Bagaimana jika degup ku tak kunjung meredup, sedangkan rasamu tak kunjung selaras. Bagaimana jika rindupun tak kian padam namun rasanya terus meredam. Ternyata benar tidak ada yang mampu menggenggam hujan. karena hujan jatuhnya selalu menyakitkan bukan. (Lavanya)
Kisah gadis Bar-Bar yang mengalami broken home, bukan hanya broken home tapi juga broken heart, sebab teman masa kecilnya sekaligus tentangga depan rumahnya mendadak menjauh dan renggang karena di antara keduanya terjadi kesalahpahaman hingga membuat keduanya menjaga jarak, namun memang dasarnya jodoh sudah di pisahkan pun tetap kembali bersama walaupun harus melalui jalur perjodohan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon y.al_29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karina's Cry
Karina masih mengikuti Arbian dari belakang dan memanggil-memanggil Arbian tanpa henti, hingga mereka jadi pusat perhatian orang-orang, Arbian yang merasa terganggu akan hal itu seketika berbalik arah dan langsung membentak Karina.
"Lu tuh mau nya apasih" Bentak Arbian.
"Bi, kamu" Ucap Karina tercekat karena kaget dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Apa? Bisa engga jangan ikutin gue terus, gue tuh risi tau ga" Ucap Arbian dengan kesal, sedangkan Karina sudah di pastikan lebih memilih diam dan menunduk lantaran dia malu karena sudah jadi pusat perhatian banyak orang.
"Maaf" Ujar Karina dengan suara parau karena dia sedang berusaha menahan untuk tidak menangis, tanpa mereka sadari Lavanya, Xabiru, Hana menyaksikan kejadian tersebut.
"Biru gue minta tolong sama lu, bawa Arbian dulu, terus gue bawa Karina, nanti gue hubungin lu lagi" Ujar Lavanya tanpa banyak basa-basi dia melangkah ke tengah kerumunan dan langsung menarik lengan Karina
"Ikut gue" Celetuk Lavanya sambil melangkah maju langkahnya terhenti di depan Arbian dia tidak berbicara sepatah kata apapun tapi matanya seolah berkata bahwa dia sangat kecewa pada Arbian.
"Van ini..." Ucap Arbian tertahan sebab Xabiru lebih dulu menarik nya.
"Lu ikut gue Bi" Ujar Xabiru pada Arbian "Hana kamu ikutin teteh Vanya gih" Lanjutnya pada sang adik, tanpa menjawab Hana langsung bergegas pergi menyusul Lavanya.
Dan saat ini tepatnya di bangku taman Lavanya duduk bersama Karina, tak lama Hana datang menghampiri keduanya. Karina hanya diam dan menunduk sedangkan Lavanya tidak berani berbicara lebih dulu, lebih tepatnya dia membiarkan Karina meluapkan kesedihannya.
"Kak Karin ini" Ucap Hana sambil menyodorkan tisu ke Karina, Karina yang melihat itu seketika pecah sudah tangisnya.
"Hana.. hiks..hiks Ma..makasih" Bulir air mata berjatuhan tanpa di tahan "Van hati gue sakit, sakit banget ko dia tega bentak gue di depan umum hiks gue malu Van" Ucap Karina dengan pilu.
"Keluarin aja semuanya" Ucap Lavanya, Air mata Karina makin mengalir deras, di rasa sudah tenang Lavanya mulai bertanya.
"Awalnya kenapa lu bisa di bentak sama dia" Tanya Lavanya, dan saat itu juga Karina mulai menceritakan semua kejadiannya tanpa terlewat sedikit pun.
"Gitu ceritanya Van, ya mungkin gue salah ngintilin dia mulu dan buat dia risi, tapi ga harus sampe bentak gue kan, gue malu" Ujar Karina.
"Kali ini gue setuju sama lu, yang jadi pertanyaan Nadya siapa?" Ujar Lavanya.
"Katanya temen sekelas Hana" Ucap Karina sambil melihat ke arah Hana.
"Kamu tau dek?" Tanya Lavanya.
"Iyah tau" Jawab Hana dengan wajah murung.
"Ko muka kamu begitu, kenapa dia jahatin kamu?" Tanya Karina.
"Eh,, engga ko Kak gapapa" Balas Hana dengan cepat. Namun Karina masih tidak percaya dengan jawaban Hana tapi dia berusaha untuk pura-pura percaya.
"Oh, kalo ada apa-apa cerita ke kita" Ucap Karina, biar bagaimanapun dia juga sudah menganggap Hana seperti adiknya sendiri karena mereka sedari kecil selalu bersama.
"Iya-iya kak siap" Ujar Hana sambil tersenyum manis.
"Udah lu udah ga sedih lagi kan, kita makan bubur ayam yuk" Ucap Lavanya.
"Engga ah gue males, gue udah sarapan Van, kayanya gue pulang aja deh ini juga udah jam 09.30 gue ada janji bantuin mama buat bikin kue" Terang Karina.
"Yahh, yaudah deh take care lu" Ucap Lavanya sambil memeluk Karina.
"Iya-iya, awas lepas lebay lu pake segala peluk-peluk gue biasanya aja kaga" Oceh Karina.
"Cih, udah Sono balik lu" Balas Lavanya dengan ketus.
"Kakak hati-hati ya, salam buat Tante Mala" Ucap Nada dengan lembut.
"Iyah siap, babay" Pamit Karina sambil berjalan pergi ke arah parkiran.
Sedangkan di sisi lain Xabiru dan Arbian sedang duduk bersama di pinggir gedung dekat dengan area parkir.
"Lu kenapa bisa bentak Karina depan umum Bi?" Tanya Xabiru.
"Gue ga sengaja, abis dia ngeselin banget Xa" Balas Arbian.
"Sengeselin apapun dia, tetep aja dia sahabat kita Bi, lu ga boleh gitu apalagi dia cewek" Jelas Xabiru.
"Iyah gue ngaku salah tapi tetep aja dia juga salah" Ucap Arbian yang tak mau di salahkan sepenuhnya.
"Gue ga mau ikut campur urusan kalian, karena gue ga ada hak buat ikut campur, gue juga gatau persis masalahnya apa, cuma kalo Karel tau kayanya dia bakal marah banget sama lu Bi" Jelas Xabiru panjang lebar.
"Iyah nanti gue bakal minta maaf sama dia" Celetuk Arbian.
"Gue cuma ngasih saran sama lu Bi, jangan terlalu keras sama Karian, lu bakal sadar dan ngerasa kehilangan saat dia jauh dari lu" Ujar Xabiru.
"Apaan sih, lu sejak kapan jadi puitis gitu, merinding gue, lagi pula buat apa gue ngerasa kehilangan, gue aja ga punya perasaan apa-apa sama dia" Ucap Arbian sembari tertawa sumbang pas berbarengan dengan Karina yang melewati mereka berdua.
"Hi Xabiru?" Sapanya pada Xabiru.
"Hi Rin, Lavanya mana?" Tanya Xabiru.
"Di belakang, lagi mau nyari tukang bubur naik haji katanya" Celetuk Karina tanpa memperdulikan tatapan Arbian.
"Cih garing banget, mau kemana?" Tanya Xabiru.
"Pulang, mama gue udah nungguin, gue duluan ya" Ucapnya sambil berjalan lurus melewati Arbian. Sedangkan Arbian yang di lewati begitu saja ada perasaan tidak terima tapi gengsinya terlalu tinggi untuk sekedar menyapa atau meminta maaf pada Karina.
"Mata dia sembab, dia abis nangis? Ko dia lewatin gue doang, dia beneran marah sama gue, ah terserah deh" Gumanya dalam hati. Karina sudah menjauh tapi Arbian tetap memperhatikannya.
"Baru gue bilang, sekarang udah kejadian" Celetuk Xabiru, Arbian yang sadar akan sindiran Xabiru pun seketika langsung menoleh ke aranya.
"Ck," tak ada jawaban hanya decakan yang keluar dari mulut Arbian.
"Mending gue nyamperin Lavanya aja" Ucap Xabiru berjalan meninggalkan Arbian sedangkan Arbian hanya mengikuti langkah Aksara dari belakang.
Saat sudah sampai di tempat kuliner Xabiru celingak-celinguk mencari Lavanya dan Hana, tak lama dia menemukan gadis yang dia cari bersama sang adik sedang asik memakan bubur ayam.
"Hm, aku ko ga di ajak makan" Celetuk Xabiru yang baru datang.
"Gausah manja, tinggal pesan" Jawab Lavanya dengan ketus.
"Bukannya Aa udah sarapan ya tadi" Celoteh Hana.
"Itu tadi, sekarang beda lagi" Jawab Xabiru.
"Dih bucin" Timpal Arbian.
Lavanya tidak perduli dengan perdebatan mereka, karena dia sedang menikmati bubur ayam langganannya.
"Van, tadi gue ga sengaja, maafin gue ya" Ucap Arbian, sedangkan Lavanya masih terus makan tanpa peduli dengan ucapan Arbian.
"Van ngomong lah jangan diem aja" Celoteh Arbian yang tak menyerah.
"Ck, gue lagi makan, mata lu ga burem kan!" Ucap Lavanya dengan ketus. Sedangkan Arbian yang menyadari bahwa sepupunya marah hanya diam dan tak berani berbicara lagi.
"Gue ga bisa bantu, kayanya dia beneran marah sama lu, lu siap-siap aja di musuhin" Bisik Xabiru.
"So banget, lu aja kalo bukan karena perjodohan, gaakan akur sama dia" Balas Arbian.
"Bodoamett gue ga perduli" Jawab Xabiru sekennya.
Di sisi lain tepatnya di salah satu penjara seorang laki-laki paruh baya dengan perawakan seseg sedang berbincang dengan seorang wanita parubaya yang dandanan nya sangat mencolok.
"Aku pengen cepet-cepet keluar dari sini" Ujar laki-laki paruh baya tersebut.
"Sabar belum saatnya" Balas perempuan itu.
"Kapan, kamu juga cepatlah ambil semua harta yang dia miliki" Ucap lelaki itu.
"Sabarlah sebentar, kamu pikir ini mudah, jangan sampai rencana yang kita susun selama 19 tahun ini rusak hanya karena kita terburu-buru" Jelas wanita itu.
"Okey baiklah, tapi aku sarankan jangan sampai kamu menaruh hati pada bajingan itu" Ujar laki-laki itu.
"Tenang saja" Balasnya dengan tersenyum manis. "Bodoh kamu ini hanya tameng ku" Lanjutnya dalam hati.