon." Zea yang memang berinteraksi dengan Bodyguard itu pun masih teguh dengan pendiriannya.
"Tidak. Tuan Alteza tidak mengizinkannya. Dan aku menjawab telepon karena ada urusan dengan Tuan Altezza, yang kau tidak akan paham walaupun aku menjelaskannya."
Sialan.
Begitulah Frederico yang sukses membuat Zea merengut kesal.
"Lalu kau pikir aku berbohong? Aku benar-benar bicara padanya." Tidak mau kalah, Zea menunjuk sang bodyguard untuk menyakinkan Frederico.
"Sudahlah. Sebaiknya kau melakukan kegiatan yang lebih berguna dan tidak menyusahkanku," ucap Federico lalu menghela nafas panjang, mulai pusing dengan tingkah Zea.
"Baiklah baiklah, terserah jika kau tidak percaya padaku." Gadis itu bersedekap dada, masih dengan raut kesal yang kentara.
Membuat Federico menggelengkan kepalanya. "Kau bisa menonton televisi di ruang tengah, biar kau tidak terlalu banyak berhalusinasi."
Lelaki itu berjalan menuju ruang tengah. Mau tidak mau, Zea mengikuti Federico. Walaupun gadis itu masih kesal. Tidak mungkin kan yang tadi pagi Zea berhalusinasi? Jelas-jelas dia disapa.
Disaat mereka berdua telah pergi menjauh, tanpa disadari oleh mereka, sang bodyguard yang tadi diajak bicara tapi tetep diam akhirnya menghela nafas lega. Hampir saja tadi pria itu akan menyapa Zea lagi, tapi saat mendengar langkah kaki Federico. Bodyguard tadi langsung bungkam—untung saja instingnya tajam.
Lelaki itu langsung kembali menekan earpiece nya dan terhubung dengan William yang tengah duduk membatah semua Rencana di kursi besarnya—Herman Miller Embody Chair— dengan segelas kecil Vodka di tangannya. Arah matanya menajam melihat setiap sudut mansion dari kamera tersembunyi yang telah dipasang oleh suruhannya yang menyusup menjadi bodyguard—William tidak bisa meretas CCTV Giovanni karena itu akan sia-sia, pengamanan cctv alteza sangatlah kuat, bodyguard William bisa masuk ke Mansion pun karena taman terbengkalai itu yang memiliki akses masuk dengan mudah.
"Rencana telah terlaksana, Tuan William,"ucap Bodyguard suruhan William itu dari Mansion.
William mengangguk-angguk. "Setelah aku menjalankan rencana NS 01 B, bersiap untuk melanjutkan rencana selanjutnya."
"Siap."
Dengan begitu sambungan terputus.
Lalu William berseringai, membayangkan keberhasilan rencananya membuat lelaki itu tertawa kecil dengan picik.
Lalu dia menekan tombol di meja dan memberi perintah, "Rencana NS-01B, laksanakan."
Tepat setelah mengatakan itu, sebuah ledakan terlihat dari salah satu kamera—yang menunjukkan salah satu pabrik manufaktur Altezza yang berada cukup jauh dari kota hancur satu persatu bagian bangunannya.
Selain kemera Mansion, William juga memasang kamera dari drone untuk memantau pelaksanaan rencana NS-01B nya.
Setelah ledakan itu terjadi begitu tragis, William tertawa kencang. Dia tau pengamanan di pabrik itu paling kecil di antara pabrik Giovanni yang lain. Menciptakan celah hebat untuk aksi pria itu.
"Setelah ini, tidak akan ada lagi perlindungan untuk Zea Calista,"ucap William yang kemudian menenggak Vodka di tangannya sampai tandas.
\=\=\=
Sementara itu Zea pada akhirnya benar-benar menuruti saran dari Federico untuk menonton televisi. Dia masih sibuk mencari saluran yang sekiranya dia sukai untuk ditonton.
Federico yang berdiri di samping sofa melihat hal tersebut menghela nafas kasar, "Apa Kau hanya akan membiarkan TV itu berdisko?"
"Apa maksudmu berdisko?"
"Lihat saja layarnya terus berkelap-kelip karena kau mengganti saluran berkali-kali dalam sepersekian detik."
"Aku tidak tau harus menonton apa."
Federico menggelengkan kepalanya."Sesulit itukah menentukan saluran televisi yang ingin kau tonton?"
"Diamlah, Aku sedang mencari. Lagi pula aku tidak terbiasa menonton televisi, biasanya yang kulakukan adalah berlatih ilmu bela diri atau bersih-bersih rumah paman dan bibiku."
"Ternyata menonton TV tetap tidak bisa membuatmu diam." Federico menghela nafas lelah.
Hingga ponselnya tiba-tiba berdering. Pria itu berjalan pergi untuk mengangkat panggilan yang ternyata itu dari Asher sang sekretaris Alteza. Raut wajah Federico langsung berubah masam setelah mendengar informasi yang diberikan oleh Asher melalui saluran telepon. "Saya akan menyiapkan semuanya,"ucap Frederico dan panggilan itu pun terputus.
Lalu Federico masuk kembali ke dalam ruangan untuk melihat Zea. Sejenak lelaki itu menghela nafas lega karena pada akhirnya Zea tidak lagi mengganti saluran televisi dalam ritme yang cepat.
Tapi, perasaan lega tersebut tiba-tiba sirna karena melihat raut wajah Zea yang tercengang saat menonton berita di televisi.
Federico segera berjalan mendekat.
Zea menggigit bibir bawahnya. "Ada sekitar 20 orang meninggal dunia karena ledakan di pabrik NeroSteel."
Dalam berita itu dinyatakan bahwa NeroSteel adalah pabrik milik perusahaan Giovanni Altezza yang memproduksi baja dan logam khusus untuk berbagai industri dan mengalami ledakan yang menewaskan 20 orang pekerja, dan 30 orang lainnya luka-luka. Serta beberapa orang yang berhasil selamat, telah dievakuasi.
Federico tercengang melihat pemberitaan di televisi. Padahal baru saja Asher memberitahu tentang ledakan itu, dan sekarang sudah ada beritanya saja.
Sementara Zea merasakan empati yang mendalam untuk para korban tersebut. Terlebih, pabrik itu milik seseorang yang dia kenal yaitu Giovanni Alteza.
"Kau tidak perlu cemas, Tuan alteza bisa mengatasinya,"ucap Federico. "Kecelakaan kerja sudah biasa terjadi. Itu adalah resiko yang harus ditanggung dari setiap pekerja."
"Tapi ... tetap saja aku merasa sedih."
"Untuk apa kau merasa sedih? Mereka semua bahkan tidak mengenalmu."
"Kau terlalu ketus! Di mana hati nuranimu?? Apa kau tidak memikirkan Bagaimana keluarga mereka yang ditinggalkan? Mereka akan kehilangan sosok yang selalu bekerja keras untuk menghidupi mereka."
Federico diam sejenak. Merasakan desiran aneh di dalam dirinya. Perasaan familiar. "Kau tidak perlu memperdulikan orang yang tidak kau kenal. Dan tentang kematian mereka, itu adalah takdir yang harus mereka terima. Kenyataan hidup memang tidak selalu manis."
Saat mendengar pemberitaan tersebut, sang Bodyguard suruhan William berseringai karena artinya rencana selanjutnya akan segera dilaksanakan.
\=\=\=
Sementara itu, di kantor.. Giovanni menatap tajam orang-orang Yang berbaris di depannya. Tetapan yang seolah mampu menguliti mereka satu persatu. Membuat Asher sang sekretaris pun ikut merinding.
"Cari tahu siapa yang bertanggung jawab di cabang NeroSteel serta siapa yang berkhianat, tangkap dia dan bawa padaku hidup-hidup,"ucap Giovanni dengan tajam dan dingin sontak membuat orang-orang di depan tercekat.
\=\=
Sekian dulu, jangan lupa like, komen dan subscribe ❤️ kalian juga bisa memberikan dukungan tambahan pada Bee dengan menonton Video 🫶
Love Bee 🍯